Rabu, 28 Februari 2018

SARING SEBELUM SHARING

Pernah melihat video dari Thailand mengenai seorang ibu bergaya preman pemilik banyak kios di pasar? Si ibu bertindak kasar terhadap penyewa kiosnya, kebetulan ada yang merekam dan akhirnya viral. Mayoritas penonton video tersebut mengecam hingga akhirnya ada boikot untuk tidak berbelanja di kios pasar milik si ibu. Tapi yang tidak diketahui para pengecam, si ibu ini sebenarnya baik hanya gayanya saja seperti itu. Preman dan kasar. Saat gerakan tidak membeli di kios si ibu berhasil, yang rugi siapa... bukan si ibu tapi pedagang di pasar itu.

Atau... pernah tidak lihat video seorang ibu yang marah-marah ke bapak Polisi hingga menggigit tangan si Polisi? Kabarnya ibu itu stress berat karena kiosnya terbakar dan dia sedang terburu-buru kesana. Emosi tumpah ruah ke Polisi yang menghentikannya karena tidak menggunakan helm. Reaksi netizen di video itu? Sebagian besar menghina si ibu.

Lalu apa yang bisa kita ambil dari kedua video itu? Kita terlalu cepat menghukum orang. Hanya sekelumit video, tapi kita berani mengatakan beginilah begitulah. Dia salahlah ... seolah-olah kita sebagai komentator adalah orang paling hebat sedunia, tidak pernah salah.

Baru-baru ini beredar pula 2 buah video. Video pertama, seorang ibu mengamuk ke petugas berbaju biru di Bandara Juanda. Video kedua, si ibu bersitegang dengan petugas berbaju coklat. Postingan yang menyertai video ini adalah tuduhan terhadap petugas Bandara Juanda hendak melakukan pungli terhadap si ibu. Postingan ini langsung viral, di share beribu-ribu orang dengan komen ratusan. Hampir semua bernada sama, menghujat si petugas karena bersikap kasar pada si ibu dan ini yang menyesakkan tuduhan pungli!!

Pikiran negatif sebagian besar orang  saat petugas berseragam melakukan tindakan sesuai aturan adalah...

"Orang ini pasti mau minta duit!

" Wah barang gue mau diduitin nih, tanggal tua pasti tuh petugas butuh duit! "

Sungguh sakit membaca komentar seperti itu. Adakah yang berpikir positif bahwa ada aturan yang perlu dipatuhi, ada biaya untuk negara yang perlu dikeluarkan. .. Sekali lagi untuk negara! Bukan untuk petugas!!

Perlu diketahui, saat ini mekanisme pembayaran tindakan karantina atau dokumen karantina sudah dilakukan via Bank atau ATM yang ditunjuk. Bahkan dapat menggunakan uang elektronik. Pembayaran dengan uang kartal sudah jarang dilakukan bahkan hampir tidak ada. Mengapa? Untuk meminimalisir pungli atau tambahan biaya yang tak perlu. Seluruh uang masuk negara... Bukan masuk ka kantong petugas!

Bila dicermati lagi video tersebut, terlihat bahwa si ibu sudah bicara tidak enak kepada petugas berbaju biru. Dilanjutkan berteriak dan berkata kasar kepada petugas berbaju coklat. Apakah ada seseorang yang berpikir bahwa kedua petugas tersebut tidak pantas menerima makian seperti itu?

Saat itu jam 4.30 pagi. Kedua petugas sudah bekerja dari malam sebelumnya. Entah sudah berapa jam mereka melayani penumpang yang hendak berangkat di Bandara. Tidur pun bila bisa hanya sekedarnya. Saat seorang penumpang emosi dan memaki maki... Hanya sedikit yang bisa bertahan. Hanya sedikit yang masih bisa tersenyum, melayani sepenuh hati.

"Petugas itu gak boleh kayak gitu. Apa apan itu!"

"Emak-emak kok dilawan, mereka kan selalu benar. Petugasnya kan cowok, jangan dilawan dong!"

Yakin nih yang ngomong seperti itu kuat tetap tersenyum dan ramah menghadapi pengguna jasa yang emosi?

Saya dan banyak sekali petugas Karantina pernah berada di posisi itu. Menghadapi pengguna jasa yang marah, ngamuk bahkan menodongkan senjata tajam. Saya paham rasanya dituding-tuding dituduh pungli. Diminta duduk dan mendengarkan penjelasan tidak mau. Bila pikiran negatif sudah merajai, atau bila tahu bahwa mereka salah, jarang sekali yang mau duduk diam mendengarkan.

Ya, kami akui kami masih punya banyak kekurangan. Tapi dihujat semena-mena seperti itu tanpa berusaha menempatkan diri di posisi kami, membuat kami merasa terhina. Kenalkah kalian semua dengan si petugas itu? Bagaimana sehari-harinya? Apakah mereka sekasar itu?

Kita ini memang aneh. Bila ke negeri orang, kita patuh peraturan. Di negeri sendiri, susah diatur. Tahukah anda bahwa ada beberapa negara yang menolak makanan berbahan dasar produk hewan masuk negaranya? Rendang misalnya. Ada negara yang tidak memperbolehkan rendang masuk sana. Ada juga yang sedemikian ketat, hingga kulit salak saja tidak boleh dibawa masuk. Lalu kita masih saja berburuk sangka kepada petugas karantina? Kepada aturan-aturan yang telah dibuat?

Patuh itu mudah dan tak merugikan kok. Percayalah...

Sebuah pelajaran dari kasus ini adalah, pikir berulang kali sebelum berkomentar di media sosial. Saring dulu konten apa pun sebelum kita sharing. Ada banyak sisi dari sebuah cerita, sisi kamu, sisi aku dan sisi mereka.

Untuk seluruh petugas Karantina... Tetap semangat menjaga negeri. Mari kita siarkan virus #LaporKarantina 🐕 🍎 dimanapun, kapanpun. Mari kita belajar lagi untuk melayani dengan senyum. Kita pasti bisa!!

Julia Rosmaya
Dokter Hewan Karantina Indonesia 🇮🇩





3 komentar:

  1. terkadang hanya dari judul orang-orang sudah berkomen negatif bu, apa lagi mindset orang-orang pada petugas belum berubah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya .. Tugas kita sebagai petugas untuk merubah pemahaman masyarakat

      Hapus
    2. bener, sebagai blogger, hehehhe

      Hapus