Rabu, 24 Maret 2010

Antara Merak dan Jakarta part two

Lanjut yooook....

BIS MERAK-PULOGADUNG

Bis ke Merak dari Pulogadung jarang yang ber-AC. Jumlah bis AC mungkin hanya sekitar 15-20 unit dari seluruh PO, tetapi bis non AC mungkin lebih dari 40 unit! Sehingga bila mendapat bis AC, itu bisa dianggap suatu keberuntungan!!!

PO-PO yang melayani jurusan Pulogadung Merak antara lain Arimbi, Jaya Perkasa (Mario) dan Asli Prima. Dulu ada PO Primajasa yang layanannya cukup baik walaupun bisnya tanpa AC, sayang saat ini tidak ada lagi Primajasa ke Pulogadung. Pulogadung adalah terminal kecil yang hanya menyediakan satu jalur untuk Merak, sehingga tidak ada perbedaan jalur antara bis AC dan non AC seperti di terminal Rambutan.

Kesamaan dari bis Pulogadung-Merak adalah ngetem dimana-mana, apalagi bila penumpang sedikit. Jarak tempuh dari Pulogadung ke pintu tol Cempaka Putih yang hanya sekitar 10 km an bisa ditempuh dalam waktu 1 jam karena mereka berjalan perlahan sambil sesekali ngetem. Setelah masuk tol, kalau dapat bis yang sudah tua atau memang supirnya yang sudah tua, maka kecepatan maksimum hanya 60 km per jam. Di daerah Slipi, bis keluar tol dan biasanya ngetem lagi antara 15-30 menit. Bila penumpangnya dirasa kurang, ngetem tahap ketiga dilanjutkan di pintu tol Kebun Jeruk dengan waktu 15-30 menit. Untuk ngetem ini tidak gratis, kondektur harus membayar ke preman yang menjaga wilayah itu antara 10-30 ribu per 15 menit atau per jumlah penumpang yang naik dalam kurun waktu tersebut. Sehingga bila tidak terjebak macet di Tol dalam kota Jakarta, maka keluar pintu tol Kebun Jeruk menuju Serang dibutuhkan waktu antara 1-2 jam dari Pulogadung.

Sebenarnya kasihan juga melihat bis yang kosong penumpang dipaksakan melaju ke merak, jadi saat bis ngetem, masih bisa maklum. Tapi ada juga supir yang rakus dan tidak puas, walau bis hampir penuh dengan bangku kosong mungkin hanya kurang dari 10, tetap saja ritual ngetem dilaksanakan dengan penuh hikmat. Nah kalau sudah begini hanya bisa mengurut dada dan sabar.

Aku sebenarnya termasuk orang yang tidak bisa tidur di kendaraan apapun, apalagi kendaraan pribadi. Jadi dulu, aku tidak tidur dalam perjalanan antara Merak-Jakarta. Tapi rasanya badan lelah sekali belum lagi malah ngantuk begitu sampai kantor, jadi akhirnya aku belajar untuk tidur di bis. Sehingga kini begitu bis keluar terminal, aku langsung tidur dan terbangun begitu bis masuk daerah Karawaci atau malah baru bangun begitu bis masuk terminal Serang.

Tempat favoritku untuk duduk adalah di bangku nomor 2 atau 3 dari depan di deretan sebelah kiri dekat jendela. Dulu aku lebih suka duduk di bangku depan deretan sebelah kanan dekat jendela juga, tapi sejak pernah kecelakaan di tol aku selalu pilih bangku deretan kiri. Hari itu, di sabtu pagi yang cerah, aku yang hendak piket pagi naik bis Asli Prima warna hijau non AC. Seperti biasa bis melaju tidak terlalu kencang mungkin sekitar 70-80 km per jam. Menjelang Ciujung, bis yang berjalan di sebelah kiri hendak mendahului trailer di depannya. Tapi mendadak trailer di depan membanting stir ke kanan, akibatnya bis pun menabrak bagian belakang trailer. Supir sempat mengarahkan setir ke kiri dan menerjang selokan cukup lebar di sisi tol, akibatnya bis pun terguling ke arah kiri. Paniklah penumpang menjerit-jerit, mana saat itu bis dalam keadaan penuh dan ada yang berdiri segala.

Aku saat itu dapat duduk di sisi kiri dekat jendela. Di sebelahku bapak-bapak berbodi subur. Saat bis terguling ke kiri, herannya aku tidak ikut panik, hanya diam. Si Bapak panik dan berusaha keluar, tapi karena posisi bis yang terguling dia malah menindih aku. Heksssss... kegenjet deh. Dan berjatuhanlah seluruh barang-barang yang ada di bus. Aku kejatuhan sendal, tas milik penumpang lain dan beban paling berat tentu saja si bapak itu. Kayak sandwich, pikirku dengan aku berada di posisi terbawah. Akhirnya semua penumpang bisa keluar lewat pintu depan yang pecah saat kecelakaan. Untung hanya luka ringan dan lecet-lecet yang dialami sebagian besar penumpang termasuk aku. Mungkin karena bis tidak terlalu ngebut... tidak terbayang kalo bis ngebut banget... hiiiiiii entah apa yang terjadi.

Karena kejadian itu aku pilih di sisi kiri, karena kalo aku duduk di kanan pasti aku yang jatuh menimpa orang yang ada di sisi kiri. Yang luka juga yang duduk di kanan. Belum lagi saat itu kondisi bis yang hancur di sebelah kanan. Serem...

Kejadian kecelakaan di jalan Tol Jakarta Merak kuliat juga cukup tinggi apalagi antara Balaraja - Ciujung yang jalannya lurus dengan pemandangan membosankan di sisi kiri dan kanan. Belum lagi kondisi jalan tol yang gak pernah bagus. Belum pernah mengalami jalan tol merak jakarta mulus tanpa ada perbaikan sama sekali.... selalu saja ada bagian yang harus diperbaiki. Kalo saat ini di sisi kanan, maka minggu depan sisi kiri. Kalo saat ini di km a besok di km b.... belum lagi jalannya bergelombang dan tidak pernah mulus. Kapan ya jalan tol Merak Jakarta semulus, selebar dan sebagus tol Jakarta Bogor??? Padahal tarifnya lumayan mahal lho walau belum semahal tol Cipularang.

Kembali ke bis Merak-Pulogadung. Begitu sampai di terminal Serang, ada beberapa bis yang punya kebiasaan ngetem lagi tapi ada juga yang langsung jalan segera setelah penumpang serang turun. Tapi dulu saat berangkat piket malam, begitu sampai Serang aku harus siap-siap turun... karena pasti seluruh penumpang tujuan cilegon dan merak dipindah ke bis lain. Jarang sekali bis merak-pulogadung yang mau melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir kalo sudah malam. Mereka lebih memilih masuk pool yang memang sebagian besar ada di Serang. Yang menyebalkan sudah dipindah tanpa persetujuan penumpang dengan berbagai alasan eh begitu naik bis ditagih lagi untuk biaya perjalanan serang-merak!!!! grrrrrrr.... pengen ngamuk....

Alasan yang diutarakan kondektur saat memindahkan penumpang itu.... "Maaf pak, bu... mobilnya mau dipake pariwisata besok pagi, jadi harus masuk pool sekarang"... padahal tuh mobil jelek banget... mana mau orang nyewa untuk pariwisata pake mobil jelek gitu. Atau... "Maaf pak, bu ... mobilnya rusak harus diperbaiki"... pdahal sepanjang jalan gak ada kendala apa-apa.... Jadi sebelum kondektur mengutarakan alasan aku segera bangkit dan pindah ke bis lain... apa pun alasan yang digunakan intinya kan tetap satu... "wei para penumpang pindah sono... gw mau pulang neh...."

THIS IS THE END OF PART TWO
just wait for the next part ... thanks for reading and comment

Antara Merak dan Jakarta part one

Kalau dipikir-pikir, lima tahun sudah aku menyusuri jalan antara Merak dan Jakaa hampir tiap hari. Tugas yang mengharuskan aku berada di Merak sementara anak dan suami berdomisili di Jakarta mau gak mau membuat acara "ngelaju" dilakoni.

Dulu awal ditempatkan di merak, aku sempat pulang seminggu sekali. Saat itu anak yang besar berumur 4 tahun dan baru mulai sekolah TK. Tapi akibatnya Reihan anakku mogok sekolah dan rewel setengah mati. Mulai dari mogok makan, gak mau tidur dan lain-lain. Akhirnya aku pulang per 3 hari sekali. Lama kelamaan pulang setiap selesai piket. Saat itu di merak sistem piket adalah waktu piket 12 jam dengan aturan, hari pertama masuk pagi dari jam 9 pagi hingga 9 malam, kemudian hari kedua masuk dari jam 10 malam hingga 10 pagi hari berikutnya dilanjutkan libur di hari ketiga. Dan hari keempat masuk pagi kembali.....begitu terus....

Apalagi saat hamil anak kedua, pola langsung pulang setelah selesai piket ini tetap kujalankan. Yah namanya juga hamil, pengennya kan dielus-elus terus...hehehehe. Setelah anak kedua Nadia lahir, karena menyusu ASI, akhirnya Nadia tinggal di Merak ikut aku sedangkan Reihan ikut papanya di Jakarta. Kumpul berempat termasuk jarang, paling cepat seminggu sekali. Tapi ternyata pola ini juga gagal dilaksanakan karena suamiku tidak tahan hanya bertemu Nadia seminggu sekali. Sedangkan Reihan kembali ke pola lama, mogok sekolah dan mendadak rewel terus menerus. Belum lagi dengan pola seperti ini, ada 2 dapur yang harus dibiayai dan ini cukup berat bagi kami berdua. Akhirnya setelah Nadia lepas ASI eksklusif, aku kembali ke pola lama...."ngelaju" merak - Jakarta.

Banyak pengalaman lucu, aneh, menggelikan dan menyebalkan selama acara "ngelaju" ini. Biar seru kita bagi - bagi per bab yuuukkkk....

CALO BIS AKAP
Karena rumahku di daerah Timur Jakarta, bila hendak berangkat ke Merak aku selalu naik bis dari terminal Pulogadung. Tahu kan seperti apa terminal Pulogadung??? begitu masuk terminal, jangan pasang tampang lugu apalagi kalo bawa tas besar, pasti diseret-seret calo. Sudah dibilang mau ke Merak, mereka maksa kita untuk naik bis ke Pemalang. Yang aneh kenapa ya pertanyaan pertama yang standar dari para calo itu..."mau kemana mbak? ke Jawa ya?".... lha kita ini ada pulau apa sih? Jakarta itu di pulau Jawa bukan? Apa secara diam-diam Jakarta sudah membuang diri ke pulau lain? hehehe

Begitu si calo mendapat "mangsa", wah langsung calon penumpang gak keliatan...saking banyaknya calo yang ikut nimbrung menawarkan "pelayanan" yang lebih baik. Memang sih, semua calo itu berseragam sesuai dengan PO yang diwakilinya. Bahkan ada yang lengkap dengan nama di dada kiri. Tapi tetap saja menyeramkan. Bayangin aja, seorang nenek dengan bawaan ...eh jangan nenek-nenek deh... Bayangkan seorang pemuda gagah tapi tampang lugu karena baru datang dari desa yang aman tentram dan damai, sambil membawa kardus guede plus tas pinggang plus tas ransel dikerubuti 10 orang calo dan semuanya bermulut manis menawarkan "layanannya"... tetap saja kasihan melihatnya. Karena pasti harga yang ditawarkan itu tetap lebih mahal daripada bila kita membeli langsung di tiket. Apalagi kalau di antara calo itu ada mas copet ikut nimbrung....kesempatan bagus tidak mungkin dilewatkan kan?

Sering kejadian, sang korban sudah membayar tiket di calo. Tapi uang tiket tidak disetorkan ke kondektur, akibatnya saat kondektur menagih ke korban, korban yang merasa sudah membayar tetap saja akan kalah bersitegang dengan kondektur, karena ancaman diturunkan di tengah jalan cukup manjur. Kejadian terakhir yang kulihat, sepasang suami istri yang naik bis dari kebun nanas menuju merak diminta 30 ribu perorang padahal tarif normal Kebun Nanas-Merak hanya 10-14 rb per orang. Sesampainya di Serang, mereka berdua dipindahkan ke bis yang aku naiki. Saat kondektur menagih, sang istri menangis karena uang yang ada di mereka hanya tinggal 150 ribu padahal perjalanan masih panjang ke Sumatra. Tapi sang kondektur tetap tidak mau tahu dan akhirnya pasangan itu harus membayar ongkos lagi.

Calo rasanya dimana-mana sama, entah di terminal Pulogadung Jakarta, Terminal Pakupatan Serang ataupun Terminal Terpadu Merak... yang pasti jangan keliatan lugu dan bingung kalau masuk terminal antar kota mana pun di Indonesia. Pasti jadi saaran empuk calo.

END OF PART ONE...

Pengikut