CUCIAN
-Julia Rosmaya
Kuliah lagi di usia yang tidak lagi muda ternyata memberikan dampak nyata terhadap otak dan tubuh. Dulu saat masih S1 di Yogya, belajar hingga larut malam, kurang tidur lalu harus praktikum tidaklah terlalu membuat fisik terkapar kelelahan. Rasa lelah tetap ada tapi tidak terlalu dirasakan dampaknya.
Sewaktu menempuh pendidikan S2, pekerjaan yang berat secara fisik sebagai dokter hewan karantina di pelabuhan Merak membuat tubuh terbiasa saat harus belajar hingga larut malam. Walau saya juga tidak terlalu ngoyo belajar hingga dini hari bila mau ujian.
Seiring usia, belajar hingga larut malam bukanlah pilihan. Jam 22 rasa ngantuk sudah tak tertahankan. Saya memilih bangun pagi dan segera berangkat serta membuka-buka buku di bis daripada harus tidur hingga larut malam. Kemampuan otak untuk menghafal juga sudah menurun. Saya lebih baik berusaha menangkap maksud suatu kalimat dan menuliskannya dalam bentuk lain.
Hal yang paling terasa saat ini adalah, dampak ke tubuh setelah ujian. Saat memikirkan jawaban, otak serasa diperas seperti cucian di ember yang hendak dijemur. Selesai ujian, rasanya seperti cucian yang sudah mengering di tali jemuran. Kering dan tak berdaya saat ditiup angin. Menurut saja kemana angin berhembus. Bila angin terlalu kencang dan memaksa sang cucian kering untuk terbang ke atap tetangga, tiada daya lagi untuk melawan. Beda dengan cucian basah yang masih bisa melawan tiupan angin karena masih berat mengandung air.
Hingga beginilah rasanya menjadi saya sehabis ujian. Tak berdaya dan remuk redam seluruh tubuh. Padahal perjalanan masih panjang, masih jauh tingkatan-tingkatan yang harus ditempuh.
Semangatlah Maya, ini baru 2 tahapan. Delapan tahapan di depan pasti bisa dilalui ...
#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_ketujuhbelas
#analogi
#tugas_minggu_ketiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar