Jembatan Malaka 1
#Day_1
25/11/2019.
[Papa ketinggalan kereta jam 5.30]
Tulis suami di WAG keluarga. Dia sudah duluan berangkat ke stasiun Klender Baru, sedang saya masih rempong di rumah.
[Ya udah, tunggu Mama ya. Kan ada yang 5.55. Baru mau pesan grab]
Pesan grab, ambil tas dan turun ke bawah. Sambil teriak ngasih intruksi si bungsu. Biasalah, kecerewetan pagi hari.
Babang Grab tadinya tidak memberikan helm, saya memintanya. Saya selalu pakai helm jarak dekat sekalipun.
"Lewat mana bu? Belok kanan ya?" tanyanya.
Terserah jawabku. Masih dalam posisi membetulkan helm di kepala, motor mulai jalan dan belok.
Tetiba, ada suara hentakan keras dan badan melayang jatuh dengan posisi bokong duluan.
Kami ditabrak motor yang melaju kencang dari arah Malaka Raya.
Sesaat saya bingung, berusaha berdiri tapi tidak bisa. Rasa sakit di bagian belakang paha.
Tertatih melangkah. Entah sepatu satu lagi dimana. Sesorang menyodorkan botol minum saya yang terlempar keluar dari tas.
Saya bersandar di pagar jembatan, mencoba mencerna apa yang terjadi.
Telpon suami, bilang kalau ditabrak motor di depan rumah. Menyuruh dia untuk tetap berangkat kerja, sementara saya putuskan untuk balik lagi ke rumah.
Si bungsu keluar dari rumah, wajahnya cemas, telanjang kaki. Dia meraih tas saya dan membimbing saya kembali ke rumah.
Otak saya masih berusaha mencerna peristiwa. Cek baju celana, tidak ada darah. Hanya rasa sakit di bokong.
Baiklah, tidak ada luka. Abaikan rasa sakit, akibat benturan, biasa saja itu.
Tak lama, suami pulang, menemukan saya terkapar di kasur. Si bungsu sudah saya minta berangkat sekolah.
Perlahan, suami mengganti baju saya dengan baju rumah. Otak saya masih bingung mencerna rasa sakit.
Kenapa sesakit ini.
Hari itu saya tertidur seperti orang pingsan. Bangun hanya untuk makan seadanya dan tidur lagi.
Lanjut day 2 ...
Foto : Suasana pagi hari di depan rumah. Saya ditabrak pas di atas zebra cross itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar