Senin, 30 September 2019

IT MUST END HERE

It Must End Here
#TitaSeries
#JuliaSays

Tita membenahi seragamnya, hari ini dia mempresentasikan bahaya rabies ke masyarakat sekitar kantor. Para senior ingin menguji kemampuan Tita dengan meminta dia menjadi presenter utama hari itu. Sebuah gedung pertemuan dekat kantor sengaja disewa guna acara Sosialisasi Rabies. Acara tahunan yang rutin diadakan Karantina Pertanian untuk menyebarluaskan bahaya rabies dan cara penanggulangannya.

Diingatnya lagi, materi presenasi yang akan dibawakan. Tita mengecek ulang lembar demi lembar makalah presentasi. Diingatnya lagi kata dosennya dulu, jangan ragu, tatap mata penonton, dan percaya diri. Tetiba diingatnya sesuatu. Tita segera berlari menuju kamar mandi.

Depan kaca kamar mandi, dia segera membenahi dandanan tipis yang dipolesnya tadi pagi. Lipstik merah muda tak lupa dipoles ulang untuk menambah penampilan cetarnya. Penampilan adalah koentji.

Acara dimulai. Baru setengah materi disampaikan, ketika dilihatnya seseorang masuk ruangan. Tita terkejut. Dia Rangga. Ya tak salah lagi, itu Rangga. Seseorang yang beberapa hari ini terus menerus mengganggu dengan percakapan tak pentingnya di Whatsapp.

Tita bertemu kembali dengan Rangga secara tak sengaja sebulan lalu. Dulu sekali mereka pernah dekat saat KKN. Hati Tita pernah terpikat. Tapi Rangga tak pernah memberi kejelasan sikap. Sejak pertemuan kembali, setiap hari, setiap saat Rangga membombardirnya dengan percakapan-percakapan alay tak penting.

Seperti pagi ini ...
[Tita jangan lupa tersenyum manis di Kamis manis]
Huh ... Tita langsung menghapus kalimat Rangga itu dari aplikasi WA-nya tanpa membalas sama sekali.

Atau ...
[Tita, kehadiranmu membuat embun pagi yang membekukan hati menghilang]

Lain hari ...
[Tanpamu aku tak ada, karena kamu .. aku jadi nyata]

Semua dihapus tanpa dibalas sama sekali. Tita merasa, dia sudah mencapai umur yang tidak membutuhkan kata-kata manis. Dia butuh tindakan nyata. Dulu Rangga pernah melakukan hal yang sama. Menaburkan kata dan harapan manis kemudian menghilang. Kali ini dia bertekad, akan mengabaikan Rangga.

Sesi tanya jawab dimulai, Tita merasa sedikit lega. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik. Diantaranya, rabies menular melalui gigitan hewan tertular; hewan yang umumnya menularkan adalah anjing, kucing dan kera; rabies merupakan penyakit yang mematikan; rabies hanya dapat dicegah dengan vaksinasi; dan lain-lain.

Setelah ini, dilakukan vaksinasi rabies bagi anjing dan kucing, gratis tentu saja. Digantinya seragam coklat kebanggaan dengan snijas putih. Tak lupa stetoskop berwarna merah melengkapi tampilannya kali ini. Dari sudut mata, dilihatnya Rangga berusaha mendekat. Tita memasang wajah dingin. Sebal melihat si pujangga gombal itu mendekat.

"Bu Dokter Tita, tolong kucing saya divaksin ya," ujar Rangga.

Dalam diam, diperiksanya kondisi kucing tersebut. Kucing terlihat sehat dan lincah. Diambilnya spuit berisi vaksin dan disuntikkannya ke dalam tubuh kucing. Sub Cutan. Masih dalam diam, diserahkannya kucing tesebut ke Rangga.

Tita langsung menangani pasien berikutnya. Seluruh dokter hewan karantina di kantornya bahu membahu menangani kucing dan anjing yang terus mengalir. Ada yang memeriksa sekaligus memvaksin seperti Tita, Ada yang menulis buku vaksin serta menempel label dan mencapnya. Ada pula yang membantu pendaftaran pasien. Semua sibuk, termasuk rekan karantina tumbuhan yang tidak piket.

Tak lama, seekor anjing kecil hitam sudah berada di atas meja periksa. Rangga lagi.

"Dokter Tita, Bleki juga mau divaksin," ujar Rangga mencoba menarik perhatian

Tita hanya melirik sekilas. Rangga datang lagi dan lagi. Ada 6 ekor hewan yang dibawanya untuk divaksin Tita. Selama itu Tita terus diam, hanya Rangga yang banyak bicara.

Akhirnya selesai juga.

Baru sejenak meluruskan kaki ketika Rangga mendekat. Tita merasa tidak nyaman.

"Kamu ngapain sih, ganggu aku terus. Chatting mu juga gak mutu gitu tiap hari"

Rangga tersenyum simpul, "Ternyata kamu bisa bersuara juga ya. Kirain suaramu hilang kena rabies!"

Tita langsung berdiri, "Jangan bercanda gak mutu gitu deh. Kamu gak paham ya kalau kamu dan aku harusnya udah end dari dulu. Kamu gak bisa ngasih kepastian, bisanya cuma ngasih rayuan gombal. You and me end here, now!"

"Tita, Rabies must end here, now. But not us! I want to tell you that I already proposed to your parent," Rangga berkata sambil menarik Tita untuk duduk kembali.

Tita kaget mendengar sanggahan Rangga. Tarikan Rangga membuat dia terjatuh ke dalam pelukan Rangga ala-ala KDrama.

"Please be my wife. Hatiku sudah imun dengan gadis lain. Vaksin cintamu dulu sudah membuat aku tak bisa memalingkan hati. Orangtuamu sudah setuju bila kau setuju... Hmmm tapi itu bibir jangan ternganga gitu, nanti lalat masuk," kata Rangga sambil mengedipkan mata.

Tita pun berusaha keluar dari pelukan Rangga. Terdengar teriakan membahana dari sekitarnya.

"Cium .. Cium ... Cium ...!"

Ajegile, kenapa pula orang sekantor ikutan alay.

Tita hanya tersipu malu. Baiklah rabies memang harus dimusnahkan, tapi cinta Rangga terbukti belum musnah.

Jadi, menurut kalian Tita harus menerima Rangga?

#LaporKarantina
#WorldRabiesDay
#RabiesEndHere
@Badan Karantina Pertanian

Catatan:
Tulisan geje untuk Hari Rabies Sedunia, sepertinya saya kebanyakan nonton KDrama hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar