CLICK... AND POSE!
Julia Rosmaya
"Kamu itu tahu gak saya ini siapa?" seru si Bapak dengan mata mendelik liar, "jabatan saya tinggi tahu. Hanya dengan sekali ngomong, kamu bisa habis. Sembarangan aja anjing saya kamu tahan! Anjing sehat begini kok. Ini anjing angkatan tahu! Dia bisa bebas pergi kemana saja mengikuti saya..."
Tita mendesah, kali ini dia mati kutu harus mendengar omelan seorang Bapak yang marah karena anjingnya ditahan. Coba dialihkannya pikiran pada adegan di YouTube yang tadi pagi ditonton di mobil jemputan. Langkah demi langkah praktis menghias wajah. Tita ingin belajar berhias, menggunakan make up dengan benar. Setidaknya bila dia menghadiri resepsi, tak harus mengeluarkan uang untuk ke salon.
Dipasangnya wajah untuk tetap tenang. Ditahannya kata yang hendak keluar dari tenggorakan. "Jangan dilawan... Jangan dilawan..." kata ini terus diulangnya dalam pikiran.
"... Hai kamu... Siapa nama kamu? Kamu dengar gak apa kata saya. Kamu gak bisa nahan anjing organik kan. Sembarangan aja... Coba saya lihat ID Card kamu.... Saya mau foto. Sekalian sama kamu... Saya foto sekalian... Saya akan laporkan ke atasan kamu. Biar kamu gak punya kerjaan lagi... Mana sini... " si Bapak dengan arogansinya maju merangsek ke arah Tita.
Tetiba... Tita lari ke dalam ruangan. Dikeluarkannya tas kecil dan segera diambilnya peralatan yang ada di dalam tas itu. Dibawanya segepok alat ke arah si Bapak...
"Hai... Kamu itu apa-apaan. Ngapain kamu bawa alat gituan kesini?" suara si Bapak turun 2 oktaf, heran.
"Bapak tadi bilang, mau foto saya. Saya gak pede pak kalau belum dandan. Jadi saya dandan bentar ya pak... Nanti setelah selesai, baru Bapak boleh foto.... Ya pak ya...?" Tita berkata sambil membuka tabung lipstik dan mulai mengoleskan seulas lipstik di bibirnya.
"Ini pak... Pegangin..." Tita menyerahkan kaca kecil ke tangan si Bapak yang hanya termangu bengong, "kalau gak kacaan, nanti make up saya berantakan. Alis saya mencong-mencong... Gak cetar membahana. Saya gak mau foto saya yang bakalan viral keliatan jelek. Bapak mau memoto saya dan diviralkan kan?
Setelah 30 detik yang terasa lama... Si Bapak yang tadinya terpana... Berusaha keras menahan senyum yang hendak terkembang. Tangannya yang memegang kaca di depan Tita terlihat bergoyang. Tak lama, ledakan tawa terdengar...
Tita tersenyum. Diambilnya lagi kaca dari tangan si Bapak. Ditutupnya tabung lipstick. Diajaknya si Bapak masuk ke dalam.
"Nah pak, begini lho pak. Kalau Bapak bilang ini anjing punya angkatan, anjing organik. Harusnya ada dokumen kan pak. Bapak aja tahu kalau anjing organik boleh masuk daerah mana pun. Tapi pak... Asal dengan dokumen lengkap. Saya tidak akan menahan anjing Bapak... bila ini benar anjing organik dan ada dokumennya" urai Tita lembut seraya menepukkan tissue ke pipi guna menghapus bedak yang tadi sempat teroles.
"Iya mbak... Hmmm sebenarnya dokumen gak ada mbak. Tapi saya mau bawa anjing ini ke Denpasar. Saya ada kerjaan disana" urai Bapak itu.
"Pak, dilarang membawa anjing, kucing dan kera masuk dan keluar Bali. Bali masih dinyatakan sebagai daerah wabah Rabies. Bapak kan gak mau, anjing Bapak yang sehat masuk Bali lalu kena Rabies disana kan? Jadi maaf ya pak, anjing Bapak kami larang masuk Bali. Kalau ke daerah lain masih boleh pak. Asal dilengkapi dengan dokumen" Tita berdiri mengambil brosur yang terletak agak jauh.
"Nah ini pak, syaratnya. Ada surat keterangan kesehatan hewan dari Dinas Peternakan setempat, surat keterangan telah divaksin Rabies atau buku Vaksin dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan titer antibodi anjing Bapak terhadap Rabies memenuhi syarat. Lalu nanti anjing kami periksa pak. Setelah itu baru Surat Karantina keluar. Bapak bayar PNBP via ATM, selesai" urai Tita lebih lanjut, "jadi... Gimana pak... Jadi kita foto-fotoan? ... Let's click and pose..."
Gelak tawa pun terdengar dari dalam ruangan.
.
.
.
Hai kamu... Iya kamu.... Petugas Karantina dimanapun berada... Tetap semangat menjaga negeri... Dan jangan lupa selfie... Hahaha...
Keren ni Tita .. Salute
BalasHapusTerinspirasi dari kisah nyata petugas karantina di lapangan mbak
Hapus