Kamis, 28 Mei 2015

RAMADHAN SUATU HARI YANG LALU (PART 2-ANTARA CIBITUNG DAN JAKARTA)

Di awal tahun 2011, saya dipindahkan ke Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP). Saat itu sedikit kecewa, karena tadinya berharap ditempatkan di laboratorium Karantina yang terletak di Jalan Pemuda Jakarta Timur, yang lokasinya dekat rumah. Tetapi saat ini tidak ada seberkas pun rasa kecewa karena tidak jadi ditempatkan di sana, karena saya jatuh cinta setengah mati dengan pekerjaan saya di BUTTMKP.

BUTTMKP adalah instansi baru di Badan Karantina Pertanian, dengan tugas pokok yang sangat jauh berbeda dengan unit pelaksana teknis karantina yang lain. Untuk menuju ke BUTTMKP dari rumah di Jakarta Timur saya menggunakan kendaraan dinas kantor. Bila menggunakan kendaraan umum tidak praktis karena harus berkali-kali ganti moda serta waktu yang lumayan lama. BUTTMKP secara administratif berlokasi di wilayah kecamatan Cikarang Barat, tetapi orang lebih mengenai wilayah ini sebagai bagian dari Cibitung Bekasi.

Saat bertugas di Merak, dari rumah ke kantor saya hanya berganti kendaraan 3 kali. Dari rumah ke terminal Pulogadung dua kali angkot kemudian naik bis AKAP hingga di depan kantor. Sedangkan menuju BUTTMKP, saya harus berganti kendaraan hingga 7 kali. Entah mengapa biaya angkot di Bekasi lebih mahal daripada di Jakarta dengan jarak tempuh yang sama.

Untuk itu akhirnya kendaraan dinas saya gunakan untuk menghemat waktu dan biaya. Kebetulan ada dua orang teman yang rumahnya berdekatan sehingga kami bertiga sering menggunakan satu mobil yang sama.

Seorang teman berkomentar, "May, kalau kamu pake mobil sendiri dan gak naik bis lagi, jangan-jangan gak ada lagi yang bisa kamu ceritakan dari perjalanan pulang pergimu. Tidak seperti saat kemarin dari Merak-Jakarta..."

Iya sih bisa dibilang seperti itu, karena kegemaran saya mengamati orang lain tidak terjadi. Tapi ternyata banyak hal yang bisa diceritakan dari lima tahun menyusuri jalanan antara Cibitung-Jakarta.

Di tahun 2011 menempuh jarak 35 km dari rumah ke kantor hanya membutuhkan waktu kurang dari 45 menit via Tol JORR lanjut Tol Jakarta-Cikampek. Saat ini minimal butuh waktu 60 menit itupun harus keluar rumah maksimal jam 5.45. Lewat dari jam 5.45 huhuhu siap-siap pegel hati dan pegel kaki "nginjak" kopling. Arus keluar Jakarta ternyata sama padatnya dengan menuju Jakarta di hari kerja. Kemungkinan semakin banyak orang yang bekerja di daerah Cibitung, Cikarang, Karawang dan sekitarnya tetapi berumah di Jakarta.

Jam masuk kantor di bulan puasa biasanya lebih lambat 30 menit dan jam pulang 1 jam lebih cepat (08.00-15.00 WIB). Walaupun demikian saya dan teman yang biasa bareng tetap berangkat seperti biasa yaitu antara pukul 5.45-06.00 WIB. Selama bulan Ramadhan tidak ada lagi kehebohan pagi hari setelah shalat subuh seperti di hari biasa, karena anak-anak tidak tidur lagi setelah sahur dan shalat subuh. Mereka biasanya langsung mandi dan siap berangkat sekolah. Alhasil mamanya sudah dandan cantik sebelum jam 5.15.

Tiga minggu pertama di bulan Ramadhan, berangkat pagi hari adalah saat yang menyenangkan. Bebas stres dari kemacetan. Jalan tol lancar tanpa hambatan. Bahkan motor-motor yang biasanya sudah berseliweran di daerah Cibitung pun tidak sebanyak hari biasa. Tapi jangan harap hal yang sama terjadi saat pulang kantor.

Sore hari di saat Ramadhan apalagi bila waktu telah menunjukkan pukul 17.00 ke atas adalah saat yang mengerikan bagi saya bila harus menyetir sendirian. Sepertinya semua orang ingin buru-buru pulang ke rumah. Lampu merah tidak diperdulikan, saling sikat, serobot, ngebut apa pun dilakukan hanya demi mengejar saat berbuka puasa di rumah masing-masing.

Sangat jarang sebenarnya saya bisa pulang tepat waktu, di bulan Ramadhan sekalipun. Biasanya saya putuskan menunggu waktu shalat Ashar baru pulang. Sehingga paling cepat keluar kantor jam 16.00 WIB. Saat itu merupakan jam pulang dari beberapa pabrik di sekitar kawasan Industri MM 2100 Cibitung. Ada sebuah jembatan di Kalimalang yang merupakan titik kemacetan di sore hari. Siap-siap "stuck" di jembatan tersebut minimal 30 menit, kemudian harus terseok-seok menempuh lautan motor dalam perjalanan ke pintu tol Grand Wisata/Tambun. Sekeluarnya di pintu tol Bintara/Pondok Kopi siap-siap lagi "stuck" di dekat flyover Pondok Kopi. Alhasil minimal 2 jam perjalanan harus ditempuh untuk pulang.

Biasanya saya selalu menyiapkan botol air minum dan makanan ringan di mobil untuk membatalkan puasa. Apalagi bila keluar kantor di atas jam 16.30. Tetapi bila pekerjaan baru selesai menjelang jam 17.00, saya biasanya memilih untuk berbuka puasa di kantor serta shalat Magrib sebelum pulang.

Ada suatu kejadian berkesan. Saat itu entah mengapa jalanan macet tak terhingga dari kantor hingga di dekat rumah. Padahal saya dan seorang teman keluar kantor kurang dari jam 15.30. Sebebasnya dari kemacetan di flyover Pondok Kopi menjelang flyover Raden Inten mendadak arus jalan terhenti. Mobil tidak bisa maju dan tidak bisa mundur. Stuck. Saya kira bisa sampai rumah sebelum jam 17 sehingga tidak menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk membatalkan puasa. Bahkan sebungkus permen pun tidak ada di tas ataupun di mobil. Lima belas menit menjelang berbuka, mobil kami masih belum bergerak juga. Anehnya tidak ada satu pun pedagang asongan yang menjual minuman di sekitar kami. Sehingga saat adzan Magrib berkumandang kami hanya bisa pasrah dan diam tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya kami tertawa terbahak-bahak menertawakan diri sendiri untuk membuang rasa kesal. Rasanya "gondok" karena kok ya kena macet sudah di dekat rumah. Sebuah pelajaran untuk selalu menyelipkan botol air di mobil menjelang pulang kantor di bulan puasa.

Menjelang lebaran, mulailah pemandangan unik dan khas terjadi di jalan raya. Kami saling tebak menebak kira-kira kemana mobil-mobil itu mudik atau dari mana mobil tersebut berasal saat arus balik, berdasarkan bawaan yang terlihat di atap mobil ataupun bagasi belakang.

Ternyata apa pun moda transportasi mudiknya, tetap ciri khas mudik selalu terlihat. Kardus. Ya kardus. Kardus terletak di atap mobil, kardus terselip di bagasi belakang. Orang menyempil duduk di antara kardus. Tiada mudik yang berkesan tanpa kardus. Tidak hanya penumpang bis ekonomi non AC antara Jakarta-Merak yang sering membawa kardus tetapi juga pemudik yang menggunakan mobil pribadi.

Belum lagi kardus yang terikat rapi di motor. Ada motor yang sengaja menambahkan beberapa senti meter kayu di bagian belakang tempat duduk untuk menaruh kardus. Kardus juga ditaruh di atas bagasi motor yang sering disebut "magic jar" itu. Kardus sering ditemui terapit di kaki depan antara bangku dan setang.

Hal yang menyedihkan saat arus mudik berlangsung adalah melihat anak-anak yang duduk di atas motor bersama orang tuanya. Setiap kali melihat bayi digendong ibunya dan sang kakak duduk di depan ayahnya, saya hanya berharap bahwa tujuan yang mereka tempuh hanya dekat saja. Paling jauh Cikampek atau Subang. Anak kecil yang duduk di depan adalah yang paling membuat miris. Merekalah yang menerima angin kencang dan debu jalanan pertama kali sebelum sang ayah.

Pernah saya melihat, satu motor berisi lima orang yang terdiri dari bayi yang digendong ibunya, anak nomor dua di tengah antara bayi dan ayah serta kakak nomor satu di depan. Belum kardus, tas dan plastik yang bergelantungan di motor. Kalau sudah seperti ini saya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Apalah saya ini, yang duduk manis di mobil ber AC kemudian menyalahkan sang ayah dan ibu yang nekat membawa anak-anaknya untuk mudik. Pastilah banyak pertimbangan di pikiran mereka. Sekali lagi saya hanya bisa berdoa bahwa tujuan mereka hanya dekat saja. Masih di wilayah Jawa Barat yang bisa ditempuh kurang dari 6 jam perjalanan.

Yang unik menjelang lebaran adalah munculnya posko-posko peristirahatan sepanjang jalan Kalimalang yang diorganisir oleh Partai politik atau organisasi pendukung partai. Terutama menjelang pemilu kemarin. Posko ini terutama menyasar pemudik yang menggunakan sepeda motor. Ada posko standar dalam arti dilengkapi dengan tempat duduk-duduk serta makanan minuman gratis saat berbuka puasa tetapi juga ada yang komplit. Komplit semua ada. Ada pijat gratis, petugas kesehatan dan eng ing eng.... panggung dengan penyanyi serta sound system gebyar.

Selain posko peristirahatan, sepanjang jalan Kalimalang juga diwarnai oleh penukar uang recehan. Mereka sengaja memajang gepokan uang ribuan, lima ribuan hingga sepuluh dan dua puluh ribuan di pinggir jalan tanpa rasa takut uang-uang tersebut disambar orang. Untuk segepok uang ribuan bernilai Rp. 100.000,00 kita harus menyiapkan uang antara Rp. 105.000-110.000 rupiah.

Penjaja makanan dan minuman untuk berbuka puasa jangan dilewatkan. Ini yang sering membuat jalanan tersendat karena motor dan mobil sering parkir sembarangan untuk membeli jajanan yang dijual mereka. Saya sendiri belum pernah membeli makanan dan minuman untuk berbuka puasa yang dijajakan di pinggir jalan tersebut sehingga tidak bisa merekomendasikan makanan dan minuman apa yang terenak. Sekilas melihat yang dijajakan sepertinya semacam kolak, gorengan, bubur sumsum, es buah, es kelapa muda dan sebangsanya.

Menjelang puasa hingga H-7 lebaran, truk dan kontainer yang mendistribusikan barang jumlahnya meningkat drastis. Dikarenakan H-7 dan H+7, truk dan kontainer dilarang melintas di jalan tol dan pantura, kecuali yang mengangkut sembako dan ternak.

Berada di jalan tol di hari-hari mendekati lebaran rasanya berbeda. Berada di antara mobil dengan bagasi penuh dan wajah-wajah ceria, kami yang masih patuh berangkat kantor dan menggunakan seragam lengkap serasa "out of place".

Satu hal menggelitik, saat puasa sebenarnya adalah saat menahan diri. Menahan diri dari emosi apa pun. Godaan terbesar dari menahan emosi adalah saat terjebak macet menjelang magrib. Heran melihat orang sengaja melanggar aturan lalu lintas yang kemudian menyebabkan macet parah di setiap perempatan. Alasan yang terlontar pasti ingin segera sampai di rumah untuk berbuka puasa bersama dengan yang tercinta. Tetapi apakah alasan tersebut cukup untuk melakukan pelanggaran lalu lintas yang pada akhirnya malah membuat banyak orang berbuka puasa jamaah di jalan?

Seorang muslim yang baik tidak hanya mematuhi aturan agamanya, tetapi juga aturan negara dalam hal ini aturan berlalu lintas. Jangan melanggar lampu lalu lintas, jangan lawan arus, bersabar dan mendahulukan yang lain saat di perempatan/pertigaan tanpa lampu lintas. Insha Allah Magrib tidak terlewat dan masih bisa berbuka bersama di rumah.


This note is dedicated to my best friends, ACH and URH. Thanks for the time we share for the past 5 years.

RAMADHAN SUATU HARI YANG LALU (PART 1- ANTARA MERAK DAN JAKARTA)

Sebagai dokter hewan karantina, saya pernah bertugas di pelabuhan Merak Banten selama tujuh tahun. Saat itu, saya memutuskan untuk tidak pindah ke Merak tetapi melakukan perjalanan pulang pergi Merak-Jakarta setiap hari atau sesuai jadwal piket. Rumah berlokasi di Jakarta Timur dan perjalanan dari dan ke Merak dilakukan dengan menggunakan bis AKAP dari Terminal Pulogadung. Hanya sesekali menggunakan mobil dinas kantor, itu pun bila ada keperluan mendesak.

Selama di bis, selain membaca buku dan tidur saya suka sekali mengamati orang di sekeliling. Menjelang dan selama Ramadhan dan terutama menjelang Idul Fitri adalah waktu-waktu yang paling menarik untuk mengamati orang.

Sebelum puasa, banyak orang melakukan perjalanan dengan tujuan "nyekar" ke makam orang tua. Di awal-awal puasa penumpang bis dengan tujuan jauh jarang ditemui. Seminggu menjelang Idul Fitri mulailah arus mudik dan tarif bis mendadak dangdut meroket.

Sebagai penumpang rutin, tentu saja kenalan supir dan kenek bis Merak-Pulogadung wajib dipunyai. Selain untuk keamanan di jalan, juga untuk membunuh rasa bosan dengan mengobrol sepanjang jalan. keuntungannya adalah, saat yang lain ditarik tarif tinggi saat menjelang Idul Fitri, saya tetap membayar dengan tarif biasa. Tetapi ini tidak berlaku bila saya melakukan perjalanan H-2 hingga H+2. Tarif tuslah Lebaran tetap diberlakukan pada siapa pun tanpa pandang bulu.

Hal yang menarik saat menjelang Idul Fitri adalah memperhatikan kostum dan bawaan penumpang. Orang Indonesia sepertinya bila melakukan perjalanan jauh kurang lengkap tanpa membawa kardus. Kardus ukuran kecil hingga besar memenuhi bis dan diletakkan di antara bangku hingga di atap bis. Kadang ada kardus yang dikemas rapi tetapi lebih banyak yang diikat tali rafia sekedarnya, sehingga isi di dalamnya terlihat dan bila si pemilik sedang apes kardus bisa tercerai berai tak karuan. Isi kardus bervariasi mulai dari pakaian, buah-buahan, mainan anak bahkan peralatan rumah tangga seperti kompor sampai bantal guling. Itu adalah varian isi kardus dalam perjalanan sebelum lebaran. Sesudah lebaran, isinya beda lagi, biasanya hasil panen di kampung seperti beras, kelapa butiran, duren, petai dan lain-lain.

Menggunakan baju baru atau terlihat menarik saat tiba di kampung halaman adalah salah satu kewajiban para perantau yang mudik. Nah ini yang menarik. Bis Merak-Pulogadung saat itu (2003-2010) lebih banyak bis ekonomi non AC, jumlah bis AC sangat sedikit. Menggunakan baju keren berlapis-lapis atau celana jeans sebenarnya kurang nyaman di bis tanpa AC. Bahkan syal yang dililit di bagian leher dan jaket kulit atau jaket kain tebal tidaklah tepat digunakan di bis yang penuh sesak. Tetapi demi terlihat keren, walau keringat berbulir-bulir sudah mengalir kostum keren itu tetap dipertahankan.

Make up untuk para wanita tentu saja harus maksimal bila ingin terlihat gaya di kampung halaman. Tetapi foundation yang dioleskan tebal plus bulu mata palsu yang sudah terpasang dari rumah padahal perjalanan memakan waktu lebih dari 6 jam rasanya sungguh berlebihan. Yang terjadi akhirnya make up sudah luntur bahkan sebelum bis memasuki terminal Serang.

Hal yang menyedihkan dari perjalanan mudik ini adalah banyaknya penumpang yang tidak berpuasa dengan alasan musafir. Di awal puasa, masih banyak penumpang berpuasa bahkan bersama-sama berbuka puasa di bis. Supir terkadang berbaik hati menyetel radio sehingga jelas kapan waktunya berbuka. Tetapi menjelang lebaran, lebih banyak penumpang yang tidak puasa dengan beragam alasan. Asap rokok, bau makanan dan botol aqua dingin sungguh menggoda siapa pun yang sedang berpuasa.

Kenikmatan saat berbuka bersama dengan orang yang tidak dikenal di bis sangatlah tak ternilai. Tetiba orang sebelah saya menawarkan bakwan, orang yang di depan menawarkan arem-arem plus teh kotak bahkan ada yang pernah menawarkan saya nasi bungkus! Saya pernah naik bis yang supir dan keneknya berpuasa, dan mereka sengaja meminggirkan kendaraannya di jalan tol guna sekedar melepas dahaga dan shalat magrib di pinggir jalan, karena lokasi rest area masih jauh dan saat itu jalanan agak padat.

Ah sungguh banyak kenangan berharga di perjalanan antara Merak dan Jakarta, Tunggu bagian dua ya mengenai suasana ramadhan antara Cibitung dan Jakarta

Jumat, 22 Mei 2015

FOOD POISONING AND ITS VARIOUS EFFECT IN PEOPLE

Pernahkah anda mengalami hal seperti ini? Makan bersama beberapa teman di sebuah rumah makan, beberapa saat kemudian ada teman yang merasa mulas, ada yang mulas dan diare, ada pula yang langsung muntah, ada yang muntah plus diare serta ada yang harus dibawa ke rumah sakit karena muntah diare berkelanjutan. Padahal jenis makanan dan minuman yang dimakan/diminum sama persis, tetapi gejala yang ditimbulkan di setiap orang berbeda-beda.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kasus keracunan makanan menimbulkan efek yang berbeda-beda pada setiap individu.

Faktor pertama adalah dari individu itu sendiri. Setiap orang memiliki mikroflora normal yang spesifik di dalam saluran pencernaannya. Mikroflora normal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang merupakan penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khususnya kulit, usus besar, dan vagina. Virus dan parasit tidak termasuk di dalam golongan ini.

Keanekaragaman bakteri usus bergantung kepada pola makan. Ada sebuah slogan yang menyatakan “you are what you eat” atau “anda adalah apa yang anda makan”. Dominasi bakteri yang mengkolonisasi seorang vegetarian akan berbeda. Perbedaan mikroflora juga adalah penyebab obesitas pada seseorang. Sebaran mikroflora terbedakan karena pengaruh geografis. Penelitian terhadap komposisi mikroflora usus manusia di dunia barat menunjukkan perbedaan dengan mikroflora usus dari orang yang berada di negara berkembang, baik pada anak-anak maupun dewasa.

Status kesehatan dan imunitas seseorang juga mempengaruhi derajat keparahan dari keracunan makanan. Bila pada saat mengkomsumsi makanan yang tercemar, imunitas orang tersebut berada pada level terendah maka akibat yang ditimbulkan lebih parah bila dibandingkan dengan orang lain yang memiliki imunitas baik.

Kebiasaan orang per orang dalam mengosongkan usus besarnya (defekasi), pola makan, sekresi saluran pencernaan dan saluran empedu, obat-obatan yang dikomsumsi serta jenis kelamin dan umur turut pula berperan sebagai faktor.

Faktor kedua adalah jenis makanan/minuman yang dikomsumsi. Makanan memiliki jenis nutrisi dan komposisi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut akan menentukan jenis mikroba yang akan mengkontaminasi makanan tersebut. Suhu makanan saat disajikan, waktu yang dibutuhkan sejak makanan tersebut siap saji hingga dimakan juga perlakuan yang diberikan pada makanan mulai dari bahan baku hingga siap dimakan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak sesuai misalnya menyimpan daging mentah di lemari pendingin/refrigerator atau bahkan di suhu ruangan selama berjam-jam sebelum dimasak akan membuat mikroba yang tidak dikehendaki mengkontaminasi daging tersebut. Makanan juga sebaiknya segera dikomsumsi segera setelah dibuat untuk menghindari kontaminasi mikroba dari lingkungan.

Selain itu, jenis makanan, ukuran makanan dan jam biologis tubuh saat mengkomsumsi makananan juga berpengaruh terhadap kemampuan mikroorganisme pencemar untuk terus hidup di saluran pencernaan. Ada orang yang biasa mengunyah makanan hingga halus sebelum ditelan, tetapi juga ada yang mengunyah beberapa kali saja dan langung ditelan. Makanan yang lebih halus akan mempermudah kerja usus untuk melakukan penyerapan nutrisi yang pada akhirnya akan meningkatkan imunitas tubuh.

Tubuh manusia dirancang untuk bekerja dengan siklus teratur, mirip dengan siklus jam. Siklus ini dikenal sebagai ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, yang menentukan pola tidur dan makan sehari-hari, aktivitas gelombang otak, jadwal produksi hormon, mekanisme regenerasi sel-sel, dan bermacam-macam kegiatan biologis lainnya. Makan yang dilakukan pada jam makan sesuai dengan ritme sikardian akan membuat makanan tersebut segera diolah dan diserap oleh tubuh.

Pola makan teratur dapat menurunkan risiko obesitas dan diabetes hingga 70%. Pasalnya, makan pada saat yang sama setiap hari akan mengirimkan sinyal kepada otak bahwa tubuh kita terhindar dari bahaya kelaparan. Hal ini akan memicu sistem pencernaan kita untuk mengeluarkan dan membakar timbunan lemak yang pada awalnya disimpan oleh tubuh untuk keadaan darurat.

Faktor ketiga adalah jenis mikroorganisme yang mencemari makanan/minuman. Mikroorganisme dari spesies yang sama dengan strain yang berbeda akan menghasilkan kombinasi toksin gen dan tingkat patogenitas yang berbeda pada manusia saat memasuki tubuh melalui makanan. Pola pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, produksi toksin juga akan berbeda. Jenis bakteri yang memiliki spora lebih bertahan hidup di saluran pencernaan daripada bakteri tanpa spora. Spora yang menyelubungi bakteri akan membantu bakteri bertahan terhadap serangan enzym pencernaan serta gerakan mekanis dari vili usus. Kemampuan dari tubuh mempertahankan dirinya dari serangan mikroorganisme yang masuk akan membuat sebagian besar mikroorganisme tersebut mati. Sehingga hanya sebagian kecil yang dapat bertahan serta membuat sakit.

Efek yang ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut juga berbeda pada tubuh. Ada strain yang hanya menyebabkan muntah, ada yang hanya menyebabkan diare, tetapi ada strain yang dapat menimbulkan gejala muntah dan diare sekaligus.

Penanganan penderita keracunan makanan pada umumnya adalah penanganan pada gejalanya. Hal yang paling utama adalah hindari dehidrasi akibat muntah dan diare. Minum air atau oralit segera setelah diare/muntah. Diare/muntah biasanya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya sehingga pemberian obat umumnya tidak diperlukan. Penyebab kematian terbesar dari kasus keracunan makanan biasanya bukan karena jenis mikroorganisme yang tertelan tetapi karena dehidrasi akibat diare dan muntah yang berlebihan.

Umumnya penyebab utama dari keracunan makanan tidak diketahui karena tidak diselidiki lebih lanjut. Diare dan muntah merupakan penyakit yang sering dianggap ringan sehingga jarang penderita yang memeriksakan muntahan dan fesesnya ke laboratorium. Akibatnya jenis mikroorganisme penyebab diare/muntah tidak diketahui secara pasti.

Pencegahan keracunan makanan bisa dimulai dari higienitas pribadi. Biasakan untuk memcuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah menangani bahan makanan yang berbeda, sesudah ke kamar mandi, sesudah mengganti popok bayi serta saat merawat orang sakit.

Komsumsi segera makanan setelah siap disajikan. Bila tidak segera dikomsusi tutup makanan dengan baik dan hindari dari serangga/semut/lalat. Cuci bahan makanan yang perlu dicuci sebelum diolah serta buah dan sayuran yang hendak dikomsumsi mentah. Bila perlu kupas kulit buah sebelum dikomsumsi.

Simpan bahan makanan sesuai jenisnya dan jangan mencampur makanan matang dan mentah. Bedakan lokasi penempatan bahan makanan mentah dan makanan siap saji di dapur untuk menghindari kontaminasi silang.

Pada akhirnya, jangan terlalu khawatir keracunan makanan saat jajan di luar. Rasa khawatir berlebihan akan membuat sistem fisiologis tubuh menjadi terlalu sensitif sehingga akan menimbulkan reaksi yang sebenarnya bukan karena adanya mikroorganisme pencemar makanan tetapi "reaksi palsu" akibat terlalu cemas saat mengkomsumsi makanan.



Julia Rosmaya R
Dokter Hewan Karantina







Sabtu, 09 Mei 2015

DONT FEED THE ANIMAL

Beberapa waktu yang lalu, sebagai bagian dari pelatihan yang diadakan oleh Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) kami mengunjungi Taman Safari Indonesia (TSI). Di TSI kami berlatih menangani reptil. Sebagai dokter hewan karantina, keahlian menangani reptil sangat diperlukan di lapangan. Reptil termasuk hewan yang sering dilalulintaskan, tidak hanya ekspor impor tetapi juga antar area.

Tentu saja kami berkesempatan untuk berkeliling di Taman Safari. Sedikit bersenang-senang di tengah pelatihan wajib hukumnya bagi peserta.

Saat itu Taman Safari cukup ramai dikunjungi anak-anak sekolah, juga wisatawan asing terutama dari jazirah Arab. Bahkan saat ini seluruh papan informasi bertuliskan tiga bahasa, Bahasa Indonesia, English dan Arabic untuk mengakomodir wisatawan Arab yang signifikan jumlahnya.

Salah satu hal yang memprihatinkan dari para pengunjung adalah mereka tidak mengindahkan larangan memberi makan hewan yang pengumumannya terpasang dimana-mana.

Bahkan mobil yang didalamnya berisi orang dewasa tanpa anak-anak juga ikut memberi makan hewan. Makanan yang diberi tidak hanya sayuran dan buah-buahan. Tetapi juga semacam kripik, kue, coklat dan bahkan kacang goreng lengkap dengan plastik pembungkusnya.

Sadarkah mereka bahwa memberi makanan yang tidak sesuai dengan jenis makanan yang biasa dimakan itu sangat membahayakan bagi hewan itu sendiri?

Yang menyedihkan, perilaku hewan-hewan tersebut. Seperti pengemis! Mereka mendekati setiap mobil dan berharap diberi makan. Bila mobil yang didekati tidak memberi makan, maka mereka langsung beralih ke mobil berikutnya. Bukankah ini sama dengan perilaku pengemis di lampu merah Jakarta?

Unta, rusa, banteng, anoa dan lainnya bahkan monyet liar ikut berperilaku seperti pengemis.

Tidak hanya di Taman Safari, di Kebun Binatang Ragunan pun banyak hewan yang mengharapkan makanan dari pengunjung. Sampah sisa makanan seperti keripik dan lain-lain yang notabene tidak layak makan untuk hewan bertebaran di dalam kandang.

Mendengar cerita rekan dokter hewan yang bertugas di sana, ada banyak kejadian hewan sakit karena makan plastik atau makanan manusia.

Dan apakah manusia yang memberi makan tersebut merasa bersalah? Saya rasa tidak.

Alasan yang paling sering dikemukan adalah membuat anaknya senang dengan memberi makan hewan. Alasan lain, sayang pada hewan tersebut atau kasihan melihat hewan tersebut meminta makan.

Rasa sayang yang bisa membunuh.

Sejak anak-anak kecil, bila ke kebun binatang atau ke Taman Safari, saya selalu melarang mereka memberi makan hewan. Hewan-hewan tersebut memilik makanannya sendiri dan bukan makanan manusia. Walau yang diberikan buah atau sayuran, saya tetap melarang. Karena hewan akan terdidik untuk menjadi pengemis.


Sayangilah mereka dengan tidak memberikan makanan berupa apapun. Jangan didik mereka menjadi pengemis. Tugas dokter hewan disana tidak hanya mengobati hewan yang sakit akibat salah makan tetapi masih banyak lagi yang lain.

Dan bila ke Taman Safari atau kebun binatang, jangan lupa membawa makanan yang banyak. Buat kita sendiri tentu saja bukan untuk hewan-hewan itu :).

Dont feed the animals if you care

#tamansafari
#veterinarian

Pengikut