Senin, 29 Februari 2016

BUKAN HARI BIASA (SEKILAS KARANTINA)

BUKAN HARI BIASA
(SEKILAS KARANTINA)
- Julia Rosmaya

Bandara Adi Sumarno agak sepi hari ini, Rati baru menandatangani dua dokumen karantina. Waktu piketnya masih lama berakhir, dia berharap tidak ada kejadian aneh di jam piketnya. Lelah rasanya menghadapi pengguna jasa yang sok tahu dan sok keminter tapi sebenarnya hanya tidak ingin mematuhi aturan.

Sesosok lelaki dengan baju safari berwarna gelap mendadak muncul di konter depan. Tubuhnya tegap dengan rambut cepak seperti tentara, sikap badannya menguarkan aura resmi. Suara bariton yang tegas mengusik rasa ingin tahunya. Rati pun melangkah ke konter depan. Sekilas didengarnya bahwa bapak Presiden memohon pemeriksaan karantina untuk burung-burungnya yang akan di bawa ke Jakarta.

Burung Presiden? Wah ini berita besar, Rati mempercepat langkahnya. Dilihatnya petugas konter menerima beberapa dokumen dan sebentuk flashdisk dari lelaki itu.

"Selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?" tegurnya ramah ke lelaki itu.

"Iya bu, kami mewakili bapak Presiden. Bapak berencana membawa beberapa ekor burung ke Bandara Halim Jakarta dengan pesawat kepresidenan. Rencananya burung-burung tersebut akan dilepas di Istana Bogor bu," jawab lelaki itu.

"Wah hebat sekali Bapak Presiden kita, berkenan mematuhi aturan. Apakah dokumen-dokumen yang diperlukan sudah dilengkapi pak? Boleh saya tahu nama Bapak siapa?", tanya Rati lagi semakin antusias. Ternyata hari ini ada kejutan yang menyenangkan. Melakukan pemeriksaan burung milik Presiden bukan merupakan hal yang biasa dilakukannya.

"Saya Martono bu. Apakah ibu dokter hewan yang akan melakukan pemeriksaan? Tadi dokumen sudah saya serahkan ke bapak petugas yang disana," sahut pak Martono sambil menunjuk pak Adi rekan Rati.

"Iya pak, saya dokter hewan piket hari ini. Saya yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan burung-burung Bapak Presiden nanti. Silahkan Bapak menunggu, kami akan melakukan pemeiksaan dokumen terlebih dahulu. Oh iya pak, tadi saya lihat ada flasdisk, isinya apa pak?" kata Rati lagi sambil meraih flashdisk dari atas tumpukan dokumen.

"Oh itu bu dokter, saya juga kurang tahu apa isinya. Tadi diberikan oleh petugas yang mengurus burung. Menurut beliau, data-data burung yang akan dikirim ada di dalam flashdisk tersebut," kata pak Martono sambil menunjuk flashdisk yang dipegang Rati.

"Baiklah pak, kami akan cek data-data yang ada dalam flashdisk ini. Silahkan Bapak menunggu di sana pak," kata Rati sambil menunjukkan sofa ruang tunggu.

Dengan sigap, dibukanya dokumen yang terdapat di dalam flasdisk. Isinya ternyata hasil scan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengiriman burung. Dibacanya sekilas dokumen yang ada, Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari Dinas Peternakan Solo, Surat Keterangan bebas Avian Influenza (AI) serta data-data jenis, jumlah dan warna burung yang akan dikirimkan.

"Pak Adi, lihat ini ... Hebat sekali petugas administrasi kepresidenan, mereka menyempatkan diri untuk men-scan dokumen yang ada," Rati memanggil pak Adi sambil menunjukkan layar monitor komputer.

"Iya dok, ini dokumen juga sudah saya periksa. Semua lengkap dan sesuai aturan. Sepertinya Kepala Balai harus diberitahu soal ini dok. Jarang-jarang lho Presiden meminta tindakan karantina untuk burungnya," kata pak Adi sembari memasukkan data yang ada di dokumen ke aplikasi Karantina Hewan.

Rati tersenyum, diraih telpon genggamnya. Diketik beberapa kalimat pemberitahu ke Drh. Ana, kasie Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Yogyakarta. Bandara Adi Sumarno Solo merupakan wilayah kerja BKP Kelas II Yogyakarta. Pesan yang sama disampaikan ke staf humas kantor, mereka harus tahu kejadian ini.

Tindakan selanjutnya adalah mengambil darah burung-burung itu serta melakukan pemeriksaan fisik. Darah yang diambil akan diuji menggunakan test kit untuk memastikan burung-burung tersebut terbebas dari penyakit AI atau flu burung. Rati masuk ke dalam ruangan, diambilnya peralatan untuk pemeriksaan. Diliriknya kopi yang sudah mulai dingin di meja. Dia baru ingat bahwa tadi dia memesan kopi hitam tanpa gula untuk pengusir kantuk. Segera dihabiskannya kopi itu dan Rati melangkah keluar.

Hari ini akan menjadi sejarah karirku, gumam Rati riang.



#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keduapuluhtiga
#MaretCeria
#Tugas_minggu_pertama




Ditulis berdasarkan berita di bawah ini

Kirim Puluhan Ekor Burung dari Solo, Presiden Periksakan di Karantina Pertanian

Solo (25/1) - Setelah memborong puluhan burung di Pasar Burung Depok, Solo keluarga orang nomor satu di Indonesia, Presiden Jokowi mengirimkannya ke Jakarta.

Prosedur pemeriksaan karantina menggunakan jalur biasa, demikian menurut dokter hewan Adri Susiani, petugas medik veteriner Balai Karantina Pertanian Yogyakarta, Wilker Bandara Adi Sumarmo Solo. Ada 30 ekor burung Jalak Kapas, 50 ekor burung Cucak Keling dan 6 ekor burung Merpati yang akan dilepasliarkan di istana merdeka dan istana Bogor.

Pemeriksaan kesehatan hewan yang dilakukan petugas Karantina Pertanian guna memastikan hewan tersebut sehat dan aman, terutama antisipasi virus flu burung. Puluhan burung ini dinyatakan sehat, dan segera dikeluarkan Sertifikat Kesehatan Hewan.

Walau diperlukan waktu cukup lama dalam pemeriksaan fisik , namun seluruh prosedur tetap dilakukan, tambah Adri.
Menjadi kebanggaan bagi petugas Karantina Pertanian membantu menjamin hewan peliharaan Keluarga Presiden sehat dan aman bagi lingkungan.

Petugas Karantina Pertanian berada diseluruh pintu masuk dan keluar wilayah NKRI, bertugas memeriksa dan memastikan hewan dan tumbuhan yang dilalulintaskan aman dan sehat sehingga terjaga kekayaan sumber daya hayati Indonesia, nomor. 2 terbesar di dunia.

Humas Karantina Pertanian

3 komentar:

  1. coba komen, coba komen, coba komen *eh

    BalasHapus
  2. alhamdulillah bisa dibaca yang ini ... yang sebelumnya hilang semua hiks

    BalasHapus
  3. komen lain hilang semua hiks hiks ... di seluruh postingan huaaa ...

    BalasHapus

Pengikut