Rabu, 22 April 2020

PERJALANAN MENJADI DRH (BAGIAN 2: ADAPTASI DAN PIKNIK

Perjalanan Menjadi Drh
Bagian 2: Adaptasi dan Piknik 
#JuliaSays 

Masih dinihari, saat saya tiba di Yogya. Kebetulan Papa saya ada tugas yang tak bisa ditinggal, sehingga Mama dan saya diantar sopir yang tak tahu jalan di Yogya.  Keblasuk-blasuk mencari bangjo, yang kami kira nama toko. Bingung mengartikan arah wetan, kulon dan semacamnya hahaha. Sampai juga akhirnya di Grafika UGM untuk daftar ulang. 

Antri untuk mengetik kartu mahasiswa, mencoba memahami aneka bahasa yang digunakan orang di sekitar saya, serta berkenalan dengan teman baru. Semuanya membangkitkan adrenalin dalam jiwa. 

Saat opspek, lagi-lagi saya banyak salah paham dengan percakapan kakak kelas. Bahasa Indonesia dengan logat medok Jawa membuat saya banyak bengong dan lambat mengartikan. Walau saya berdarah separuh Jawa, tapi bahasa Jawa tak pernah digunakan di rumah. 

Saat itu, yang masuk UGM rerata berasal dari SMA 1 atau 2, atau angka kecil di bawah 5. Bayangkan keterkejutan mereka saat saya menyebutkan saya berasal dari SMA 12! Satu angkatan FKH 91, ada 3 orang dari Jakarta. Dua orang teman saya itu angka SMA nya lebih besar lagi, puluhan. Takjub tertera di wajah mereka, saat tahu bahwa Jakarta memiliki puluhan SMA Negeri. Saya pun heran, saat tahu bahwa di daerah, SMA Negeri paling banyak 10 di satu Kabupaten. Serta anak yang bisa masuk UGM itu pastilah anak SMA 1. 

Semester 1 berasa mengulang pelajaran SMA dengan pendalaman khusus. Kuliah di Gedung Kuliah Umum dengan pengajar monitor TV; praktikum di Fakultas MIPA dan Biologi; ruangan kuliah di Sekip yang besar dan bangku dilengkapi meja; kuliah tanpa seragam, bahkan bisa pakai kaus oblong dan jeans; semuanya menarik. Perlahan saya mulai asyik dan melupakan sastra. 

Tapi terus terang, saya tak bisa mengingat secara detil pelajaran demi pelajaran masa kuliah. Sedari awal masuk, saya langsung punya gank dengan hobi sama. Jalan-jalan. 

Baru selesai opspek, kami sudah pergi ke Monjali, lalu ke Parangtritis. Dilanjutkan mengunjungi rumah teman-teman seputaran Yogya. Rumah teman di Bantul, Sleman, Magelang, Purworejo, Kulon Progo wajib dikunjungi. Terkadang menginap disana. Naik angkutan umum tentu saja. Terkadang naik motor berombongan. Saya bagian dibonceng hehehe. 

Seingat saya, tak ada waktu luang tanpa jalan-jalan. Walau hanya sekedar menyusuri Malioboro. Gank ini awet, sampai satu persatu dari kami lulus sarjana. Masa koas, komposisi gank berubah. 

Semester dua, saya diajak Kongres ISMAKAHI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia) di Surabaya. Saat itu anggotanya hanya 5 Universitas, UGM, IPB, UNAIR, UDAYANA, dan UNSYIAH. 

Saya pun takjub mendengar para senior berargumen terhadap suatu masalah. Mencari solusi dan sebagainya. Warna jaket UGM terlihat mencolok saat sesi foto bersama, karena jaket yang lain bernuansa sama yaitu biru. 

Dan ... terjun bebaslah saya di BEM UGM, luntang lantung di Gelanggang. Rapat sana sini. Mendengarkan Anies Baswedan berorasi. Ikut berbagai kegiatan. Seru dan menyenangkan.

Kuliah? Berasa sampingan hehehe ....

Lanjut ya besok lagi ...

Note
Foto sebagian dari gank saya di Parangtritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut