Senin, 29 Februari 2016

BUKAN HARI BIASA (SEKILAS KARANTINA)

BUKAN HARI BIASA
(SEKILAS KARANTINA)
- Julia Rosmaya

Bandara Adi Sumarno agak sepi hari ini, Rati baru menandatangani dua dokumen karantina. Waktu piketnya masih lama berakhir, dia berharap tidak ada kejadian aneh di jam piketnya. Lelah rasanya menghadapi pengguna jasa yang sok tahu dan sok keminter tapi sebenarnya hanya tidak ingin mematuhi aturan.

Sesosok lelaki dengan baju safari berwarna gelap mendadak muncul di konter depan. Tubuhnya tegap dengan rambut cepak seperti tentara, sikap badannya menguarkan aura resmi. Suara bariton yang tegas mengusik rasa ingin tahunya. Rati pun melangkah ke konter depan. Sekilas didengarnya bahwa bapak Presiden memohon pemeriksaan karantina untuk burung-burungnya yang akan di bawa ke Jakarta.

Burung Presiden? Wah ini berita besar, Rati mempercepat langkahnya. Dilihatnya petugas konter menerima beberapa dokumen dan sebentuk flashdisk dari lelaki itu.

"Selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?" tegurnya ramah ke lelaki itu.

"Iya bu, kami mewakili bapak Presiden. Bapak berencana membawa beberapa ekor burung ke Bandara Halim Jakarta dengan pesawat kepresidenan. Rencananya burung-burung tersebut akan dilepas di Istana Bogor bu," jawab lelaki itu.

"Wah hebat sekali Bapak Presiden kita, berkenan mematuhi aturan. Apakah dokumen-dokumen yang diperlukan sudah dilengkapi pak? Boleh saya tahu nama Bapak siapa?", tanya Rati lagi semakin antusias. Ternyata hari ini ada kejutan yang menyenangkan. Melakukan pemeriksaan burung milik Presiden bukan merupakan hal yang biasa dilakukannya.

"Saya Martono bu. Apakah ibu dokter hewan yang akan melakukan pemeriksaan? Tadi dokumen sudah saya serahkan ke bapak petugas yang disana," sahut pak Martono sambil menunjuk pak Adi rekan Rati.

"Iya pak, saya dokter hewan piket hari ini. Saya yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan burung-burung Bapak Presiden nanti. Silahkan Bapak menunggu, kami akan melakukan pemeiksaan dokumen terlebih dahulu. Oh iya pak, tadi saya lihat ada flasdisk, isinya apa pak?" kata Rati lagi sambil meraih flashdisk dari atas tumpukan dokumen.

"Oh itu bu dokter, saya juga kurang tahu apa isinya. Tadi diberikan oleh petugas yang mengurus burung. Menurut beliau, data-data burung yang akan dikirim ada di dalam flashdisk tersebut," kata pak Martono sambil menunjuk flashdisk yang dipegang Rati.

"Baiklah pak, kami akan cek data-data yang ada dalam flashdisk ini. Silahkan Bapak menunggu di sana pak," kata Rati sambil menunjukkan sofa ruang tunggu.

Dengan sigap, dibukanya dokumen yang terdapat di dalam flasdisk. Isinya ternyata hasil scan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengiriman burung. Dibacanya sekilas dokumen yang ada, Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari Dinas Peternakan Solo, Surat Keterangan bebas Avian Influenza (AI) serta data-data jenis, jumlah dan warna burung yang akan dikirimkan.

"Pak Adi, lihat ini ... Hebat sekali petugas administrasi kepresidenan, mereka menyempatkan diri untuk men-scan dokumen yang ada," Rati memanggil pak Adi sambil menunjukkan layar monitor komputer.

"Iya dok, ini dokumen juga sudah saya periksa. Semua lengkap dan sesuai aturan. Sepertinya Kepala Balai harus diberitahu soal ini dok. Jarang-jarang lho Presiden meminta tindakan karantina untuk burungnya," kata pak Adi sembari memasukkan data yang ada di dokumen ke aplikasi Karantina Hewan.

Rati tersenyum, diraih telpon genggamnya. Diketik beberapa kalimat pemberitahu ke Drh. Ana, kasie Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Yogyakarta. Bandara Adi Sumarno Solo merupakan wilayah kerja BKP Kelas II Yogyakarta. Pesan yang sama disampaikan ke staf humas kantor, mereka harus tahu kejadian ini.

Tindakan selanjutnya adalah mengambil darah burung-burung itu serta melakukan pemeriksaan fisik. Darah yang diambil akan diuji menggunakan test kit untuk memastikan burung-burung tersebut terbebas dari penyakit AI atau flu burung. Rati masuk ke dalam ruangan, diambilnya peralatan untuk pemeriksaan. Diliriknya kopi yang sudah mulai dingin di meja. Dia baru ingat bahwa tadi dia memesan kopi hitam tanpa gula untuk pengusir kantuk. Segera dihabiskannya kopi itu dan Rati melangkah keluar.

Hari ini akan menjadi sejarah karirku, gumam Rati riang.



#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keduapuluhtiga
#MaretCeria
#Tugas_minggu_pertama




Ditulis berdasarkan berita di bawah ini

Kirim Puluhan Ekor Burung dari Solo, Presiden Periksakan di Karantina Pertanian

Solo (25/1) - Setelah memborong puluhan burung di Pasar Burung Depok, Solo keluarga orang nomor satu di Indonesia, Presiden Jokowi mengirimkannya ke Jakarta.

Prosedur pemeriksaan karantina menggunakan jalur biasa, demikian menurut dokter hewan Adri Susiani, petugas medik veteriner Balai Karantina Pertanian Yogyakarta, Wilker Bandara Adi Sumarmo Solo. Ada 30 ekor burung Jalak Kapas, 50 ekor burung Cucak Keling dan 6 ekor burung Merpati yang akan dilepasliarkan di istana merdeka dan istana Bogor.

Pemeriksaan kesehatan hewan yang dilakukan petugas Karantina Pertanian guna memastikan hewan tersebut sehat dan aman, terutama antisipasi virus flu burung. Puluhan burung ini dinyatakan sehat, dan segera dikeluarkan Sertifikat Kesehatan Hewan.

Walau diperlukan waktu cukup lama dalam pemeriksaan fisik , namun seluruh prosedur tetap dilakukan, tambah Adri.
Menjadi kebanggaan bagi petugas Karantina Pertanian membantu menjamin hewan peliharaan Keluarga Presiden sehat dan aman bagi lingkungan.

Petugas Karantina Pertanian berada diseluruh pintu masuk dan keluar wilayah NKRI, bertugas memeriksa dan memastikan hewan dan tumbuhan yang dilalulintaskan aman dan sehat sehingga terjaga kekayaan sumber daya hayati Indonesia, nomor. 2 terbesar di dunia.

Humas Karantina Pertanian

Jumat, 26 Februari 2016

GELAR TIKAR DI ODOP

GELAR TIKAR DI ODOP
- Julia Rosmaya

Akhir Januari kemarin saya memutuskan untuk bergabung di komunitas One Day One Post (ODOP) yang digagas oleh Bang Syaiha. Sejak bergabung dengan komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) kemudian menjadi murid Sekolah Perempuan (SP) keinginan untuk bisa menulis setiap hari selalu gagal. Banyak hal yang akhirnya menjadi alasan untuk tidak menulis di blog setiap hari.

Menulis bagi saya adalah salah satu cara untuk meredakan gejolak hati, meredam amarah, meniadakan gundah serta berbagi tawa. Banyak keinginan terpendam yang belum terlaksana, salah satunya memiliki buku karangan sendiri. Draft novel ada beberapa..., selesai? BELUM !! hiks. Selepasnya dari masa pelatihan di SP dulu seharusnya novel saya sudah berjaya di toko buku seperti beberapa alumni SP yang seangkatan. Tapi hingga sekarang, novel itu masih duduk manis di folder laptop saya.

Setahun lalu, saya sudah mencanangkan... Ayo menulis setiap hari, ayo isi blog minimal 3 kali seminggu, ayo bikin artikel, ayo bikin cerpen!! Hasilnya? Ada beberapa yang sudah saya kirim ke media cetak walau belum dimuat. Beberapa kali menghadiri acara temu penulis, pulang dari situ langsung semangat ... setelah itu? Melempem seperti krupuk dalam kaleng yang lupa ditutup.

Kesibukan kuliah saya jadikan alasan untuk menunda keinginan menulis setiap hari. Alasan demi alasan tercipta. Hasilnya? Selama tahun 2015, blog saya hanya terisi 36 postingan yang artinya hanya 3 setiap bulan. Jauh di bawah target yang 3 postingan per minggu.

Awal tahun 2016, saya bertekad lagi untuk menulis setiap hari. Tetiba mata tertumbuk pada tulisan Bang Syaiha mengenai ODOP. Wah, mungkin ini merupakan jawaban dari keinginan saya. Saya pun melayangkan pesan dan terdamparlah saya di dunia ODOP.

Awal memulai tentu saja agak susah. Bang Syaiha berkata bahwa waktu terbaik bagi dia untuk menulis adalah saat pagi, sebelum memulai aktivitas. Pagi hari adalah waktu yang paling sibuk bagi saya sebagai emak-emak. Bangun setiap hari pukul 3.30 dan langsung berdiri di depan kompor. Jam 5.30 sudah siap berangkat. Lah kapan nulisnya hahaha ...

Untunglah di jaman telepon pintar ini, menulis bisa dilakukan kapan saja dimana saja. Saat duduk manis di APTB menuju Bogor, di tengah macet menuju kantor di Cibitung, leyeh-leyeh di kasur samping suami ... menulis ... menulis dan menulis.

Sebenarnya dari dulu, saya adalah tipe pengamat. Terkadang saya dapat ide dari hal-hal unik sepanjang perjalanan atau saat berinteraksi dengan orang lain. Beberapa hal unik dari perjalanan harian saya dari Jakarta ke Merak saat bertugas dulu disana, sudah saya tuangkan dalam tulisan dan bisa di baca disini part 1; part 2; part 3; part 4; dan edisi ramadhan.

Kebiasan menjadi pengamat lingkungan semakin saya asah untuk mendapatkan ide. Terkadang melalui chatting dari grup ke grup didapatkan ide. Mendengar satu kalimat terucap dari seseorang seperti menyalakan lampu LED di kepala dan saya pun menulis.

Hingga sekarang, baru sekali saya tidak menulis, itu pun segera saya bayar di hari berikutnya. Adanya kewajiban blog wallking ke peserta ODOP lain juga semakin menggairahkan semangat saya untuk menulis. Beberapa teman meninggalkan komentar di blog dan saya merasa sangat berterima kasih. Melihat jumlah pengunjung harian yang bertambah ... ahhh rasanya saya merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia.

Ditambah lagi, keakraban penghuni dunia ODOP membuat saya menjadi betah bergabung di komunitas ini. Variasi peserta yang beragam mulai dari anak SMP yang masih diberi uang jajan, emak-emak yang iseng membuat biro jodoh, hingga jomblowan dan jomblowati yang pasrah dikerjain. Gelaran tikar di ODOP sering dimulai selepas Isya hingga malam, menu yang dihidangkan bermacam-macam, mulai dari cara mempercantik blog, memperoleh uang dari blog, tips kepenulisan dan masih banyak lagi. Rasanya saya menemukan dunia baru disini. Dunia ODOP.

Walau gelaran tikar ini akan segera berakhir (ODOP hanya berlangsung selama 4 bulan), saya yakin bahwa saya akan tetap menulis setiap hari ... HARUS! Dan novel saya akan beredar di tangan peserta ODOP sekalian ... Aamiin ...


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keduapuluhdua





Kamis, 25 Februari 2016

LONG DISTANCE MARRIED - TIPS ALA PETUGAS KARANTINA (PART 1)

LONG DISTANCE MARRIED
TIPS ALA PETUGAS KARANTINA (PART 1)
- Julia Rosmaya

Petugas Karantina Pertanian adalah PNS pusat yang ditempatkan di seluruh Indonesia. Sebagai resiko penempatan adalah berpisah dari keluarga demi tugas negara. Banyak di antara kami yang harus mengalaminya. Tidak hanya setahun dua tahun, tetapi sepanjang usia pernikahan. Bertemu anak dan atau pasangan seminggu sekali hingga setahun sekali jamak bagi kami.

Banyak hal-hal unik dialami mereka yang terpaksa harus mengalami long distance married (LDM) ini. Banyak cara pula untuk menyiasatinya. Ngomomg-ngomong yang akan dibicarakan disini berlaku untuk pasangan yang telah menikah ya, bukan yang LDR (Long Distance Relationship) alias pacaran.

1. Komunikasi
Pasangan yang terpisahkan tentu saja memiliki kebutuhan dasar untuk selalu berdekatan. Salah satu caranya adalah dengan berkomunikasi via suara. Rumah kontrakan atau kamar sewa tidak semuanya memiliki telepon. Dulu untuk memenuhi kebutuhan komunikasi, wartel menjadi tempat yang paling dicari untuk melepaskan rindu. Biaya berkomunikasi melalui wartel tentu saja tidak sedikit, sedangkan gaji sebagai PNS tidak seberapa. Akhirnya yang menjadi sasaran adalah telepon kantor.

Tagihan telepon kantor yang membengkak ini sudah pasti membuat para bos berjingkrak marah. Tetapi kebiasaan menggunakan telepon kantor untuk menghubungi keluarga juga sukar dicegah. Memang merugikan negara secara tidak langsung, tetapi banyak bos yang akhirnya maklum.

Saat ini, semakin mudah untuk berkomunikasi menggunakan telepon pintar. Ada banyak media komunikasi yang dapat digunakan, mulai dari WhatsApp, Telegram, HangOut, Line, Messenger FB atau yang sudah jarang digunakan Yahoo Messenger. Telepon kantor sudah jarang disalahgunakan, saat ini yang paling dicari adalah fasilitas WIFI kantor.Bagaimanapun juga biaya pulsa untuk internet cukup lumayan. Sehingga bila ada fasiltas gratis tentu saja akan banyak dicari.

Selain fasilitas WIFI, kebutuhan akan listrik bagi telepon genggam juga sangat penting. Jangan sampai saat istri/suami/anak menelpon tidak bisa diangkat karena batere sudah sekarat.

Komunikasi tidak hanya terbatas via suara, tetapi juga video dan gambar. Penggunaan skype atau fasilitas video dipergunakan semaksimal mungkin. Fasilitas kamera pada telepon genggam juga selalu digunakan para pasangan ini.

A : Sayang, aku lagi di pelabuhan nih. Barusan nangkap orang yang bawa burung dalam botol Aqua. Lihat deh fotonya. Kasihan burungnya, hampir mati.

Images sent ...

B : Ih sayang, lucu banget burungnya. Tega amat sih orang yang mau nyelundupin. Bisa mati kan burungnya. Sebentar, aku mau kasih lihat fotonya sama si Upik

A : Iya kasih lihat deh, Upik kan suka sama hewan kayak papanya

B : Kata anakmu, burungnya buat Upik aja. Besok kalau papa datang dibawa.

A : Hahaha gak bisa ... bilang sama Upik ya sayang, itu burung langka gak bisa dibawa pulang. Ini Papa kirim videonya aja buat dilihat Upik ya sayang

Video sent ...


Percakapan di atas umum terjadi pada pasangan LDM. Koleksi gambar, video yang dikirim dan diterima mungkin sudah beratus-ratus GB saking banyaknya. Gambar dikirim mulai dari foto selfie, wefie, hingga foto yang bukan untuk komsumsi publik.

Fasilitas pengiriman audio juga sering digunakan para pasangan ini. Lagu-lagu romantis dikirimkan, nada dering dibuat sesuai suasana hati.
Lagu Dekat Di Hati oleh RAN mungkin bisa mewakili suara hati para pasangan LDM ini.

dering telfonku membuatku tersenyum di pagi hari
kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi
entah mengapa aku merasakan hadirmu di sini
tawa candamu menghibur saat ku sendiri

aku di sini dan kau di sana
hanya berjumpa via suara
namun ku selalu menunggu
saat kita akan berjumpa

meski kau kini jauh di sana
kita memandang langit yang sama
jauh di mata namun dekat di hati


Seorang pasangan LDM berkata bahwa singkatan LDM yang lebih tepat adalah Life Depend on Mobile phone!

2. Topik pembicaraan
Topik pembicaraan mereka yang LDM biasanya tergantung usia pernikahan. Pasangan yang baru menikah, topik utama tentu saja cinta dan kerinduan serta mimpi-mimpi untuk satu rumah suatu hari.

Seiring usia pernikahan dan usia anak, topik yang dibicarakan akan berganti. Mulai dari kelucuan bayi dan balita hingga kekesalan dan curhat panjang lebar menghadapi kenakalan anak; genteng rumah yang bocor tapi tidak bisa diperbaiki hingga Papa pulang; keluhan mengenai si ABG yang ngambek tidak jelas juntrungannya; hingga ketidaksabaran kepastian mutasi untuk bisa bersama.

Bagi pasangan yang secara sadar memilih untuk tetap berpisah, biasanya akan lebih bisa menerima keadaan. Tetapi bagi pasangan yang tidak bisa menerima kenyataan harus terpisahkan, maka keluhan panjang kali lebar serta pertanyaan kapan kita bersama adalah menu harian pembicaraan.

Banyak di antara petugas karantina memiliki pasangan yang juga bekerja sebagai petugas karantina, hanya beda UPT (Unit Pelaksana Teknis). Biasanya mereka akan lebih memahami kesibukan pasangannya. Malah terkadang, sang pasangan lebih memahami gosip di kantor UPT istri/suami-nya daripada si pegawai sendiri.

Saya bertemu dengan istri dari X, petugas karantina di kantor. Kagetlah saya saat sang istri mengetahui cerita dan fakta di kantor yang bahkan saya sendiri tidak tahu. Ternyata info tersebut didapatkan dari sang suami. Sang suami rajin bercerita ke istrinya mengenai kejadian lucu, absurd bahkan kategori rahasia yang terjadi di kantor. Jadi berhati-hatilah menyimpan rahasia kantor dari pasangan LDM ya hahaha...

3. Mudik
Bagi pelaku LDM, deretan tanggal merah di kantor adalah hal yang paling menyenangkan. Berburu tiket murah untuk long weekend jauh hari sebelumnya menjadi kegiatan utama pembunuh waktu. Di antara mereka, nomor agen tiket atau situs website penyedia tiket murah tersimpan dengan rapi di memori telpon genggam.

Sebagian besar dari pasangan LDM berada di pulau Jawa dan pelatihan-pelatihan karantina berlokasi di pulau Jawa juga. Sehingga info pelatihan selalu dicari. Kepala UPT yang bijak biasanya akan menggilir pegawainya yang LDM untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut, sehingga transportasi gratis pulang ke rumah bisa didapatkan.

Kepala UPT biasanya juga memberi dispensasi beberapa hari sejak pelatihan berakhir untuk dimanfaatkan bersama keluarga. Bagi UPT kecil dengan jumlah pegawai terbatas, kesempatan bisa pulang menemui keluarga dengan gratis beberapa kali dalam setahun dengan mudah didapatkan.

4. Menjaga cinta
Jarak terkadang bisa memudarkan cinta. Bagaimanapun kehadiran dan sentuhan fisik diperlukan dalam pernikahan. Untuk itu banyak pasangan yang berusaha menjaga api cinta tetap menyala dengan rutin mengirimkan kata-kata romantis, kejutan-kejutan manis dan cara-cara lainnya.

Seorang teman pernah mendapatkan buket bunga mawar cantik dari suaminya yang dipesan melalui teman kantor si istri. Seorang suami mendadak kaget saat masuk ruang kerjanya mendapati kue ulang tahun spesial yang dikirim melalui pemesanan online.

Rasa percaya adalah kunci utama bagi pasangan LDM. Tidak adanya rasa percaya akan membuat jarak yang ada menjadi semakin jauh. Menghalau godaan yang datang saat jauh dari pasangan adalah hal yang berat bagi pasangan LDM

5. Membunuh sepi
Seusai kerja, adalah saat yang paling menyiksa bagi pelaku LDM. Sendiri dan sepi sangat terasa, untuk itu banyak hal yang dilakukan antara lain...

Bersambung ke Part 2


#BarantanKerenBanget
#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keduapuluhsatu












Selasa, 23 Februari 2016

ANJING GILA


ANJING GILA
-Julia Rosmaya

Tahukah anda mengenai penyakit anjing gila?

Penyakit anjing gila atau Rabies adalah penyakit yang menyerang anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya, gejalanya bersifat akut. Disebabkan oleh virus dari family Rhabdoviridae dan menyerang susunan syaraf pusat. Rabies dapat menyerang manusia melalui gigitan hewan tertular.

Jumlah kematian manusia akibat Rabies di Indonesia lebih besar dari penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI). Sayangnya penyakit ini masih diabaikan oleh sebagian besar dari kita.

Bila anda memiliki jaringan internet yang kuat, cobalah cari video mengenai penyakit Rabies pada manusia. Saat menonton video-video tersebut, siapkan mental anda. Proses kematian akibat Rabies sangatlah miris. Manusia bertingkah laku seperti anjing, bahkan ada manusia yang melolong dengan busa air liur di sekitar mulutnya. Kabarnya kisah manusia "Werewolf" jaman dulu itu bermuasal dari penyakit Rabies ini. Saat itu Rabies belum dikenal, sehingga bila ada manusia terkena Rabies, dengan tingkah laku seperti anjing maka dianggap sebagai jelmaan anjing atau serigala. Tapi tentu saja kebenaran cerita ini masih diragukan.

Bagaimana kita bisa tertular Rabies? Melalui gigitan anjing, kucing, kera dan sebangsanya yang terkena Rabies. Jilatan hewan tertular pada kulit manusia yang luka juga dapat mengakibatkan virus berpindah ke tubuh kita. Kematian manusia dan hewan yang positif terkena Rabies hampir 100 persen. Tetapi penanganan luka gigitan yang baik serta suntikan anti Rabies (serum dan vaksin), segera setelah digigit membantu mencegah virus masuk dan menyebar.

Penanganan luka gigitan antara lain bersihkan luka dengan air mengalir dan sabun. Keberadaan sabun sangat penting untuk membunuh virus. Gosoklah seluruh luka secara merata dengan sabun dan air selama beberapa menit. Bila ada darah pada luka, usahakan untuk mengeluarkan darah sebanyak-banyaknya. Setelah itu segera pergi ke dokter.

Anda harus waspada bila berada di daerah Rabies dan tergigit anjing, kucing, kera dan sebangsanya. Daerah yang berwarna merah adalah daerah wabah, sedang daerah yang berwarna kuning adalah daerah tertular Rabies.

Daerah wabah meliputi Bali, Nusa Tenggara Timur (kecuali daratan Kupang) dan pulau Nias. Daerah tertular meliputi pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa Barat.

Daerah yang berwarna hijau yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat masih bebas dari Rabies hingga saat ini.

Untuk daerah lain yang berwarna abu-abu (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur) adalah daerah yang berhasil dibebaskan dari Rabies melalui program vaksinasi.

Lalu apa bantuan kita sebagai orang awam untuk mencegah penyakit Rabies ini menular?

Pertama, vaksinasi anjing, kucing dan kera anda dengan vaksin Rabies setahun sekali. Serta periksa kesehatannya secara berkala ke dokter hewan atau Dinas yang berwenang. Di beberapa daerah terdapat program vaksinasi Rabies gratis, ikut sertakan hewan peliharaan anda.

Kedua, jangan membawa anjing, kucing, kera dari daerah wabah ke daerah bebas. Misalnya anda membawa anjing dari Bali ke Jakarta. Hal ini tidak diperbolehkan karena Bali merupakan daerah wabah sedangkan Jakarta adalah daerah bebas Rabies. Tidak diperbolehkan anjing, kucing, kera dan sebangsanya untuk masuk dan keluar ke dan dari daerah wabah. Lalulintas hewan-hewan tersebut ditutup.

Ketiga, diperbolehkan membawa anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya ke daerah bebas dengan vaksinasi (pada peta adalah daerah dengan warna abu-abu), dengan persyaratan hewan telah divaksinasi dan hasil uji titer antibodi hewan tersebut memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Untuk daerah yang berwarna hijau, hanya diperbolehkan membawa anjing, kucing, kera dan sebangsanya bila berasal dari daerah hijau juga. Contoh untuk membawa anjing ke Papua hanya diperbolehkan bagi anjing yang berasal dari Nusa Tenggara Barat atau pulau Belitung. Bila berasal dari daerah berwarna abu-abu maka anjing tersebut tidak diperbolehkan masuk.

Keempat, laporkan dan serahkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya ke petugas Karantina Hewan di pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan dan Bandara sebelum dibawa masuk kapal laut, kapal Fery atau pesawat terbang. Petugas akan memeriksa kelengkapan dokumen dan melakukan tindakan karantina. Hewan yang akan dilalulintaskan wajib dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan dari dokter hewan dari dinas berwenang. Untuk hewan yang berasal dari daerah tertular atau daerah bebas dengan vaksinasi maka wajib dilengkapi dengan buku vaksin Rabies dan hasil uji titer antibodi protektif.

Ingat, walau hanya SATU ekor anjing atau kucing atau kera, anda wajib melapor ke petugas Karantina untuk dilakukan tindakan. Anda tidak ingin kan kerabat anda terkena Rabies dan mati dengan miris?

Bantu kami, petugas Karantina Hewan dengan melapor dan menyerahkan hewan yang anda bawa. Kami ada di seluruh pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan dan bandara di seluruh Indonesia.

Untuk keterangan lebih lanjut, anda dapat menghubungi kami di
FB : Humas Karantina
Twitter : @humaskarantina
Website : http://karantina.pertanian.go.id/


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kesembilanbelas

Senin, 22 Februari 2016

PULPEN

PULPEN
- Julia Rosmaya

Rogoh sana sini, kemudian garuk-garuk hijab mencari pulpen biasa terjadi pada saya. Dicari di antara saku-saku tas tidak ada. Dicari di antara lipatan buku juga tidak ada. Selalu begitu, saya dan pulpen.

Pernah sengaja membeli tempat yang cantik, semua pulpen, pensil, penghapus, flashdisk masuk kesitu semua. Yang terjadi? Tempat cantik itu hilang atau ketinggalan!! Akhirnya kembali ke kebiasaan lama. Cemplang cemplung pulpen dan pensil ke dalam tas.

Akibatnya, banyak kejadian memalukan terjadi hiks.

Suatu hari saat menghadap dosen. Bu dosen sambil membolak balik draft proposal saya langsung memperbaiki saat itu juga. Otomatis harus langsung ditulis dong. Paniklah saya mencari pulpen. Bongkar sana sini tidak ketemu juga di dalam tas. Akhirnya dengan muka penuh kesabaran si ibu memberikan pulpennya ke saya. Saya? Mau tenggelam ke bumi ...

Dulu sekali, saat masih menjadi reporter tabloid kampus. Berhasil menemui seorang narasumber yang sangat susah diwawancara. Sekali lagi, saya bolak-balik rogoh tas, dimana pulpenku... huhuhu. Keringat sudah sebiji jagung. Mendadak teman saya, mengulurkan tangan hendak menyentuh dada saya ... ups ... saya langsung menghindar. Ealah ternyata disanalah pulpen itu nangkring. Di saku dada kiri.

Ngomomg-ngomong tahukah anda, bahwa penggunaan kata pulpen itu salah. Kata yang benar seharusnya bolpen dari kata ballpoint. Entah bagaimana ceritanya menjadi pulpen.

Kejadian terakhir, saat hendak ujian kualifikasi tulis untuk menjadi kandidat doktor. Kepala sudah mau meledak karena stress. Kami sudah bersiap di ruangan. Saya melirik teman saya. Di atas mejanya berderet dua buah pulpen, 1 pensil, penghapus pensil dan tip-ex. Melihat itu pertama kali, otak saya belum bekerja. Lirikan kedua saya mendadak tersadar. Saya tidak bawa pulpen ... oh tidaaaak... Maka berlarilah saya turun dari lantai 4 untuk membeli pulpen. Ngos ngosan ya sudahlah... Syukurlah ujian dapat dilewati dengan lancar.

Saya bertekad untuk menaruh pulpen di setiap saku tas, di dalam dompet dan di semua barang yang saya bawa. Semoga saja berhasil ... hehehe...


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kedelapanbelas



Jumat, 19 Februari 2016

CUCIAN

CUCIAN
-Julia Rosmaya

Kuliah lagi di usia yang tidak lagi muda ternyata memberikan dampak nyata terhadap otak dan tubuh. Dulu saat masih S1 di Yogya, belajar hingga larut malam, kurang tidur lalu harus praktikum tidaklah terlalu membuat fisik terkapar kelelahan. Rasa lelah tetap ada tapi tidak terlalu dirasakan dampaknya.

Sewaktu menempuh pendidikan S2, pekerjaan yang berat secara fisik sebagai dokter hewan karantina di pelabuhan Merak membuat tubuh terbiasa saat harus belajar hingga larut malam. Walau saya juga tidak terlalu ngoyo belajar hingga dini hari bila mau ujian.

Seiring usia, belajar hingga larut malam bukanlah pilihan. Jam 22 rasa ngantuk sudah tak tertahankan. Saya memilih bangun pagi dan segera berangkat serta membuka-buka buku di bis daripada harus tidur hingga larut malam. Kemampuan otak untuk menghafal juga sudah menurun. Saya lebih baik berusaha menangkap maksud suatu kalimat dan menuliskannya dalam bentuk lain.

Hal yang paling terasa saat ini adalah, dampak ke tubuh setelah ujian. Saat memikirkan jawaban, otak serasa diperas seperti cucian di ember yang hendak dijemur. Selesai ujian, rasanya seperti cucian yang sudah mengering di tali jemuran. Kering dan tak berdaya saat ditiup angin. Menurut saja kemana angin berhembus. Bila angin terlalu kencang dan memaksa sang cucian kering untuk terbang ke atap tetangga, tiada daya lagi untuk melawan. Beda dengan cucian basah yang masih bisa melawan tiupan angin karena masih berat mengandung air.

Hingga beginilah rasanya menjadi saya sehabis ujian. Tak berdaya dan remuk redam seluruh tubuh. Padahal perjalanan masih panjang, masih jauh tingkatan-tingkatan yang harus ditempuh.

Semangatlah Maya, ini baru 2 tahapan. Delapan tahapan di depan pasti bisa dilalui ...


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_ketujuhbelas
#analogi
#tugas_minggu_ketiga

KURSI MERAH

KURSI MERAH
- Julia Rosmaya

TransJakarta adalah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan, yang beroperasi sejak tahun 2004. Beberapa orang masih salah kaprah menggunakan istilah Busway untuk angkutan umum ini. Padahal, busway adalah jalur yang digunakan untuk TransJakarta (TJ).

Tahukah anda bahwa TJ memiliki jalur lintasan terpanjang di dunia (208 km), serta memiliki 228 halte yang tersebar dalam 12 koridor (jalur), yang awalnya beroperasi dari 05.00 - 22.00 WIB, dan kini beroperasi 24 jam.

Buat banyak orang naik TJ adalah piihan utama, tapi tidak untuk orang-orang yang senang duduk nyaman di kendaraan ber-AC. Kapasitas tempat duduk di TJ terbatas, lebih banyak tempat untuk penumpang berdiri. Di saat jam sibuk, jangan harap bisa berdiri dengan nyaman. Bisa dapat pegangan saja sudah syukur. Untuk orang-orang yang tidak kuat berdiri lama atau menaiki tangga halte TJ yang berlika-liku itu maka TJ bukanlah pilihan. Mereka tetap akan memilih duduk manis sambil kipas-kipas di mikrolet daripada berdiri lama di TJ yang berpendingin udara.

TJ sudah memisahkan kompartemen untuk lelaki dan perempuan demi kenyamanan. Apakah anda sering memperhatikan ada beberapa kursi berwarna merah di bagian perempuan? Kursi yang sengaja ditempatkan di dekat pintu itu adalah kursi prioritas yang diperuntukkan untuk manula, ibu hamil dan ibu yang membawa anak kecil.

Sayangnya, kursi-kursi merah ini sering disalahgunakan oleh banyak orang. Mbak-mbak cantik segar bugar sengaja menduduki kursi tersebut dan berlagak tidak peduli pada penumpang yang membutuhkan. Hingga kondektur TJ seringkali harus menegur dan meminta kursi prioritas itu diberikan pada para penumpang khusus.

Di bagian laki-laki juga sering banyak perempuan yang meminta duduk. Padahal tidak semua laki-laki kuat berdiri lama. Bagi laki-laki yang sudah berumur atau memiliki sakit tertentu, berdiri lama adalah siksaan.

Saya sebagai perempuan tetap memilih berdiri di bagian depan bus TJ walaupun bagian belakang yang merupakan bagian khusus lelaki tampak lengang. Perempuan sering menuntut persamaan hak, tetapi saat di kendaraan umum seperti ini yang dikedepankan adalah rasa ego. Saya perempuan, maka saya berhak duduk. Kamu lelaki silahkan berdiri saja. Wah ... menurut saya ini adalah sikap yang salah kaprah.

Terkecuali, ada lelaki yang memanggil saya dan memberikan tempat duduknya. Nah itu berbeda. Rejeki jangan ditolak hahaha... Tetapi untuk sengaja pergi ke bagian lelaki dan meminta duduk dari mereka, tidak akan pernah saya lakukan.

Kembali ke kursi merah tadi, sesama wanita biasanya lebih kejam ke wanita lain. Mereka cenderung masa bodoh ada perempuan hamil atau ibu-ibu tua yang tidak kuat berdiri lama.

Saya selalu menghindari duduk di kursi merah. Walaupun warna merah adalah warna favorit saya ... hahaha. Saya merasa tidak pantas duduk di kursi itu. Anak-anak juga saya ajarkan bahwa kursi merah ini bukan kursi untuk mereka duduki. Lebih baik cari kursi lain atau berdiri.

Sayangnya penumpang prioritas terutama ibu-ibu yang membawa anak usia balita juga sering mengedepankan egonya. Mereka meminta 2 tempat duduk. Satu untuk sang ibu dan satu lagi untuk balitanya. Bila bis dalam keadaan lengang tidak masalah, bila penuh? Bukankah lebih elok bila si balita dipangku? Toh mereka juga biasanya melakukan hal yang sama bila naik mikrolet.

Ibu yang hamil muda biasanya memang belum terlihat, sebaiknya komunikasikan dengan kondektur untuk meminta kursi prioritas. Pasti kondektur akan mencarikan kursi untuk sang ibu. Tetapi untuk ibu hamil tua, saran saya bila memungkinkan jangan menaiki TJ di saat jam sibuk. Kursi prioritas jumlahnya terbatas, dan kondisi TJ yang padat membahayakan ibu hamil. Tetapi bila si ibu hamilnya seperti saya, tetap kuat secara fisik ya tidak masalah.

Waktu hamil anak kedua, saya pernah berdiri lama dari Pulogadung hingga Serang tanpa seorang pun memberikan tempat duduknya. Mungkin hanya dikira ibu gemuk bukan ibu hamil hahaha... untunglah fisik saya lumayan kuat.

Kemarin otak saya lelah, karena baru saja selesai ujian. Ternyata otak yang lelah membuat kondisi fisik remuk redam. Bus TJ yang saya naiki tidak terlalu penuh penumpang. Seperti biasa saya berdiri dan mengeluarkan novel untuk dibaca. Mendadak pundak dicolek seorang ibu yang seumuran saya dan dia memberikan tempat duduknya. Saya melongo ... apakah otak yang lelah ini memberikan dampak sebegitu mengerikan ke wajah saya sehingga saya dianggap ibu-ibu tua yang tidak kuat berdiri? Hahahaha ... saya mengucapkan terima kasih dan tetap memilih berdiri.

Bagaimana ya, diberi tempat duduk oleh orang seumur kok rasanya seperti justifikasi bahwa saya sudah tua ... Hahaha ...


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keenambelas

Rabu, 17 Februari 2016

DELAPAN JAM TIDAKLAH CUKUP (PART 1)

DELAPAN JAM TIDAKLAH CUKUP (PART 1)
-Julia Rosmaya

Aku menyesal minum kopi pagi ini. Aku menyesal telah menghabiskan air minum bekalku sebanyak 1 liter. Aku menyesal tidak membawa mobil. Aku menyesal tidak membawa sarapan pagi ini…. Masih lamakah perjalanan?... Rasanya tidak sampai-sampai.

Tita merenung melihat pemandangan di balik kaca bis yang telah ditumpanginya 4 jam terakhir. Dia ingin buang air kecil. Tidak disangkanya bahwa perjalanan dari rumah di Jakarta ke Merak dengan menggunakan bis selama ini.

Hari ini dia memulai babak baru dalam hidup. Beberapa bulan lalu dia dinyatakan diterima sebagai PNS di Badan Karantina Pertanian, dan ditempatkan di pelabuhan Merak. Tita beberapa kali ke pelabuhan Merak bila hendak pergi ke Sumatra, tetapi biasanya dia pergi bersama keluarga menggunakan mobil pribadi. Kali ini dicobanya menggunakan kendaraan umum.

Tidak disangka, menggunakan kendaraan umum membutuhkan waktu dua kali lebih lama daripada kendaraan pribadi. Dia belum sempat sarapan tadi pagi. Hanya minum segelas kopi. Bekalnya pun hanya 1 liter air minum. Membeli makanan dari pedagang asongan dia tidak berani. Akhirnya air 1 liter pun habis sebelum sampai Serang.

Bis yang ditumpanginya berjalan lambat, tadi tol dalam kota Jakarta tidak terlalu padat, tol arah Merak pun lancar. Hanya sewaktu bis masuk ke terminal Pakupatan Serang, bis mengetem lama sekali mencari penumpang. Alhasil hampir 4 jam, Tita belum sampai ke tujuan.

Menurut informasi yang dia terima, Kantor Karantina Merak terletak beberapa meter setelah pintu tol Merak. Sebentar lagi bis keluar pintu tol, dia harus siap-siap turun.

Dipandangnya kantor berlantai 2 yang sebentar lagi akan menjadi tempat dia bekerja. Cukup megah. Ada 2 truk besar yang berhenti di depan kantor. Beberapa petugas berseragam coklat tampak sedang naik ke atas truk dan mengamati isi di dalamnya. Tita tersenyum manis pada satpam di depan pintu masuk dan menyatakan bahwa dia ingin bertemu dengan kepala balai.

Beberapa saat kemudian, dia sudah duduk menunggu di depan ruangan kepala balai di lantai 2. Seorang perempuan dan seorang lelaki duduk menunggu juga. Tita ingin segera ke Toilet, teringat bahwa kondisinya masih berantakan setelah naik bis tadi. Dia bertanya pada seseorang dimana letak toilet, dan bergegas kesana. Lega rasanya bisa menunaikan hajat. Dibenahi rambut dan mukanya agar terlihat lebih segar. Tak lupa bedak tipis dan seulas lipstick digunakan. Hari ini dia menggunakan celana panjang hitam dan kemeja biru muda. Rambut ikalnya yang panjang diikat menjadi satu di belakang. Setelah yakin penampilannya cukup layak untuk kesan pertama bertemu dengan kepala balai, dia segera keluar.

Kedua orang tadi masih menunggu. Di depan mereka ada panganan kecil dan cangkir teh. Mendadak perutnya bergemuruh. Ini sudah hampir pukul 11 dan perutnya belum kemasukan apapun. Sapaan halus lelaki muda mempersilahkan Tita untuk minum dan makan panganan yang ada di atas meja. Tita bersyukur, segera dihabiskan teh dalam cangkir dan diambilnya sebuah arem-arem. Setidaknya perut sudah sedikit terisi.

Tak lama, pintu ruangan kepala balai terbuka. Keluarlah seorang lelaki berusia tiga puluhan berseragam coklat dengan berbagai tanda pangkat di bajunya. Rahangnya kukuh, rambutnya berombak yang disisir rapi ke belakang, berkacamata dengan bingkai hitam, matanya terlihat serius memandang dokumen di tangan. Dia tidak memandang ke arah ruang tunggu tetapi langsung menuju ke lantai bawah.

Lelaki muda yang tadi, mempersilahkan Tita dan yang lain untuk masuk ke dalam.
“Pak, ini PNS baru yang hendak melapor ke Bapak,” kata lelaki muda tadi, yang belakangan diketahui Tita bernama Anto.

Seorang lelaki bertubuh jangkung dan kurus berseragam coklat dengan lebih banyak tanda pangkat dibanding lelaki berahang kukuh tadi, berdiri menyalami mereka satu persatu.

“Selamat datang di Merak, saya Abimanyu. Silahkan duduk. Bagaimana perjalanan kalian? Susah tidak menemukan kantor ini? Bisa saya tahu nama-nama kalian?” kata pak Abimnayu.

Tita melihat sekeliling, dilihatnya perempuan yang sebaya dengannya tersenyum kepadanya, seperti berharap supaya Tita memulai perkenalan duluan. Lelaki yang satunya juga hanya tersenyum ke pak Abimanyu. Sehingga Tita memutuskan untuk memulai perkenalan.

“Alhamdulillah, tadi tidak sulit menemukan kantor ini. Saya Anindita Kumala. Dokter hewan yang ditugaskan untuk bekerja disini. Saya biasa dipanggil Tita pak,” kata Tita tersenyum ke pak Abimanyu. Selanjutnya dia menoleh teman menunggunya tadi.

“Saya Janadi Ismanto pak, saya paramedic. Saya mohon bimbingan Bapak karena saya belum pernah bekerja sebelumnya. Saya baru saja lulus 6 bulan yang lalu,” kata Janadi terbata-bata.

“Saya Iswahyuni pak. Saya sarjana HPT baru lulus juga. Saya juga mohon bimbingan Bapak,” kata perempuan muda tadi.
Pak Abimanyu tersenyum dan membentangkan tangannya.

“Sekali lagi selamat datang. Saya senang sekali mendapat tambahan PNS baru seperti kalian. Masih muda-muda dan segar. Mulai besok kalian memulai hari kalian di kantor ini ya. Bu Tita sebelumnya kerja dimana?” Tanya pak Abimanyu tersenyum ramah ke arah Tita.

“Saya praktek mandiri pak. Tetapi orangtua menyarankan saya untuk menjadi pegawai negeri. Saya manut saja pak. Saya mohon bimbingan Bapak,” Tita balas tersenyum.

“Wah bagus bagus. Kalian bertiga saya beri masa orientasi satu sampai dua bulan ya untuk melihat seluruh system pekerjaan disini. Saya ingin kalian tidak terpaku pada bidang teknis kalian saja. Bu Iswahyuni yang sarjana HPT harus tahu pekerjaan medic veteriner seperti apa. Pak Janadi juga, harus tahu pekerjaan POPT seperti apa. Jangan hanya tahu urusan hewan saja. Bu Tita juga wajib tahu seluk beluk karantina tumbuhan ya tidak hanya karantina hewan saja. Selain itu kalian juga harus tahu system administrasi. Belajar semuanya ya. Wajib itu. Nanti kalian akan saya perkenalkan ke masing-masing kasie yang ada disini,“ kata pak Abimanyu sambil berjalan ke pintu memanggil mas Anto dan memerintahkan dia memanggil kasie-kasie yang berwenang.

Tita bingung, apa itu POPT? HPT dia tahu karena dia punya teman sarjana pertanian, yaitu singkatan dari Hama Penyakit Tumbuhan, sebuah jurusan di fakultas pertanian. Tapi POPT? Dia belum pernah mendengar istilah itu. Saat diterima, Tita sudah berusaha mencari tahu mengenai karantina. Karantina Pertanian terdiri dari karantina hewan dan karantina tumbuhan. Sedangkan karantina ikan ada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ada satu lagi yaitu Karantina Kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan. Tita masih samar-samar mengetahui apa saja tugasnya nanti sebagai dokter hewan karantina. Istilah medic veteriner masih awam buatnya.

Didengarnya pintu terbuka dan masuklah 1 orang lelaki dan 1 orang perempuan berjilbab coklat. Mereka tersenyum ramah melihat Tita dan teman-temannya.

“Bu Husna, Pak Wirawan ini 3 orang PNS baru yang ditempatkan disini. Bu Husna ini kasie karantina hewan sedangkan pak Wirawan kasie karantina tumbuhan. Selain itu ada bu Jamilah kasubag TU. Bu Jamilah sepertinya sedang ke Serang mengurus sesuatu,” kata pak Abimanyu sambil pindah ke kursi lain dan memberikan kursi baru untuk pak Wirawan dan bu Husna.

“Ini Anindita, dokter hewan. Yang ini Janadi paramedic dan yang ini Iswahyuni POPT,” lanjut pak Abimanyu lagi sambil menunjuk Tita dan yang lain satu persatu.

Tita berdiri dan menyalami pak Wirawan dan bu Husna sambil menyebutkan namanya. Janadi dan Iswahyuni mengikuti tindakan yang dilakukan Tita.
“Bu Husna nanti akan membimbing Anindita dan Janadi. Sedangkan pak Wirawan akan membimbing Iswahyuni. Tentu saja nanti saya juga terlibat langsung membimbing kalian. Ingat pesan saya tadi, jangan hanya mempelajari bidang tugasnya saja. Pelajari semua. Pelajari banyak-banyak. Jangan sungkan bertanya pada saya atau yang lain ya,” pak Abimanyu meraih telpon genggamnya saat mendengar panggilan masuk. Dijawabnya panggilan telepon tersebut.

Tita memandang sekitarnya. Bu Husna tersenyum padanya. Semua orang ini memakai tanda pangkat yang berbeda-beda. Ada nama yang terjahit rapi pada dada kanan dan emblem di sisi kiri lengan baju. Baju mereka berwarna coklat muda dan bawahan coklat tua. Terlihat rapi. Jilbab yang digunakan bu Husna juga berwarna coklat senada dengan rok panjang yang digunakannya.

Didengarnya bu Husna berkata, “Mbak Anindita lulusan mana? Kalau saya lulusan UGM tetapi sudah lama sekali. Jangan-jangan saya sudah keluar, Mbak Anindita baru masuk hehehe.”

Tita ikut tertawa, “Panggil saya Tita bu, saya lulus dua tahun yang lalu. Saya lulusan UGM sama dengan ibu.”

“Wah sama ya. Disini ada 3 dokter hewan. Dua orang lulusan IPB dan yang satu lulusan Unair. Nanti belajar dengan mereka juga ya. Kalau paramedic ada 10, nanti mas Janadi bisa belajar dengan mereka juga,” kata bu Husna.

Pak Wirawan menyambung kata-kata bu Husna, “POPT disini ada 13 orang, 8 lelaki dan 5 perempuan. Kenapa bu Anindita? Kok seperti bertanya-tanya mendengar istilah POPT? Hehehe,” kata pak Wirawan terkekeh.

Tita tersenyum “Ya pak, banyak istilah yang saya masih belum tahu.”

“POPT itu singkatan dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, istilah untuk jabatan fungsional karantina tumbuhan. Sedangkan dokter hewan itu nama jabatan fungsionalnya medic veteriner. Masih banyak singkatan lain. Jangan khawatir kalian punya banyak waktu untuk belajar,” kata pak Wirawan lagi.

Pak Abimanyu meletakkan telpon genggamnya dan kembali tersenyum kepada mereka. Setelah berbasi-basi sejenak, pak Abimanyu meminta pak Wirawan dan bu Husna melanjutkan pengenalan tugas. Mereka semua pun keluar dari ruangan. Tita menghela nafas lega. Sepertinya mereka orang baik semua. Dia agak gamang, karena belum pernah bekerja di bawah orang lain sebelumnya. Harus banyak belajar, batin Tita.



#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kelimabelas
#Novel_project

Selasa, 16 Februari 2016

YANG PERTAMA SELALU TERBAIK

YANG PERTAMA SELALU TERBAIK
- Julia Rosmaya

Bram mendesah, diperhatikannya ruangan yang ramai. Dia tidak betah berlama-lama. Acara samacam kumpul-kumpul pegawai seperti ini bukan kesukaannya dari dulu. Diambilnya segelas air dan cemilan. Pilihan cemilan di atas meja pun tidak menarik hatinya.

Dengan lesu dia berjalan ke meja di sudut. Ada seorang lelaki sudah duduk di sana. Acara sambutan masih belum selesai.

"Saya numpang duduk disini ya pak," katanya kepada lelaki itu.

Mereka duduk dalam diam, menikmati cemilan yang rasanya tidak karuan tadi. Dicobanya membuka pembicaraan dengan lelaki itu, bosan juga rasanya berdiam diri terus menerus.

"Bapak pensiun tahun berapa dari kantor ini?" dialihkan pandangan ke lelaki tadi. Taksirannya umur lelaki itu 60 tahun lebih, tubuhnya kurus, bajunya tersetrika halus. Rambutnya walau telah menipis tersisir rapi ke belakang.

"Saya pensiun sudah lama dek, sudah 10 tahun lebih. Alhamdulillah pimpinan kantor sini selalu mengingat para pensiunan seperti kami. Setiap tahun pasti kami diundang di acara kumpul-kumpul seperti ini." kata sang lelaki itu. Mendadak wajahnya cerah. Dilanjutkan kata-katanya dengan menceritakan hal-hal yang pernah dilakukannya dulu saat masih bertugas.

Tetiba, ceritanya terhenti. Dia terbatuk. Bram mengambilkan segelas air dari meja saji. Setelah meneguk air yang diberikan Bram, si lelaki itu bertanya, "Kau punya istri dek? Mau saya beri nasehat?"

Tanpa jeda, lelaki itu terus bercerita.

Dulu sekali, dia hidup berbahagia sebagai kepala kantor cabang Sumatra. Anaknya dua, istrinya termasuk menarik untuk dilihat. Gambaran keluarga ideal amatlah tepat disematkan bagi mereka. Dia termasuk keras terhadap istri dan anaknya. Banyak aturan diterapkan. Semua orang tahu betapa keras dan disiplinnya dia baik di kantor maupun di rumah.

Tanpa sepengetahuannya, sang istri tergoda lelaki lain. Anak buahnya di kantor mengetahui hal itu, tetapi tidak ada satu pun yang berani menceritakan hal yang sebenarnya. Maka betapa kagetnya si lelaki saat istri tercinta meminta cerai. Saat dia tahu alasan yang sebenarnya, bahwa ada lelaki lain dalam hidup sang istri maka murkalah dia.

Tanpa ba bi bu, sang istri dicerai. Kedua anak diambilnya dari hak asuh mantan istri. Tanpa menunggu lama, kurang dari dua tahun dia menikah lagi. Dengan seorang gadis yang usianya lebih muda 10 tahun.

Bersamaan dengan itu, dia dimutasi ke pulau Jawa. Istri kedua yang tadinya menurut diajak merantau ke pulau Jawa mendadak 'mbalelo'. Dia minta cerai karena tidak betah jauh dari keluarga besarnya di Sumatra. Dari pernikahan kedua, mereka dikaruniai seorang anak dan si anak ikut ibunya kembali ke Sumatra.

Kemudian dia bertemu seorang Janda tanpa anak, yang segera dinikahinya segera setelah dia pensiun. Mereka membuka warung makan yang cukup laris di dekat kantor.

"Kau punya istri kan dek?" dia bertanya lagi.

Pertanyaan itu memang belum dijawabnya sejak tadi. Bram melayangkan ingatan ke istrinya. Dulu dia jatuh hati karena istrinya termasuk orang yang periang dan tipe yang sangat perhatian. Istrinya tidak secantik bintang sinetron tetapi enak dilihat. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia merasa sesak dalam pernikahannya. Kekurangan-kekurangan kecil dari istrinya sudah tidak bisa lagi ditolerirnya. Komunikasi antar mereka berdua hanya sebatas pembicaraan soal anak. Dia tidak tertarik dengan cerita-cerita istrinya seperti juga istrinya juga tidak tertarik dengan ceritanya. Bisa dibilang mereka seperti teman saja sekarang. Sudah tidak ada lagi getaran cinta. Apalagi saat ini dia sedang dekat dengan seorang rekan di kantor. Kehadiran wanita lain dalam hidupnya membuat hari-hari yang terasa suram tercerahkan.

Dia tidak punya niatan untuk selingkuh dengan rekan kantornya itu. Dia hanya jenuh dan mencari keriangan di luar. Sang rekan juga tidak tahu bahwa Bram mengharapkan keriangan darinya.

"Iya pak, saya punya istri. Anak saya dua, masih SD keduanya" dijawabnya pertanyaan lelaki itu.

"Dek, apapun kesalahan istrimu. Walau dia selingkuh dengan lelaki lain sekalipun. Jangan pernah menceraikannya!"

Bram terkejut dengan keseriusan kata dari si lelaki, "Kenapa pak? Bukankah kalau istri selingkuh tidak ada jalan lain selain menceraikannya? Apalagi kita lelaki kan tidak bisa menerima bekas dari lelaki lain!"

"Memang susah dek memaafkan. Tetapi percayalah, tidak ada perempuan yang lebih baik dari istri pertama. Saya sudah menikah tiga kali. Sampai sekarang saya tidak menemukan perempuan yang bisa menandingi istri pertama saya. Dia saya nikahi karena cinta. Sedangkan yang kedua dan ketiga saya nikahi karena saya butuh ibu buat anak-anak serta sebagai lelaki saya tidak bisa hidup sendiri"

Bram memperbaiki posisi duduknya, tidak dihiraukan keriuhan acara di atas panggung.

"Lalu dek bila kau tertarik dengan wanita lain, ingatlah saat-saat kau jatuh cinta dengannya dulu. Kalau istrimu tidak menarik lagi, itu salahmu karena kau tidak memfasilitasinya. Berikanlah uang untuk senam atau ke salon. Kalau istrimu sudah tidak tertarik dengan ceritamu, itu juga salahmu karena kau tidak lagi berusaha tampil menarik di mata istrimu. Kembalilah menjadi pahlawan di matanya. Kau seharusnya menjadi pahlawan dan penghiburnya, bukan orang lain!"

Bram merasa tertampar. Dia memang merasa bahwa dia tidak berarti apa-apa di mata istrinya. Pernikahannya berada di titik jenuh dan dia selangkah lagi menuju jurang perselingkuhan dengan wanita lain. Dia merasa ketidakbahagiaan dalam diri.

"Jadi ingat ya dek, jangan pernah menceraikan istri pertama. Seandainya kau ingin menikah lagi, pertahankan istri pertamamu. Yang pertama selalu yang terbaik. Tetapi yang paling bagus adalah tidak pernah menduakan istrimu, apapun alasannya"

Bram merasakan pemahaman baru. Dia sadar, dialah yang berubah dan terlalu banyak berharap bahwa pernikahannya akan membuat bahagia. Tetapi dia sendiri tidak mengusahakan kabahagiaan istri dan dirinya. Malah dia ingin mengambil jalan pintas dengan mencari kebahagiaan dari wanita lain.

"Pak, terima kasih atas nasehatnya. Saya akan mengingat nasehat bapak. Terus terang saya memang sedang punya sedikit masalah dengan istri. Tapi kata-kata bapak menyadarkan saya. Terima kasih pak" diulurkannya tangan untuk menjabat, si lelaki tua menyambutnya dengan hangat.

Tak lama acara pun usai. Bram mengantarkan si lelaki itu hingga ke pintu keluar. Tak sabar rasanya dia ingin segera pulang dan memeluk istrinya.

Yang pertama selalu yang terbaik, gumamnya dalam hati.




Terima kasih untuk Almarhum bapak G atas nasehatnya
dan Bapak A atas ceritanya


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keempatbelas


Senin, 15 Februari 2016

ORGAN BARU BERNAMA RINDU

ORGAN BARU BERNAMA RINDU
- Julia Rosmaya

"Kapan ke kampus?"

Sekalimat SMS mengusik pagiku. Aku sudah jarang ke kampus. Skripsiku sudah beres, hanya perlu beberapa kali konsultasi untuk perbaikan. Dosenku terkadang meminta perbaikan dikirim via email, sehingga kedatanganku ke kampus juga semakin jarang.

Bila harus ke kampus, aku juga menghindar pergi di hari dan jam tertentu. Hari dan jam dimana dia ada.

"Kau takut bertemu dia!" jerit hati kecilku.

Iya, aku takut. Takut bila kami bertemu maka usahaku akan sia-sia.

Aku dan dia dipertemukan dua tahun lalu, saat aku mengalami kesulitan di laboratorium yang merupakan tanggung jawabnya. Sebagai asisten dosen dia banyak memberi bantuan. Apalagi skripsi yang kukerjakan banyak membutuhkan penelitian di laboratoriumnya. Waktu yang aku habiskan di laboratorium mengeratkan hubungan kami. Entah bagaimana, ada seulas rasa yang menyusup pelan di hati. Walau pekerjaan di laboratorium telah usai, aku selalu menyempatkan diri mampir dan menyapanya.

Lima bulan lalu, aku mendengar kabar bahwa dia hendak menikah. Saat itu kunjunganku ke laboratorium memang sudah berkurang, sibuk dengan pembuatan skripsiku. Kami hanya berhubungan via Whatsapp saja. Aku tidak pernah berani menanyakan kebenaran kabar itu. Aku merasa bahwa bukan porsiku untuk bertanya bila dia sendiri juga tidak berusaha menjelaskan mengenai statusnya. Usianya 5 tahun di atasku, sudah sewajarnya dia menikah. Aku sendiri tidak memiliki seseorang istimewa yang pantas disebut kekasih.

Dua bulan sejak mendengar kabar itu, aku merasa bahwa dia berubah. Dia lebih perhatian. Frekunsi kami berhubungan via WA juga lebih sering walau tetap jarang bertemu muka. Lalu suatu hari mendadak WA nya tidak bisa dihubungi. Aku di blokir.

Segera aku sempatkan diri berkunjung ke laboratoriumnya.

"Hai, kamu sehatkah?" katanya menyapa dengan hangat, "Skripsimu sudah beres kan?"

Aku hanya memandangnya. Terkadang dia bisa membaca pikiranku tanpa aku berkata lebih lanjut.

Dia mendesah, menatapku lama. Wajah dengan dagu persegi itu mendadak berubah. "Maafkan aku ... calon istriku tidak suka bila kita berhubungan. Aku terpaksa memblokir WA mu. Tapi kita masih bisa bertemu dan mengobrol langsung seperti ini kan?" dia berkata sambil membereskan mejanya. Meja yang kulihat sudah rapi.

"Benar ya kau akan menikah?" tanyaku memastikan. Hatiku mencelos. Kualihkan pandang dan membelakanginya. Mendadak cawan petri di meja laboratorium terlihat lebih menarik daripada sosoknya.

"Iya, benar. Rencananya tahun depan. Aku senang berteman denganmu. Kau jangan berhenti menjadi temanku ya" suaranya perlahan.

"Bagaimana bisa kita berteman bila kita tidak bisa berkomunikasi dengan lancar? Apalagi sebentar lagi aku lulus. Kita akan semakin jarang bertemu dan mengobrol langsung" aku berjalan menjauh masih sambil membelakanginya. Mendadak mataku terasa hangat, ada butiran air yang siap jatuh disana. Aku tidak ingin dia tahu.

Aku mendengar suara langkah. Suaranya dekat di belakangku, "Hana maafkan aku"

Kubalikkan badan, kutatap matanya lekat. Kubiarkan air mata yang tadi tertahan terjatuh. "Maafkan aku juga ya. Bila dalam pertemanan kita, kau merasa tidak nyaman. Sampaikan maafku ke calon istrimu"

Tangannya terulur tetapi mendadak terhenti, dia menarik nafas sekali lagi dan berkata, "Hana, saat ini dan seterusnya tanganku tidak sanggup menyentuh air matamu. Aku akan selalu menjadi temanmu, selalu. Tetapi tidak bisa lebih dari itu. Kau tahu situasiku kan?"

Kami tidak berkomunikasi lebih lanjut. Aku tahu banyak hal yang ingin dia sampaikan. Tetapi aku tidak ingin mendengar. Dia akan menikah dan itu sudah cukup bagiku untuk menghindar.

Aku tidak ingin hanya menjadi temannya, aku ingin lebih. Dia tahu itu.

Hari ini sekelumit sms darinya membuyarkan tekadku. Aku hanya memandang deretan kata-kata itu lagi dan lagi. Aku terkesiap saat mendadak ada email masuk. Dari dia.


Hana,
Permohonan beasiswa untuk studi doktoralku sudah disetujui. Bulan depan aku berangkat ke Jerman. Pernikahanku dibatalkan. Dia mendadak ragu seperti aku juga ragu. Mungkin lebih baik begini. Setidaknya kami belum menikah dan saling menyakiti.

Hana,
Tahukah kau bahwa aku baru saja menemukan organ baru yang fungsinya sama dengan jantung.
Organ itu bisa berdetak dan berdebar-debar, nama organ tersebut adalah rindu
Saat di Jerman nanti aku akan mempelajari organ itu lebih seksama. Aku ingin tahu dia masuk ke dalam sistem tubuh yang mana. Apakah tanpa organ rindu kita masih akan tetap berfungsi, akan kucari jawabannya disana.

Hana,
Aku rindu kehadiranmu dalam hidupku


Aku terpana, masih adakah harapan bersamanya setelah ini? Aku tak tahu.




Note :
Buat Deki ... terima kasih untaian katanya ya ...
Buat Hana... pinjam namamu ya Na .. makasih ... mmmuuuaaah


OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_ketigabelas

Jumat, 12 Februari 2016

ETIKA DUNIA MAYA

ETIKA DUNIA MAYA
- Julia Rosmaya

Tahukah anda, bahwa apa pun yang anda tuliskan di dunia maya dan menyinggung seseorang atau kelompok tertentu dapat membuat anda menghabiskan hari di balik jeruji besi?

Kalau dulu ada pepatah mulutmu harimau mu, maka pepatah itu bisa dimodifikasi menjadi status FB mu harimau mu. Hehehe...

Baru-baru ini seorang pesulap terkenal tersinggung akan hinaan seorang penggemar di akun instagram nya. Dia kemudian melaporkan sang penghina ke polisi dan menyelidiki sendiri keberadaannya. Alasan klasik diajukan sang penghina serta kata maaf, tetapi ketersinggungan sang pesulap tidak semudah itu memudar.

Terkadang kita memang kurang menjaga etika saat menggunakan sosial media. Kita lupa bahwa dunia maya itu tak ada bedanya dengan dunia nyata. Sopan santun dan tepo seliro tetap diperlukan.

Ibarat berada di rumah seseorang, tentu ada aturan dan batasan bagi tamu. Misalnya jangan berteriak-teriak. Di dunia maya, penggunaan huruf besar menandakan anda berteriak kepada lawan bicara anda.

Sebagai tamu, kita juga wajib mengenalkan diri bukan? Seorang tamu tidak bisa semerta-merta datang tanpa diundang ke rumah seorang. Kita wajib bersalaman dan menerangkan siapa diri kita.  Yang sering terjadi di dunia maya adalah anda mengajukan pertemanan tanpa ba bi bu perkenalan. Sebaiknya biasakan mengirim pesan bersamaan pengajuan pertemanan anda. Terangkan mengenai hubungan anda dan dia.

Seorang tamu juga diharapkan berlaku sopan dan menjaga perilaku. Apa yang dilakukan sang penghina pesulap tadi adalah contoh nyata tamu yang tidak sopan.

Jadi bagaimana? Anda ingin menjadi tamu yang baik di dunia maya? Ayo terapkan sopan santun yang sama layaknya dunia nyata.

Ngomong-ngomong, dunia maya disini bukan dunia Julia Rosmaya ya...  Hahaha...

OneDayOnePost 
#FebruariMembara
#hari_keduabelas
#tantangan_minggu_kedua

Kamis, 11 Februari 2016

BU ANIMAL

BU ANIMAL
- Julia Rosmaya

Membuka Facebook hari ini mendapati notifikasi status dari seorang teman karantina ...

Jadi senyum2 dengerin dialog yg hanya " dimengerti" orang karantina
A : Katanya ada mutasi, bener tuh ? Bos di mutasi juga gak ya?
B : Katanya gitu
A : Penggantinya siapa?
B : Masih dari Hewan...
A : Gak dr Tumbuhan ?
B : Gaaaaak.. masih hewan, bukan tumbuhan
Hahahaha... kebayang gak sih punya Pimpinan "hewan" atau "tumbuhan ?"


Saya bekerja di Karantina Pertanian yang terdiri dari Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan. Karantina Ikan dulunya bergabung bersama kami di bawah Kementerian Pertanian. Sejak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dibentuk, Karantina Ikan bernaung di bawah KKP. Sedangkan Karantina Manusia dari dulu hingga sekarang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan.

Sebelum tahun 2008, Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan merupakan dua instansi yang berbeda walaupun berada di bawah satu komando di Badan Karantina Pertanian. Sejak tahun 2008, dilakukan penggabungan unit-unit pelaksana teknis Karantina Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan menjadi satu dengan nama Karantina Pertanian. Saat ini hanya 52 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian se Indonesia. Kepala UPT bisa berasal dari Karantina Hewan atau Karantina Tumbuhan.

Seorang kepala UPT yang berlatar belakang dokter hewan harus bisa memahami ilmu-ilmu penyakit tanaman, demikian pula dengan kepala UPT yang berlatar belakang Sarjana Pertanian harus bisa memahami penyakit-penyakit hewan. Untuk lebih memperlancar jalannya organisasi, terdapat kepala bidang atau kepala seksi sesuai dengan bidang ilmu Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan.

Sehingga jamak seorang dokter hewan di Karantina Pertanian menjelaskan mengenai prosedur impor buah dari Cina serta perlakuan laboratorium apa saja yang dilakukan terhadap buah impor tersebut. Atau seorang Sarjana Pertanian menjelaskan mengenai bahaya penyakit Rabies dan pelarangan pemasukan anjing ke suatu wilayah yang bebas dari penyakit Rabies. Walaupun untuk hal-hal teknis, penjelasan akan diserahkan kepada pegawai yang sesuai bidang ilmunya.

Seperti kutipan status teman di atas, antara kami memang sering menyebut teman-teman yang berasal dari Karantina Hewan dengan kata hewan saja, demikian pula sebaliknya. Untuk teman dari Karantina Tumbuhan, disebut sebagai "orang tumbuhan" atau "tumbuhan" saja masih terdengar wajar. Walau kata-kata "orang tumbuhan" tidak akan pernah ada di KBBI.

Sebaliknya bagi kami yang berasal dari Karantina Hewan, disebut sebagai "orang hewan" atau "hewan" sungguh sangat tidak enak didengar.

A : "Gimana sih orang hewan ini, ada hewan masuk kok gak ada di tempat!"
B : "Iya, sebentar kupanggilkan bu hewannya, sepertinya sedang di belakang"

Nah, mengertikah anda percakapan di atas? Janggal bukan?

Saya sering mengalami kejadian lucu bin ajaib berkaitan dengan panggilan ini. Pada seragam petugas Karantina Hewan, terdapat badge nama di dada kanan dan badge dengan tulisan "Animal Quarantine" di dada kiri. Untuk petugas Karantina Tumbuhan, tulisan yang tertera adalah "Plant Quarantine"



Mengapa menggunakan bahasa Inggris? Karena kami bertugas di pelabuhan dan bandar udara yang juga menangani ekspor impor, sehingga diharapkan pengguna jasa dari luar negeri memahami kami siapa. Ngomong-ngomong kemampuan bahasa Inggris kami juga diharapkan mumpuni oleh bos besar. Setiap petugas diharapkan mengikuti kursus Bahasa Inggris dengan dana dari UPT, terutama pada UPT-UPT besar.

Berkaitan dengan badge "Animal Quarantine" tadi, ada saja pengguna jasa Karantina yang memanggil saya dengan nama Bu Animal! Huhuhu ... mereka kira nama saya adalah "Animal Quarantine". Padahal nama saya tertera jelas di seragam.

Bahkan ada yang berkata begini, "Mbak, namanya kok unik sekali sih? Artinya apa mbak? Saya boleh ya manggilnya mbak Ani? Kalau Animal kepanjangan ..."

Waks ... Gubrak dah ... huhuhu ... please deh ... Ingat-ingat bila bertemu saya, tolong baca badge yang satu lagi ya, yang di dada kanan. Itu nama saya ...



Terima kasih untuk Jeng Marni atas status FB nya yang menginspirasi ... Hidup bu hewan dan bu Animal wkwkwkwk ...

#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kesebelas



Rabu, 10 Februari 2016

ANAK PINGGIR KOTA

ANAK PINGGIR KOTA
- Julia Rosmaya

Saya dilahirkan di kota Jakarta. Tahun 1979 kami pindah ke pinggiran Timur Jakarta. Perumnas Klender, yang merupakan satu-satunya perumnas yang ada di wilayah Jakarta.

Saat itu di belakang rumah masih ada sawah luas membentang. Tetapi saya dan adik-adik dilarang keras main ke persawahan di belakang oleh Mama dan Papa. Bahkan kami sering ditakut-takuti bahwa di sawah itu banyak ular dan buaya putih yang sering memangsa anak kecil.

Kami bertiga kakak beradik dan 4 orang anak tetangga dengan rentang usia antara 5-10 tahun sering naik sepeda hingga ke daerah Pondok Kopi yang saat itu juga masih banyak sawah dan kebun.

Daerah Buaran dan sekitarnya juga masih banyak kebun. Kami sering berpetualang menyusuri daerah Buaran untuk mencari bunga-bunga cantik. Bunga matahari, bunga kembang sepatu dan bunga-bunga liar lainnya. Sayangnya jarang kami menemukan pohon buah dalam petualangan kami itu. Sehingga cerita menarik mengambil buah dari pohonnya tidak pernah kami alami.

Bila musim kemarau tiba, bermain layang-layang menjadi pilihan. Di dekat rumah masih ada lapangan yang digunakan oleh banyak anak untuk turut bermain. Pilihan lainnya adalah bermain kelereng. Tetapi untuk bermain layangan dan kelereng saya jarang ikut serta. Biasanya adik perempuan yang aktif bermain sedang adik laki-laki hanya menemani saja.

Dari kecil, saya sudah terpesona dengan buku. Bahkan saking banyaknya buku yang kami bertiga miliki, membuat banyak teman sekolah datang untuk meminjam atau ikut membaca di rumah. Sempat kami memutuskan untuk membuat perpustakaan mini. Tapi perpustakaan itu hanya berjalan sebentar karena kami malas menunggu dan malas menagih buku yang dipinjam.

Setiap hari minggu pagi, sepeda dikeluarkan dan kami bersepeda hingga jauh. Suatu hari, di persawahan daerah pondok kopi, seorang teman memutuskan untuk menyusuri pematang sawah bukannya jalan biasa. Dengan sepeda tentu saja. Karena tidak bisa menjaga keseimbangan, adik perempuan jatuh ke sawah, lebih tepatnya lagi jatuh ke tumpukan teletong kerbau di pinggir sawah. Sesampai di rumah, habis saya dimarahi mama karena dianggap tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan adik berlepotan teletong kerbau.

Acara naik sepeda semakin menggila saat bulan puasa. Selepas subuh kami selalu keluar rumah dan kembali ke rumah sekitar jam 9 pagi. Saat itu bila bulan puasa, sekolah selalu libur sebulan penuh. Setelah sampai rumah, kami tidur hingga menjelang ashar, sungguh tidak patut dicontoh hahaha...

Semakin kami besar, kegiatan bersepeda semakin jarang. Saya lebih suka diam di kamar membaca buku dan melamun memandang keluar dari jendela. Kegiatan bermain bersama juga semakin berkurang seiring dengan bertambahnya umur.

Sawah di belakang rumah masih ada hingga tahun 90an awal. Bayangkan sawah di kota Jakarta. Daerah Perumnas Klender dan sekitarnya makin ramai. Saat itu kemacetan mulai terjadi di jam pergi dan pulang kantor. Tetapi belum separah sekarang. Jalan tol dalam kota sudah selesai dibangun. Saya dan seorang teman sering iseng masuk tol dari pintu tol Rawamangun lalu keluar tol kembali di Rawamangun. Terkadang hingga dua putaran, tergantung mood dan bensin hahaha... Hanya butuh kurang dari sejam di luar jam pulang pergi kantor.

Saya tidak merasa bahwa tempat kami pinggiran saat kantor walikota Jakarta Timur pindah ke daerah Cakung yang bahkan lebih pinggir lagi dari Perumnas Klender. Saat itu Cakung rasanya sudah jauh sekali dari pusat Kota. Daerah Bekasi apalagi, rasanya sudah luar kota sekali. Tidak terbayang bahwa sekarang antara Jakarta dan Bekasi tidak berjarak lagi. Walau cara paling mudah untuk menentukan apakah kita sudah masuk Bekasi atau belum adalah dari kualitas aspal. Bila aspal sudah berlubang sana sini tak terawat maka artinya sudah masuk wilayah Bekasi. Coba susuri Jalan I Gusti Ngurah Rai sepanjang rel ... terlihat bedanya mana wilayah Jakarta dan mana wilayah Bekasi.

Perkembangan kota Jakarta semakin pesat, semoga kita tidak tersesat di dalamnya.

#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kesepuluh

Selasa, 09 Februari 2016

MY BAG INSIDER (2016 VERSION)

MY BAG INSIDER (2016 VERSION)
-Julia Rosmaya

Kegemaran saya adalah menggunakan tas berukuran besar dan bila memungkinkan berwarna menyolok. Intinya tidak mau sama dengan orang lain. Sejak bekerja di Bekasi saya menggunakan kendaraan dinas kantor dan yang paling penting bisa pulang pergi dalam waktu yang wajar. Tidak seperti saat di Merak dulu yang terkadang harus menginap di kantor.

Perubahan moda berkendara ke kantor serta jenis pekerjaan saat ini ternyata berpengaruh besar terhadap isi tas yang saya bawa. Tidak hanya isi tas, tapi juga gaya berpakaian. Dulu saya tidak pernah menggunakan sepatu hak tinggi. Selalu sepatu berhak datar atau malah sepatu olahraga yang nyaman dipakai saat bertugas di lapangan sebagai ganti sepatu bot. Bagaimana mau bergaya cantik dengan sepatu hak tinggi bila saya harus naik turun truk untuk mengambil darah sapi, anjing atau hewan lain guna pemeriksaan laboratorium? Belum lagi saya harus siap 24 jam saat piket, sehingga sepatu yang nyaman amatlah sangat diperlukan.

Pernah saya menegur seorang pegawai baru di Merak terkait sepatu. Saat itu keterampilan utama yang saya ajarkan kepada pegawai baru adalah naik turun truk untuk mengambil sampel darah hewan. Saya juga selalu menekankan jenis kelamin jangan digunakan sebagai alasan untuk menolak pekerjaan. Saat melamar menjadi petugas karantina seharusnya sadar bahwa pekerjaan yang akan dilakoni memang berat. Jangan pernah mengatakan, "Ah.. saya kan perempuan, saya tidak sanggup naik turun truk!" ... atau "Ah ... saya kan perempuan, saya tidak sanggup piket malam!".

Alkisah, datanglah serombongan truk sapi. Saya meminta paramedik yang bertugas untuk mengambil darah sapi. Pegawai baru saya minta juga ikut naik ke truk sapi secara bergantian sambil mengamati cara pengambilan darah. Pengambilan darah yang ideal memang seharusnya di kandang, sapi diturunkan terlebih dahulu. Tetapi untuk menghemat waktu, cara ini jarang bahkan tidak pernah kami lakukan. Sapi langsung diambil darahnya di atas truk. Itulah sebabnya ketrampilan mengambil darah dengan kondisi ini diperlukan.

Saya lihat dari kejauhan ada seorang pegawai yang kesusahan untuk naik truk. Saya mendekat dan terkejut. Bagaimana tidak susah ... dia menggunakan sepatu berhak lancip 5 cm! Langsung saya menegur dan memberinya nasehat panjang pendek. Dia tetap saya haruskan untuk naik truk tanpa sepatu! Kejam mungkin, tetapi perlu menurut saya.

Lah kenapa saya malah bercerita soal sepatu? Hahaha ...

Baiklah, mari kita bongkar isi tas saya saat ini :
1. Dompet berukuran besar ... memuat uang; kartu nama sendiri dan beberapa orang lain; buku bank; kartu-kartu ATM; dokumen seperti KTP, SIM, KTM dan lain-lain. Saya baru sadar ternyata saya memiliki berbagai macam kartu member dari minimarket atau komunitas tertentu yang memberikan sejumlah diskon saat melakukan pembelian. Saya juga memiliki berbagai macam kartu anggota, mulai dari kartu anggota Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia (IDHKI), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama), Kartu Perpustakaan IPB, NPWP, Askes, Kartu Pegawai (Karpeg), Kartu PNS Elektronik (KPE), ID Card BUTTMKP; Kartu PMI untuk donor darah (ngomong-ngomong golongan darah saya O) dan kartu dari optik langganan mengenai ukuran lensa kacamata saya.

2. Dompet berwarna pink dengan isi ... Nano spray dan botolnya; tisu basah; lipstik; power bank dan charger HP; 3 pulpen, 1 pensil dan 1 notes mini; cairan pembersih kacamata; botol pelembab tubuh ukuran kecil; minyak wangi; 3 flash disk; 2 kacamata hitam dengan tingkat kegelapan berbeda untuk menyetir, pembalut; antangin (hahaha sesuai umur yang gampang masuk angin), fresh care; HP yang hanya untuk sms dan telpon tetapi jarang aktif.

3. Dompet koin ... Yang berisikan ongkos harian; kartu BNI tap cash untuk naik TransJakarta dan bis kampus; peniti dan bros kecil.

4. Tisu ... sekarang lebih sering untuk membersihkan kacamata daripada untuk membersihkan muka yang terkena debu jalanan. Alhamdulillah sudah jarang muka berminyak awut-awutan sejak menggunakan mobil dinas kantor. Untuk kuliah saya menggunakan kendaraan umum yang selalu berpendingin udara mulai dari TransJakarta hingga APTB jurusan Rawamangun-Bubulak. Angkot bogor dari Bubulak ke Dermaga memang tidak ber-AC tetapi waktunya hanya sebentar. Dilanjut menggunakan bis kampus yang nyaman.

5. Mukena ... Ini baru sering dibawa sejak kuliah lagi. Sebelumnya jarang, karena ada masjid di kantor dengan mukena bersih dan wangi. Sedangkan mukena di mushola kampus lebih sering tidak layak pakai.

6. Botol minuman ukuran 1 liter ... tahun 2013 saya merubah gaya hidup dengan lebih banyak minum air putih. Minimal 2 liter sehari. Sehingga kemana-mana selalu membawa botol minuman. Ketinggalan botol sudah sangat sering, sehingga saya membiasakan diri untuk selalu memasukkan botol ke dalam tas setelah minum. Sehingga mau tidak mau tas saya tetap harus besar untuk menampung botol tadi. Ngomong-ngomong botol saya yang terakhir malah ada di kantor, disembunyikan teman yang iseng waktu saya terakhir kesana hiks. Padahal itu botol tupperware berwarna merah yang susah didapat.

7. Payung ... hanya dibawa bila ke kampus.

8. Novel ... tetap harus ada. Terkadang saya menjadi penumpang karena berangkat bersama beberapa teman sekantor. Perjalanan pulang biasanya lebih lama karena macet. Hendak tidur saya tidak pernah bisa, sehingga lebih baik saya membaca novel bila kehabisan bahan pembicaraan. Saat ke kampus, novel tetap dibawa untuk dibaca saat duduk di APTB.

Dan ... sudah ... hanya itu saja.

Lebih sedikit kan barang saya dibanding saat saya bolak-balik Jakarta-Merak? Seragam, handuk dan pakaian dalam sudah tidak pernah dibawa lagi, kecuali bila memang hendak menginap di kantor. Beberapa kali saya menginap di kantor. Tetapi bila ada teman pulang, semalam apapun saya selalu pulang. Sisir juga tidak ada lagi. Sejak mengenakan hijab tentu saja saya tidak membutuhkan sisir.

Bekal sarapan pagi juga sudah sangat jarang dibawa karena ada sarapan pagi di kantor. Bila ke kampus, saya masih sempat sarapan di rumah dengan anak-anak dan suami.

Untuk kosmetik saya hanya berbekal lipstik tanpa bedak, pelembab dll. Dikarenakan saya sudah dandan dari rumah, tidak seperti dulu. Dulu saya berangkat hanya menggunakan pelembab saja, rambut kadang tidak disisir hanya diikat (saat itu belum berhijab). Sehingga tampang awut-awutan gak jelas itu pasti hahaha ... (baca http://juliarosmaya.blogspot.co.id/2016/02/my-bag-insider-2010-version.html). Saya tidak terbiasa untuk memperbaiki dandanan di siang hari setelah shalat. Sehingga pelembab dan bedak tidak diperlukan. Lisptik tetap ada, karena cara tercepat untuk memperbaiki penampilan adalah mengoleskan lipstik setelah sebelumnya mencuci muka.

Hal yang baru dibawa sejak kerja di Bekasi adalah minyak wangi, kacamata hitam dan power bank. Walau nyatanya minyak wangi itu juga tidak berkurang isinya karena jarang digunakan. Berangkat dan pulang kerja Jakarta-Bekasi selalu menentang matahari. Pagi ke arah Timur pulang ke arah Barat. Akibatnya mata menjadi silau dan memerlukan kacamata gelap untuk menyetir. Bila matahari sangat cerah maka saya menggunakan kaca yang kegelapannya lebih banyak dan kegelapan lebih sedikit digunakan bila cuaca agak mendung. Penggunaan telpon genggam pintar membuat kita selalu tergantung pada sumber daya listrik. Sehingga bila tidak bertemu dengan sumber listrik, power bank harus digunakan. Bila tidak, bisa mati gaya karena tidak terhubung dengan dunia ... haiyahhhh ...

Bila saya harus membawa laptop ke kampus, maka semua barang tadi langsung dipindah ke tas ransel ukuran besar. Selain laptop, tambahan yang harus dibawa adalah mouse, charger laptop, buku catatan serta tugas-tugas kuliah. Saya tetap merasa membawa satu tas berat dan besar tetap lebih praktis daripada membawa dua tas atau lebih.

Berapa jumlah tas saya saat ini?? Ssst ... tahukah anda jangan pernah bertanya mengenai umur, berat badan serta jumlah sepatu dan tas yang dimiliki seorang wanita? Karena jawabannya rahasia ... hahahahaha....



#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kesembilan












Senin, 08 Februari 2016

HUJAN IJINKANLAH

HUJAN IJINKANLAH
- Julia Rosmaya

Kata Tere Liye jangan jatuh cinta kala hujan...
Tidak aku tidak akan jatuh cinta kala hujan, hujan itu dingin sedangkan dirimu hangat.
Aku selalu mengingatmu saat matahari terik bersinar.

Katanya bila jatuh cinta saat hujan maka hatimu akan menangis setiap hujan turun...
Tidak tentu saja tidak, aku tidak akan menangis kala mengingatmu
Walau hujan turun deras seharian, dan cucian basah tak mengering

Sebanyak apa pun air yang ditumpahkan semesta dengan nama hujan
Aku tak akan jatuh cinta saat itu
Tidak... tidak akan

Tapi ... ijinkanlah ...
Ijinkanlah satu kali ini
Aku berlari di bawah hujan

Ijinkanlah air mataku berbaur dengan air hujan ...
Karena mentari darimu sudah tidak bersinar lagi
Karena mentarimu sudah padam ...

Ijinkanlah ...



#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kedelapan






Kamis, 04 Februari 2016

MY BAG INSIDER (2010 VERSION)

MY BAG INSIDER (2010 VERSION)
- Julia Rosmaya

Aku bukan termasuk orang yang fashionable, membeli baju, sepatu, tas dan sejenisnya karena kebutuhan bukan keinginan atau sekedar mengikuti mode. Untunglah sehari-hari di kantor memakai seragam jadi gak puseeenggg mikir harus pakai baju apa hari ini. Sepatu dibeli karena memang butuh dan nyaman dipakai. Punya tas juga sesuai kebutuhan, tas ke kantor dan tas untuk jalan bersama keluarga.

Khusus untuk tas, ada syarat khusus. Tas itu harus cukup besar dan kuat karena dipakai untuk membawa segala macam barang. Paling malas membawa 2 atau lebih tas kecil mungil. Prinsipku lebih baik membawa 1 tas guede daripada 2 tas kecil.

Dulu waktu kuliah pas lagi centil-centilnya, terdorong keinginan untuk terlihat beda, terbelilah tas mungil kulit yang harganya cukup mahal buat ukuran mahasiswa. Sayang tas itu tidak bisa memuat buku apalagi diktat yang berukuran lebih dari A-4. Terpaksalah selain membawa tas "gaya" itu membawa satu tas lagi buat tempat diktat dan teman-temannya. Wuah repot, belum lagi bila praktkum harus membawa jas lab dan lain-lain. Akhirnya tas itu dipensiunkan dini, terpakai hanya saat malam mingguan dengan "ehm ehm". Itu juga jarang terbawa, karena biasanya hanya membawa dompet saja. Maka semakin terbengkalailah tas itu. Jaman kuliah dulu belum ada telepon genggam sehingga membawa dompet sudah cukup.

Sejak bekerja di Pelabuhan Merak sebagai dokter hewan karantina, sering mendapat jatah tas dari berbagai macam diklat atau seminar. Tahu kan seperti apa model tas dari diklat itu? Besar dan muat segala macam. Akhirnya tas dari diklat-lah yang menjadi tas sehari-hari ke kantor. Sampai suatu saat, lamaaa sekali tidak ikut pelatihan atau seminar apa pun hingga tas yang dipakai resletingnya rusak dan tidak bisa ditutup.
Bosku yang pertama sampai kasihan melihat tasku itu dan berkata ..."Aduh bu Maya..., kok tasnya sampai seperti itu? Sini saya kasih tas!"...

Hehehe... malu gak sih dikomentari bos begitu? Beliau dengan berbaik hati memberikan tas Rateknas jatah bos-bos yang kualitasnya lebih bagus daripada jatah kroco-kroco seperti aku.

Kenapa sih tas ku harus besar? karena harus muat segala macam. Aku setiap hari melaju dari Jakarta ke Merak. Berangkat pagi hari dan pulang malam hari bila kena giliran piket siang. Atau berangkat sore dan pulang keesokan harinya bila piket malam. Terkadang malah tidak bisa pulang 2-3 hari bila sedang menahan komoditi karantina atau kegiatan karantina lainnya. Sehingga diperlukan tas yang bisa memuat kebutuhan sehari-hari.

Seperti apa isi di dalam tasku? Mari kita lihat ...

1. Dompet... ini sih wajib ya. Ukuran dompetku agak besar karena harus bisa muat uang, segala macam kartu identitas, kartu atm, foto dan sebagainya
2. Dompet HP... isinya HP GSM n HP CDMA plus apa tuh yang buat dengerin lagu? Earphone ya? 2 earphone untuk 2 HP itu
3. Kotak kacamata... isinya kacamata dan kain pembersihnya
4. Tas kosmetik ... berisi ikat rambut, pelembab muka, pelembab leher, sunscreen, bedak tabur, kaca, pensil alis, 2 lisptik, pemerah pipi, body lotion, tisu basah, tisu muka, brush buat pipi, oxigenated spray buat muka.... wah ternyata banyak juga ya??
5. Sisir sikat yang agak gede... Kalo kecil gak sanggup merapikan rambut keritingku kalo sedang gimbal
6. Dompet koin ... isinya ongkos transportasi hari itu, biasanya isi maksimum hanya 50 ribu rupiah
7. Antis ... untuk membersihkan tangan saat mau makan
8. Tissue ... untuk mengelap keringat bila naik bis non ac
9. Sapu tangan ... (tapi ini jarang bawa karena sering hilang)
10. Kalau berangkat untuk piket malam, membawa seragam 1 stel, baju dalam buat 2 hari plus handuk kecil
11. Kalau piket siang atau tidak piket berarti di dalam tas ada seragam atasan waktu berangkat. Kemudian pulangnya baju bekas pakai
12. Plastik berisi cadangan celana dalam plus pembalut... wajib ada karena terkadang tidak bisa pulang. Walau di kantor sebenarnya selalu ada cadangan baju dan dalaman, tetapi membawa cadangan di tas rasanya lebih aman
13. Jaket... maklum orang kampung tidak tahan AC. Bila kebetulan naik bis AC yang rada bagus dengan AC super dingin, wajib menggunakan jaket. Bila tidak memakai bisa mengkerut kedinginan. Apalagi di dalam bis minimal 3 jam perjalanan, bila tidak memakai jaket bisa-bisa keluar bis tidak bisa jalan karena membeku di tempat ... hahaha
14. Kalo musim hujan biasanya membawa payung atau topi
15. Tupperware plus sendok yang isinya bekal sarapan pagi. Maklumlah ibu-ibu, saking sibuknya di pagi hari, tidak sempat sarapan di rumah. Padahal menurutku "the most important meal of the day is breakfast". Jadilah sarapan di dalam bis yang melaju menembus kemacetan Jakarta
16. Botol Aqua ukuran 600 ml... dulu sih rada keren bawa tempat minum tupperware atau sejenisnya. Berhubung malah sering tertinggal akhirnya memakai botol Aqua, yang dibuang setelah 3-4 kali isi ulang.
17. Obat sakit kepala, flash-disk, pulpen dan lain-lain
18. Novel ... ini wajib ada karena perjalanan panjang dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Saya lebih suka membaca buku daripada mengobrol dengan teman sebelah. Terkadang mebawa seri Harlequin yang tipis, tapi pernah juga Harry Potter 7 English Edition ikutan masuk tas.

Hmmmm banyak kan yang harus dibawa... itu sebabnya aku butuh tas guede dan kuat menampung segala macam barang itu. Tas yang kupakai sekarang ini dibeli tahun 2007 di Elizabeth Atrium Senen dengan harga 100 ribuan. Bahannya dari jeans biru dengan satu kompartemen. Yang enak itu resletingnya panjang dari ujung ke ujung, sehingga mudah mengeluarkan atau memasukkan barang. Sekarang resletingnya sudah sering ngambek. Sering tidak mau diajak kerjasama dan menutup dengan rapat. Mungkin sudah waktunya untuk diganti.

Ada cerita soal tas jeans biru ini...
Suatu hari, bos yang sekarang melihat aku dari lantai atas kantor baru turun dari ojek sambil membawa tas besar itu. Dikarenakan naik bis Pulogadung-Merak non AC, tampangku awut-awutan gak jelas gitu hehehe...

Berkatalah dia ke rekan kantor ..."Bu M ... itu tuh ada mbak-mbak yang biasa datang nawarin baju kreditan, masa sih jam segini bu... Tolong disuruh pulang aja!"....Waks... kejamnya...

Bu M lalu melongok ke bawah dan dia tertawa terbahak-bahak.
Katanya ke pak Bos ... "Lho pak, itu sih bu Maya yang baru datang bukan mbak-mbak tukang kredit baju!!".....
Hahahahaha .... teganya big bos... masa aku disangka si mbak tukang kredit baju....

Tapi walau bagaimanapun bentuknya, aku cinta pada tasku ini. Kemarin dia sudah menemani aku menjelajah Malaysia dari Kuala Lumpur hingga perbatasan Thailand saat pelatihan bagi petugas Karantina. Karena isinya lengkap, biasanya semua orang dalam rombongan akan mendekat bila butuh tissue basah, tissue kering sampai obat sakit kepala... Asyik kan? hahaha... Termasuk seseorang yang sok PDKT ... ada saja alasan untuk meminta sesuatu dari tas... *GR Mode On*

Ok... thats my bag insider... bagaimana dengan kalian? apa isi tas kalian???


Note:
Catatan tahun 2010, ditulis ulang dengan beberapa perubahan

#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keenam

Rabu, 03 Februari 2016

POSE ... AND CLICK ...!

POSE ... AND CLICK ...!
- Julia Rosmaya

Bagi ibu pekerja yang tinggal di Jakarta, bangun jauh sebelum subuh serta menyiapkan sarapan dan keperluan anak suami adalah suatu hal yang biasa. Saya biasanya sudah ada di depan kompor pukul 3.30 pagi untuk menyiapkan sarapan dan bekal makan siang, dikarenakan pukul 5.30 mereka harus sarapan. Sedari anak-anak kecil, saya mewajibkan sarapan. Sarapan menurut saya waktu makan yang paling terawasi sehingga tidak ada yang boleh meninggalkan rumah bila belum sarapan.

Paling lambat jam 6, kami anak beranak sudah keluar. Lewat dari jam itu, maka jalanan di depan sekolah anak-anak sudah sangat padat. Untuk menghindarinya maka anak-anak sudah terbiasa menjadi murid yang paling awal sampai di sekolah. Untungnya mereka tidak keberatan.

Sebelum pukul 6.30, saya dan suami sudah harus masuk tol JORR melalui pintu tol Bintara/Pondok Kopi. Lebih lambat dari itu, maka antrian masuk tol Cikampek di Cikunir sudah sangat padat.

Saya mulai bekerja di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) yang berlokasi di Cikarang Barat Bekasi sejak awal tahun 2011. Sebelumnya saya bekerja di Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon. Sebagai petugas karantina kesediaan untuk ditempatkan dimana saja memang suatu keharusan. Saya sendiri tidak tahu setelah saya selesai tugas belajar nanti apakah saya masih ditempatkan di BUTTMKP atau mengemban tugas baru di tempat lain. Semoga saya ditempatkan di seputaran Jakarta, entah di Pelabuhan Tanjung Priuk, Bandara Soekarno Hatta, Laboratorium Karantina di Jakarta Timur atau kantor pusat di Jakarta Selatan.

Sejujurnya saya sudah jatuh cinta setengah mati dengan kantor saya yang sekarang. BUTTMKP adalah tempat pendidikan dan pelatihan petugas Karantina se-Indonesia. Calon PNS yang baru masuk wajib mengikuti pelatihan selama 3 bulan untuk golongan 3 (dokter hewan dan Sarjana Pertanian) dan 4 bulan untuk golongan 2 (lulusan D3 dan SMA). Selain itu, di BUTTMKP-lah tindakan karantina berupa perlakuan diujiterapkan sebelum disebarluaskan ke seluruh UPT Karantina se-Indonesia.

Sebenarnya saya sudah tidak berkewajiban datang ke kantor, karena sedang diberi tugas untuk belajar lagi hingga tahun 2017. Tetapi hari ini saya menyengajakan diri karena ada sesi foto bersama seluruh pegawai.

Saya menyukai fotografi sejak dulu dan biasanya saya bertugas mengatur pose teman-teman untuk pemotretan. Penata gaya mungkin istilahnya ya. Saya sering gemas bila melihat hasil foto yang kurang cantik padahal objek fotonya bagus. Si cerewet adalah julukan saya di kantor hahaha.

Maka pagi ini dimulai dengan pengambilan foto pegawai satu persatu. Seluruh pegawai sudah diinstruksikan untuk menggunakan seragam karantina yang paling baru supaya warnanya seragam. Tidak "bluwek" karena kebanyakan dicuci. Serta menggunakan pangkat dan atribut lengkap plus sepatu hitam mengkilat. Tapi ... ahhhh ... mengambil nafas dulu saya. Ada saja yang menggunakan seragam karantina edisi lama yang warnanya sudah tidak layak pandang, atribut kurang lengkap, plus sepatu berwarna coklat. Saya meminta kepada mereka yang menggunakan seragam karantina lama, untuk difoto dalam kesempatan yang lain saja.

Sebenarnya saya juga sudah meminta untuk melakukan sesi foto bersama pagi hari sebelum jam 9, untuk mendapatkan sinar matahari yang tepat dan tidak terlalu panas. Tetapi ada saja halangan untuk pengumpulan seluruh pegawai ke lokasi pemotretan... *sigh*...

Pukul 9 lewat saat seluruh pegawai berkumpul di tangga Gedung Auditorium. Sinar matahari sudah mulai terik dan saya sudah bermandi keringat mengatur posisi teman-teman. Pegawai BUTTMKP hanya sedikit sebenarnya, kurang dari 50 orang. Tetapi mengatur mereka untuk berada dalam posisi yang tepat memang agak susah. Itu sebabnya mungkin saya diberdayakan, ... hahaha ... karena sayalah yang cukup cerewet untuk mengatur dan "meneriaki" mereka yang sukar diatur.

Sebenarnya saya berkeinginan untuk melakukan pemotretan juga di depan Gedung Pendidikan, tetapi sayang waktu kurang mendukung. Oh iya, BUTTMKP berlokasi di lahan seluas kurang lebih 5 hektar. Terdiri dari 5 gedung utama yaitu gedung pendidikan berlantai 4 berisikan kelas-kelas dan laboratorium; gedung auditorium yang terdiri dari ruangan cukup luas di lantai 2 untuk menampung hingga 500 orang dalam posisi duduk serta ruangan administrasi di lantai pertama; gedung asrama berlantai 4 yang terdiri dari 116 kamar standar setara dengan hotel bintang 3 dan 2 kamar VIP; gedung latihan yang dilengkapi dengan 2 kontainer berpendingin, kontainer standar, mesin X-Ray dan incinerator; Animal Cage yang berisikan berbagai macam hewan antara lain kucing, anjing, ular, kambing/domba, ayam , burung dan iquana.

Setidaknya foto bersama tahun sebelumnya pernah berlokasi di depan gedung pendidikan dan gedung asrama. Memang baru kali inilah kami berpose di depan gedung auditorium.

Pukul 10 lewat ketika pemotretan selesai. Begitu kembali masuk ke ruangan administrasi di gedung auditorium, "Mak nyes" rasanya ... adem. Untunglah hari ini cukup cerah walau membuat gerah. Saya jadi mengingat foto bersama tahun 2013.

Pagi bulan Januari 2013 mendung menggantung sejak subuh. Pukul 7.45 saya sudah meminta seluruh pegawai berkumpul di depan gedung asrama. Matahari mulai bersinar, saya sedikit lega. Atur sana sini, pemotretan selesai juga satu jam kemudian. Tetiba awan hitam bergulung-gulung datang. Saya masih berusaha mengambil foto kelompok per kelompok. Kelompok karantina hewan, kelompok karantina tumbuhan dan kelompok administrasi. Mendadak hujan turun tanpa didahului rintik-rintik, langsung deras. Kami pun pontang panting berlari meneduh. Sebagian dari kami basah kuyup hahaha...

Persiapan foto bersama tahun 2013 dengan mendung menggantung yang berarti hujan hehehe. Lokasi di depan gedung asrama BUTTMKP.

Tahun 2015 cuaca cerah dan foto diambil sebelum jam 9 sehingga hasilnya juga cukup memuaskan. Sayangnya, seragam karantina kami berwarna tidak seragam. Waktu itu seragam dengan warna baru, baru saja ditetapkan dan belum semua orang memilikinya. Akibatnya saat foto terlihat jelas blang bonteng warna seragam kami.

Persiapan foto bersama tahun 2015, terlihat seragam dan jilbab yang dikenakan tidak seragam. Yang perempuan pun tidak semuanya menggunakan rok. Lokasi di depan gedung pendidikan BUTTMKP.

Saya tadi tidak sempat melihat hasil foto bersama tahun ini lebih mendetail di komputer. Semoga hasilnya lebih bagus dari tahun lalu. Yang saya suka dari foto kali ini adalah, jilbab yang kami kenakan sudah seragam, seluruh perempuan menggunakan rok, dan baju yang dikenakan lebih rapi dari tahun lalu.

Pegawai perempuan BUTTMKP ... yang bilang kami tidak cantik harap berhenti membaca blog ini hahaha... Lokasi di tangga gedung auditorium BUTTMKP.

Ahhhh ... tidak sabar menunggu hasil foto bersama tahun ini diperbesar dan dipajang di kantor. Sayangnya saya tadi harus buru-buru pulang, sehingga tidak sempat melihat satu persatu hasil fotonya.

Sejak kuliah lagi, anak-anak tidak memperkenankan saya pulang terlalu larut. Mereka menghendaki saya sudah di rumah saat mereka pulang sekitar pukul 16 dari sekolah. Itu sebabnya saya segera pulang sehabis makan siang tadi.

Inilah nikmatnya sekolah lagi, bisa sering ada di rumah; sesekali menjemput si bungsu dari sekolah; dan bila ke kantor tidak terikat absen sehingga bisa datang dan pulang jam berapa saja.

Yuhuuuu yang di kantor, kirim foto bersama tadi via email ya ... ditunggu dengan penuh debar ... hehehe ...


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_kelima
#tugas_minggu_pertama






Selasa, 02 Februari 2016

TIPS BUAT MOMMY REMPONG YANG KULIAH LAGI

TIPS BUAT MOMMY REMPONG YANG KULIAH LAGI
- JULIA ROSMAYA

Diberi kesempatan untuk kuliah lagi di usia yang tidak lagi muda haruslah dinikmati. Walau keraguan meraja di hati, bisakah, mampukah, kuatkah? Tetap semangat itu nomor satu.

Sebagai mommy rempong dengan dua anak, duduk manis di kelas dan mengerjakan tugas kuliah perlu kekuatan lebih. Untuk bisa bertahan di dunia kampus yang begitu keras ini haiyaahhh ... diperlukan tip-tip tersendiri. Berikut adalah tip-tip penting gak penting yang perlu diketahui bagi mommy rempong.

1. Penampilan
Mommy rempong yang biasanya berpakaian resmi ala kantoran sebaiknya menyimpan baju resminya untuk sementara. Blazer, rok pensil, kemeja resmi, gamis bernuansa resmi, sepatu hak lancip 12 cm, dan segala macam pakaian berbau "bisnis" atau "pejabat" ditaruh saja di almari bagian belakang. Saatnya menggunakan kemeja ala mahasiswa, sepatu nyaman tanpa hak, rok bunga-bunga, celana bahan yang nyaman dipakai. Intinya mari membaur di kampus. Jangan sampai teman kuliah enggan menyapa karena pakaian yang digunakan mommy membuat mereka segan. Tetap ada big no no bila di kampus. Sebaiknya hindari menggunakan celana jeans ketat atau baju ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh mommy. Bagaimanapun badan mommy dan badan para gadis di kampus itu berbeda jauh. Kasihanilah para mahasiswa yang dipaksa melihat lemak tubuh mommy di balik baju ketat itu... hehehe.

Gunakan sepatu yang nyaman karena beberapa kampus tidak menyediakan elevator, yang ada hanya tangga. Kebayang kan kalau harus kuliah di lantai 4 menggunakan sepatu cantik berhak 12 cm? Bisa gempor kaki mommy sepulang kuliah. Apalagi bila dalam sehari harus kuliah di ruangan dan lantai yang berbeda-beda pula. Atau harus konsultasi dengan beberapa dosen di lantai yang berbeda-beda. Tetapi bila sudah terbiasa menggunakan sepatu tinggi dan nyaman untuk melangkah kesana kemari dan naik turun tangga kenapa tidak? Gunakan saja. Kan katanya sepatu yang oke itu meningkatkan kepercayaan diri... hahaha ... betul gak para shoe fetish?

Terbiasa berbulu mata palsu dengan make up mata lengkap? Atau bedak tebal 5 cm? Ganti gaya dandan mommy selama masa kuliah. Tidak semua ruangan kelas dilengkapi dengan pendingin udara yang baik, belum lagi saat berjalan mengejar dosen untuk konsultasi. Jangan sampai make up mommy malah luntur dan eye liner lumer membasahi pipi. Bukan berarti tidak dandan sama sekali... wah jangan. Bedak tipis plus lipstik dan pensil alis wajiblah digunakan. Dosen pun senang melihat mahasiswanya segar dan cantik.

2. Sikap
Mommy rempong yang tadinya pejabat alias bos besar, bos sedang atau bos kecil di kantornya, sebaiknya menanggalkan sifat "bossy" nya itu. Ingatlah bahwa mahasiswa adalah kasta terendah di kampus hehehe... segitunya ya. Jangan mentang-mentang dosen berusia lebih muda dari mommy maka mommy bisa seenaknya bersikap. Atau dosen yang biasanya menjadi rekan kerja saat ngantor dulu diperlakukan sama.. hadeuhhh jangan. Ingat aturan nomor satu, dosen itu selalu benar ...

Jangan sok bossy juga ke staf administrasi di kampus, tanpa mereka kampus tidak bisa berjalan lho. Terkadang menjalin hubungan baik dengan mereka akan melancarkan jalan para mommy ke gerbang wisuda.

Saat ini, banyak mahasiswa yang langsung melanjutkan kuliah S2 segera setelah lulus. Tanpa jeda untuk bekerja. Bahkan ada banyak program yang memberikan beasiswa untuk langsung meraih gelar Doktor. Mereka-mereka ini ilmunya masih segar, daya ingat masih baik. Ibarat versi Android, versi mereka Lollipop 5.1 sedangkan mommy mungkin hanya versi Kitkat 4.4 atau malah Jelly Bean 4.0. Versi lebih rendah lagi tidak mungkin rasanya hehehe. Ingat mommy bisa lulus ujian TPA artinya mommy dipandang mampu untuk kuliah S2 atau S3.

Menjalin hubungan baik dengan para lollipop ini wajib hukumnya. Mereka masih ingat siklus kreb, masih ingat cara kerja sistem imun dengan detil sementara mommy masih berusaha mengingat-ingat nama lapisan terluar dari kulit itu apa. Bukan berarti mommy bodoh. Tetapi ilmu-ilmu dasar itu sudah terlupakan karena dipelajari lebih dari 10 atau 20 tahun yang lalu. Jadikan mereka mentor saat mommy belajar. Terkadang cara termudah untuk belajar bukan duduk manis dan menghafal seperti masa S1. Tetapi mendengarkan mereka presentasi atau menerangkan lebih mudah masuk ke otak daripada belajar sendirian.

3. Lain-lain
Mahasiswa identik dengan laptop dan diktat kuliah. Biasanya semua barang itu dimasukkan ke dalam tas ransel yang cukup besar. Atau malah membawa dua tas. Tas tangan dan tas laptop. Terkadang mommy harus ke kampus sendirian tanpa adanya teman sekelas karena harus konsultasi atau penelitian. Diperlukan ketrampilan khusus untuk menggunakan toilet sambil membawa tas ransel besar.

Toilet kampus itu tidak seperti toilet mall yang dilengkapi dengan gantungan tas di pintu, tissu dan air yang melimpah. Bila ada teman, mommy bisa menitipkan tas di teman tadi. Tapi bila sendirian? Mau tidak mau tas dibawa masuk ke toilet. Disinilah sepatu yang nyaman itu diperlukan. Tas ransel yang berat di punggung membuat kerepotan tersendiri saat mommy jongkok atau duduk untuk menunaikan hajat. Hati-hati ya Mom, jangan sampai tas malah tersiram air atau mommy jatuh di toilet. Siapkan selalu tissu basah dan kering untuk keperluan di kamar mandi. Kebersihan kamar mandi mahasiswa memang agak kurang di kampus.

Bila mommy menjaga asupan makan, hati-hati bila duduk di kantin kampus. Harga yang murah dan tampilan makanan yang menggoda bisa membuat mommy gagal diet. Batasi asupan gorengan dan minuman manis. Ingat Mom, umur tidak lagi muda, makanan yang masuk perut harus dijaga. Bila ingin juice minta tanpa gula. Bila ingin gorengan cukup satu saja. Bila sempat bekali diri dengan buah potong dari rumah. Duduk bersama para lollipop di kantin mahasiswa sambil jajan sana sini dijamin membuat diet ambyar berantakan hehehe.

Sekian beberapa tips penting untuk para mommy yang kuliah lagi. Semoga bermanfaat ya Mom ...


Note :
Julia Rosmaya adalah mommy dokter hewan karantina yang sedang menempuh pendidikan S3 di IPB

#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keempat

Pengikut