Jumat, 22 Mei 2015

FOOD POISONING AND ITS VARIOUS EFFECT IN PEOPLE

Pernahkah anda mengalami hal seperti ini? Makan bersama beberapa teman di sebuah rumah makan, beberapa saat kemudian ada teman yang merasa mulas, ada yang mulas dan diare, ada pula yang langsung muntah, ada yang muntah plus diare serta ada yang harus dibawa ke rumah sakit karena muntah diare berkelanjutan. Padahal jenis makanan dan minuman yang dimakan/diminum sama persis, tetapi gejala yang ditimbulkan di setiap orang berbeda-beda.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kasus keracunan makanan menimbulkan efek yang berbeda-beda pada setiap individu.

Faktor pertama adalah dari individu itu sendiri. Setiap orang memiliki mikroflora normal yang spesifik di dalam saluran pencernaannya. Mikroflora normal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang merupakan penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khususnya kulit, usus besar, dan vagina. Virus dan parasit tidak termasuk di dalam golongan ini.

Keanekaragaman bakteri usus bergantung kepada pola makan. Ada sebuah slogan yang menyatakan “you are what you eat” atau “anda adalah apa yang anda makan”. Dominasi bakteri yang mengkolonisasi seorang vegetarian akan berbeda. Perbedaan mikroflora juga adalah penyebab obesitas pada seseorang. Sebaran mikroflora terbedakan karena pengaruh geografis. Penelitian terhadap komposisi mikroflora usus manusia di dunia barat menunjukkan perbedaan dengan mikroflora usus dari orang yang berada di negara berkembang, baik pada anak-anak maupun dewasa.

Status kesehatan dan imunitas seseorang juga mempengaruhi derajat keparahan dari keracunan makanan. Bila pada saat mengkomsumsi makanan yang tercemar, imunitas orang tersebut berada pada level terendah maka akibat yang ditimbulkan lebih parah bila dibandingkan dengan orang lain yang memiliki imunitas baik.

Kebiasaan orang per orang dalam mengosongkan usus besarnya (defekasi), pola makan, sekresi saluran pencernaan dan saluran empedu, obat-obatan yang dikomsumsi serta jenis kelamin dan umur turut pula berperan sebagai faktor.

Faktor kedua adalah jenis makanan/minuman yang dikomsumsi. Makanan memiliki jenis nutrisi dan komposisi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut akan menentukan jenis mikroba yang akan mengkontaminasi makanan tersebut. Suhu makanan saat disajikan, waktu yang dibutuhkan sejak makanan tersebut siap saji hingga dimakan juga perlakuan yang diberikan pada makanan mulai dari bahan baku hingga siap dimakan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak sesuai misalnya menyimpan daging mentah di lemari pendingin/refrigerator atau bahkan di suhu ruangan selama berjam-jam sebelum dimasak akan membuat mikroba yang tidak dikehendaki mengkontaminasi daging tersebut. Makanan juga sebaiknya segera dikomsumsi segera setelah dibuat untuk menghindari kontaminasi mikroba dari lingkungan.

Selain itu, jenis makanan, ukuran makanan dan jam biologis tubuh saat mengkomsumsi makananan juga berpengaruh terhadap kemampuan mikroorganisme pencemar untuk terus hidup di saluran pencernaan. Ada orang yang biasa mengunyah makanan hingga halus sebelum ditelan, tetapi juga ada yang mengunyah beberapa kali saja dan langung ditelan. Makanan yang lebih halus akan mempermudah kerja usus untuk melakukan penyerapan nutrisi yang pada akhirnya akan meningkatkan imunitas tubuh.

Tubuh manusia dirancang untuk bekerja dengan siklus teratur, mirip dengan siklus jam. Siklus ini dikenal sebagai ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, yang menentukan pola tidur dan makan sehari-hari, aktivitas gelombang otak, jadwal produksi hormon, mekanisme regenerasi sel-sel, dan bermacam-macam kegiatan biologis lainnya. Makan yang dilakukan pada jam makan sesuai dengan ritme sikardian akan membuat makanan tersebut segera diolah dan diserap oleh tubuh.

Pola makan teratur dapat menurunkan risiko obesitas dan diabetes hingga 70%. Pasalnya, makan pada saat yang sama setiap hari akan mengirimkan sinyal kepada otak bahwa tubuh kita terhindar dari bahaya kelaparan. Hal ini akan memicu sistem pencernaan kita untuk mengeluarkan dan membakar timbunan lemak yang pada awalnya disimpan oleh tubuh untuk keadaan darurat.

Faktor ketiga adalah jenis mikroorganisme yang mencemari makanan/minuman. Mikroorganisme dari spesies yang sama dengan strain yang berbeda akan menghasilkan kombinasi toksin gen dan tingkat patogenitas yang berbeda pada manusia saat memasuki tubuh melalui makanan. Pola pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, produksi toksin juga akan berbeda. Jenis bakteri yang memiliki spora lebih bertahan hidup di saluran pencernaan daripada bakteri tanpa spora. Spora yang menyelubungi bakteri akan membantu bakteri bertahan terhadap serangan enzym pencernaan serta gerakan mekanis dari vili usus. Kemampuan dari tubuh mempertahankan dirinya dari serangan mikroorganisme yang masuk akan membuat sebagian besar mikroorganisme tersebut mati. Sehingga hanya sebagian kecil yang dapat bertahan serta membuat sakit.

Efek yang ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut juga berbeda pada tubuh. Ada strain yang hanya menyebabkan muntah, ada yang hanya menyebabkan diare, tetapi ada strain yang dapat menimbulkan gejala muntah dan diare sekaligus.

Penanganan penderita keracunan makanan pada umumnya adalah penanganan pada gejalanya. Hal yang paling utama adalah hindari dehidrasi akibat muntah dan diare. Minum air atau oralit segera setelah diare/muntah. Diare/muntah biasanya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya sehingga pemberian obat umumnya tidak diperlukan. Penyebab kematian terbesar dari kasus keracunan makanan biasanya bukan karena jenis mikroorganisme yang tertelan tetapi karena dehidrasi akibat diare dan muntah yang berlebihan.

Umumnya penyebab utama dari keracunan makanan tidak diketahui karena tidak diselidiki lebih lanjut. Diare dan muntah merupakan penyakit yang sering dianggap ringan sehingga jarang penderita yang memeriksakan muntahan dan fesesnya ke laboratorium. Akibatnya jenis mikroorganisme penyebab diare/muntah tidak diketahui secara pasti.

Pencegahan keracunan makanan bisa dimulai dari higienitas pribadi. Biasakan untuk memcuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah menangani bahan makanan yang berbeda, sesudah ke kamar mandi, sesudah mengganti popok bayi serta saat merawat orang sakit.

Komsumsi segera makanan setelah siap disajikan. Bila tidak segera dikomsusi tutup makanan dengan baik dan hindari dari serangga/semut/lalat. Cuci bahan makanan yang perlu dicuci sebelum diolah serta buah dan sayuran yang hendak dikomsumsi mentah. Bila perlu kupas kulit buah sebelum dikomsumsi.

Simpan bahan makanan sesuai jenisnya dan jangan mencampur makanan matang dan mentah. Bedakan lokasi penempatan bahan makanan mentah dan makanan siap saji di dapur untuk menghindari kontaminasi silang.

Pada akhirnya, jangan terlalu khawatir keracunan makanan saat jajan di luar. Rasa khawatir berlebihan akan membuat sistem fisiologis tubuh menjadi terlalu sensitif sehingga akan menimbulkan reaksi yang sebenarnya bukan karena adanya mikroorganisme pencemar makanan tetapi "reaksi palsu" akibat terlalu cemas saat mengkomsumsi makanan.



Julia Rosmaya R
Dokter Hewan Karantina







1 komentar:

Pengikut