Jumat, 29 November 2019

KECELAKAAN TIDAK DITANGGUNG BPJS

Kecelakaan Tidak Ditanggung BPJS 

#Day_2
26/11/2019

Turun dari mobil adalah siksaan tersendiri. Bagai orang hamil besar. Hanya kalau hamil, yang dijaga adalah perut bengkak, sedang saya menjaga bokong bengkak.

Pertanyaan pertama petugas UGD, "Kecelakaan?"

"Penabraknya mana? Laporan kepolisian ada? Kalau kejadian kemarin, agak susah ini. Harusnya segera ke RS!"

Suami yang mendaftarkan diberi penjelasan, bahwa kecelakaan tidak ditanggung oleh BPJS. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jasa Raharja, sehingga diperlukan laporan kepolisian dan saksi. Hal ini untuk mencegah double claim oleh pasien. 

What??? 

Baiklah, bayar saja. Saya hanya bisa terbaring telungkup di brankar. Mencoba berdamai dengan rasa sakit di bawah sana. 

Dokter datang setelah beberapa saat. "Masih bisa jalan? Gak ada luka luar? Kalau masih bisa jalan berarti gak apa-apa. Nanti kami hanya bisa ngasih obat!" 

Tidak ada tindakan sedikit pun. Lhooooo .... Anamnesa hanya itu, palpasi tidak ada. Terus saya dibiarkan lagi. 

Suami gemas. Saya bilang ke suami bahwa saya minta di rontgen biar tahu pasti sebab sakitnya. Menunggu lagi ...

Tik tok
Tik tok 
.
.
.
Masih menunggu 

Dokter datang lagi, menanyakan persetujuan saya untuk membayar biaya rontgen. Setelah rontgen dibayar, barulah brankar saya didorong ke ruang rontgen.

Dulu sekali skripsi S1 saya adalah rontgen vesica urinaria pada anjing. Mendadak di ruang rontgen itu, saya ingat anjing-anjing yang saya rontgen.

Posisi miring dengan tangan kanan di bawah, lanjut posisi telentang. Jangan tanya gimana sakitnya posisi telentang. 

Setelah rontgen jadi, saya kembali ke ruang UGD. Menunggu lagi. 

Hampir 3 jam disana, ada 3 kasus kecelakaan motor, 4 balita masuk dan menjerit-jerit, dan entah apa lagi. 

Ternyata, saya dilupakan oleh dokter tadi. Suami gemas lagi. Dia minta dokter segera membaca hasil rontgen. Saya segera menggunakan gelar agar cepat dilayani.

"Maaf dok, saya Dokter Hewan. Skripsi saya dulu juga rontgen, tapi pada anjing."

Akhirnya saya turun dari brankar dan tertatih ke tempat baca rontgen. Segera saya foto dan kirimkan ke dokter Radiologi teman saya. Sementara saya mendengarkan penjelasan dokter

Intinya, tidak ada tulang yang patah atau retak. Jarak antar tulang juga normal. Saat ini sakit terjadi karena benturan keras sehingga memar parah pada otot bokong. Alhamdulillah hanya perlu obat tanpa terapi lanjutan.

Dan kami pun pulang ke rumah membawa obat. 

Lalu gimana dengan biaya pengobatan dari Grab? Tidak bisa juga, karena pengemudi menyelesaikan pekerjaan. Harusnya saat itu juga melapor ke Grab bahwa terjadi kecelakaan.

Penjelasan ada di link ini 
https://www.grab.com/id/blog/asuransi/ 

Buat pelajaran ke saya dan yang lain. Laporkan segera ke Grab atau Gojek saat mengalami kecelakaan dengan transportasi online. Serta biaya RS karena kecelakaan ditanggung oleh Jasa Raharja bukan BPJS.

Dan ..
Bersyukurlah punya bokong penuh lemak, ternyata berguna menjadi penahan benturan handal hehehe

RASA SAKIT

Rasa Sakit 

#Day_2 
26/11/2019

Tengah malam terbangun, rasa sakit di sekujur tubuh. Demam. Si bungsu ternyata pindah tidur, memeluk mamanya. Saya terbangun karena kakinya menyentuh bokong yang bengkak, seperti biasanya, saya dijadikan guling empuk.

Kaki si bungsu berhasil dipindah. Ternyata ada lagi yang menindih kaki bagian bawah, kucing. Entah kucing yang mana. Ada kucing satu lagi di bagian kepala. Biasanya oleh suami, kucing ini dikeluarkan sebelum dia tidur. Tapi malam itu sepertinya tidak. 

Berusaha tidur lagi tapi tak bisa nyenyak. Hingga alarm berbunyi pukul 03.15. Saya memang biasanya bangun jam 3.30an. Menyiapkan sarapan dan bekal makan siang buat anak suami. Tidak sanggup bangun pagi itu. Tangan tak sanggup menopang tubuh untuk berbalik dari posisi telungkup.

Suami terbangun, membangunkan si bungsu serta membantu saya turun dari tempat tidur. 

Sakit ....

Rasa sakit menjura saat kaki menopang tubuh untuk berdiri. Kaki dan tangan lemah, tak ada kekuatan. 

Perlahan beringsut, dibantu suami ke kamar mandi. Urine hanya sedikit keluar. Saya baru sadar bahwa kemarin pun saya hanya 2 kali ke kamar mandi. Siang dan sore, hanya sedikit urine keluar saat pipis.

Something wrong with my body ...

Selasa itu, suami harus pergi. Ada rapat penting yang tak bisa ditinggalkan. Beberapa teman menyapa di WA, semua menganjurkan hal yang sama. Ke rumah sakit, periksa!

Saya masih dengan anggapan, ahhhh cuma jatuh. Gak ada luka. Gak apa-apa. Besok juga bisa ke kantor. Hari ini istirahat aja.

Tapi jauh di dasar hati takut. Kenapa kaki dan tangan gak ada kekuatan? Kenapa sakit di bokong tak tertahankan? Kenapa urine yang keluar hanya sedikit? 

Seorang teman yang Dokter Radiologi di Lakespra Saryanto menelpon. 

"Maya, kamu ke RS sekarang! Siapa tahu benturan itu kena tulang ekor atau tulang panggul. Saranku tolong konsul ke dokter ortopedi, minta foto tulang belakang, pelvis ama tulang ekor (sacro coccigeus). Nanti aku bantu baca hasil rontgennya," ujarnya memerintah.

Fix, mulai cemas. Browsing sana sini. Retak tulang ekor... Patah tulang ekor...  Semakin cemas.

Tekanan darah meninggi karena stress. Sempat terpikir ke RS sendiri naik bajay. Tapi membayangkan prosesnya sudah sakit. Terpaksa menunggu suami pulang.

Rasa sakit sedikit reda setelah minum Panadol. Lalu ganti mefenemic acid sesuai saran Uda Dokter. Efek obat hilang, sakit kembali datang. Tekanan darah sedikit turun setelah amlodipine diminum. Cemas sedikit berkurang.

Siang itu, ada email masuk. Kabar bahwa jurnal nasionalku diterima di Acta Veterinaria untuk penerbitan Juli 2020. Alhamdulillah. Ada titik terang untuk ujian tertutup. Rasa senang sedikit membuatku melupakan sakit. 

Malam itu, kami pun ke RS Islam Pondok Kopi. Rasanya duduk di mobil? Sakit tak tertahankan ...

....
 Lanjut lagi ya

JEMBATAN MALAKA 1 PART 2

Jembatan Malaka 1 
Part 2

#Day_1
25/11/2019

Bagi mereka yang tinggal di Perumnas Klender Jakarta Timur dan sekitarnya, pasti paham bahwa Jl Raya Malaka adalah jalan ramai dan padat kendaraan.

Rumah ortu, tempat saya tinggal berada di pinggir kali dekat jembatan. Dulu sewaktu jembatan belum dilebarkan, kejadian tabrakan sering terjadi, hampir setiap hari. Orang dari arah Malaka 1 tidak bisa melihat kendaraan dari arah Malaka Raya dan sebaliknya. Sejak jembatan dilebarkan, kecelakaan jarang terjadi, tapi sebulan sekali pasti ada.

Sampai ada yang bilang bahwa jembatan Malaka 1 ini angker, butuh tumbal dan lain-lain. Tapi kami sebagai penghuni dekat jembatan tidak peduli karena tidak percaya hal seperti itu.

Sebenarnya ada zebra cross, ada pula plang tanda berhati-hati dan mengurangi kecepatan beberapa meter sebelum pertigaan jembatan. Tapi entah kenapa, kecelakaan tetap terjadi.

Kecelakaan fatal dengan korban tewas di tempat sudah puluhan sejak saya tinggal disitu. Belum lagi kecelakaan kecil. Rumah juga sering menjadi tempat pertolongan pertama para korban kecelakaan. Adik ipar juga sering membawa korban ke RS. 

Sesaat setelah kejadian, si penabrak langsung diamankan oleh para pengemudi ojol yang biasa mangkal di dekat jembatan. Sepertinya dia tidak terluka. Babang grab saya sepertinya juga tidak terluka. Bahkan dia sempat menawarkan untuk tetap mengantar saya ke stasiun. Saya pun sempat terpikir untuk tetap jalan. Tapi melihat rasa cemas di mata si bungsu membuat saya membatalkan keinginan untuk tetap berangkat.

Saya tidak paham apa yang dilakukan oleh kerumunan pengemudi ojol terhadap penabrak saya, setelah saya meninggalkan tempat. Belakangan saya tahu bahwa si babang grab tetap menyelesaikan pekerjaan. Bukan membatalkan sesuai permintaan. Saya tak peduli saat itu. Sikap tak peduli yang ternyata salah.

.... 

Foto para kucing yang cemas karena nyonyanya hanya bisa telungkup tidur. Tak berdaya ...

JEMBATAN MALAKA 1 PART 1

Jembatan Malaka 1
#Day_1

25/11/2019.

[Papa ketinggalan kereta jam 5.30]

Tulis suami di WAG keluarga. Dia sudah duluan berangkat ke stasiun Klender Baru, sedang saya masih rempong di rumah.

[Ya udah, tunggu Mama ya. Kan ada yang 5.55. Baru mau pesan grab]

Pesan grab, ambil tas dan turun ke bawah. Sambil teriak ngasih intruksi si bungsu. Biasalah, kecerewetan pagi hari.

Babang Grab tadinya tidak memberikan helm, saya memintanya. Saya selalu pakai helm jarak dekat sekalipun.

"Lewat mana bu? Belok kanan ya?" tanyanya.

Terserah jawabku. Masih dalam posisi membetulkan helm di kepala, motor mulai jalan dan belok.

Tetiba, ada suara hentakan keras dan badan melayang jatuh dengan posisi bokong duluan. 

Kami ditabrak motor yang melaju kencang dari arah Malaka Raya. 

Sesaat saya bingung, berusaha berdiri tapi tidak bisa. Rasa sakit di bagian belakang paha. 

Tertatih melangkah. Entah sepatu satu lagi dimana. Sesorang menyodorkan botol minum saya yang terlempar keluar dari tas. 

Saya bersandar di pagar jembatan, mencoba mencerna apa yang terjadi.

Telpon suami, bilang kalau ditabrak motor di depan rumah. Menyuruh dia untuk tetap berangkat kerja, sementara saya putuskan untuk balik lagi ke rumah. 

Si bungsu keluar dari rumah, wajahnya cemas, telanjang kaki. Dia meraih tas saya dan membimbing saya kembali ke rumah.

Otak saya masih berusaha mencerna peristiwa. Cek baju celana, tidak ada darah. Hanya rasa sakit di bokong. 

Baiklah, tidak ada luka. Abaikan rasa sakit, akibat benturan, biasa saja itu.

Tak lama, suami pulang, menemukan saya terkapar di kasur. Si bungsu sudah saya minta berangkat sekolah. 

Perlahan, suami mengganti baju saya dengan baju rumah. Otak saya masih bingung mencerna rasa sakit. 

Kenapa sesakit ini. 

Hari itu saya tertidur seperti orang pingsan. Bangun hanya untuk makan seadanya dan tidur lagi. 

Lanjut day 2 ...

Foto : Suasana pagi hari di depan rumah. Saya ditabrak pas di atas zebra cross itu.

Pengikut