Selasa, 16 Februari 2016

YANG PERTAMA SELALU TERBAIK

YANG PERTAMA SELALU TERBAIK
- Julia Rosmaya

Bram mendesah, diperhatikannya ruangan yang ramai. Dia tidak betah berlama-lama. Acara samacam kumpul-kumpul pegawai seperti ini bukan kesukaannya dari dulu. Diambilnya segelas air dan cemilan. Pilihan cemilan di atas meja pun tidak menarik hatinya.

Dengan lesu dia berjalan ke meja di sudut. Ada seorang lelaki sudah duduk di sana. Acara sambutan masih belum selesai.

"Saya numpang duduk disini ya pak," katanya kepada lelaki itu.

Mereka duduk dalam diam, menikmati cemilan yang rasanya tidak karuan tadi. Dicobanya membuka pembicaraan dengan lelaki itu, bosan juga rasanya berdiam diri terus menerus.

"Bapak pensiun tahun berapa dari kantor ini?" dialihkan pandangan ke lelaki tadi. Taksirannya umur lelaki itu 60 tahun lebih, tubuhnya kurus, bajunya tersetrika halus. Rambutnya walau telah menipis tersisir rapi ke belakang.

"Saya pensiun sudah lama dek, sudah 10 tahun lebih. Alhamdulillah pimpinan kantor sini selalu mengingat para pensiunan seperti kami. Setiap tahun pasti kami diundang di acara kumpul-kumpul seperti ini." kata sang lelaki itu. Mendadak wajahnya cerah. Dilanjutkan kata-katanya dengan menceritakan hal-hal yang pernah dilakukannya dulu saat masih bertugas.

Tetiba, ceritanya terhenti. Dia terbatuk. Bram mengambilkan segelas air dari meja saji. Setelah meneguk air yang diberikan Bram, si lelaki itu bertanya, "Kau punya istri dek? Mau saya beri nasehat?"

Tanpa jeda, lelaki itu terus bercerita.

Dulu sekali, dia hidup berbahagia sebagai kepala kantor cabang Sumatra. Anaknya dua, istrinya termasuk menarik untuk dilihat. Gambaran keluarga ideal amatlah tepat disematkan bagi mereka. Dia termasuk keras terhadap istri dan anaknya. Banyak aturan diterapkan. Semua orang tahu betapa keras dan disiplinnya dia baik di kantor maupun di rumah.

Tanpa sepengetahuannya, sang istri tergoda lelaki lain. Anak buahnya di kantor mengetahui hal itu, tetapi tidak ada satu pun yang berani menceritakan hal yang sebenarnya. Maka betapa kagetnya si lelaki saat istri tercinta meminta cerai. Saat dia tahu alasan yang sebenarnya, bahwa ada lelaki lain dalam hidup sang istri maka murkalah dia.

Tanpa ba bi bu, sang istri dicerai. Kedua anak diambilnya dari hak asuh mantan istri. Tanpa menunggu lama, kurang dari dua tahun dia menikah lagi. Dengan seorang gadis yang usianya lebih muda 10 tahun.

Bersamaan dengan itu, dia dimutasi ke pulau Jawa. Istri kedua yang tadinya menurut diajak merantau ke pulau Jawa mendadak 'mbalelo'. Dia minta cerai karena tidak betah jauh dari keluarga besarnya di Sumatra. Dari pernikahan kedua, mereka dikaruniai seorang anak dan si anak ikut ibunya kembali ke Sumatra.

Kemudian dia bertemu seorang Janda tanpa anak, yang segera dinikahinya segera setelah dia pensiun. Mereka membuka warung makan yang cukup laris di dekat kantor.

"Kau punya istri kan dek?" dia bertanya lagi.

Pertanyaan itu memang belum dijawabnya sejak tadi. Bram melayangkan ingatan ke istrinya. Dulu dia jatuh hati karena istrinya termasuk orang yang periang dan tipe yang sangat perhatian. Istrinya tidak secantik bintang sinetron tetapi enak dilihat. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia merasa sesak dalam pernikahannya. Kekurangan-kekurangan kecil dari istrinya sudah tidak bisa lagi ditolerirnya. Komunikasi antar mereka berdua hanya sebatas pembicaraan soal anak. Dia tidak tertarik dengan cerita-cerita istrinya seperti juga istrinya juga tidak tertarik dengan ceritanya. Bisa dibilang mereka seperti teman saja sekarang. Sudah tidak ada lagi getaran cinta. Apalagi saat ini dia sedang dekat dengan seorang rekan di kantor. Kehadiran wanita lain dalam hidupnya membuat hari-hari yang terasa suram tercerahkan.

Dia tidak punya niatan untuk selingkuh dengan rekan kantornya itu. Dia hanya jenuh dan mencari keriangan di luar. Sang rekan juga tidak tahu bahwa Bram mengharapkan keriangan darinya.

"Iya pak, saya punya istri. Anak saya dua, masih SD keduanya" dijawabnya pertanyaan lelaki itu.

"Dek, apapun kesalahan istrimu. Walau dia selingkuh dengan lelaki lain sekalipun. Jangan pernah menceraikannya!"

Bram terkejut dengan keseriusan kata dari si lelaki, "Kenapa pak? Bukankah kalau istri selingkuh tidak ada jalan lain selain menceraikannya? Apalagi kita lelaki kan tidak bisa menerima bekas dari lelaki lain!"

"Memang susah dek memaafkan. Tetapi percayalah, tidak ada perempuan yang lebih baik dari istri pertama. Saya sudah menikah tiga kali. Sampai sekarang saya tidak menemukan perempuan yang bisa menandingi istri pertama saya. Dia saya nikahi karena cinta. Sedangkan yang kedua dan ketiga saya nikahi karena saya butuh ibu buat anak-anak serta sebagai lelaki saya tidak bisa hidup sendiri"

Bram memperbaiki posisi duduknya, tidak dihiraukan keriuhan acara di atas panggung.

"Lalu dek bila kau tertarik dengan wanita lain, ingatlah saat-saat kau jatuh cinta dengannya dulu. Kalau istrimu tidak menarik lagi, itu salahmu karena kau tidak memfasilitasinya. Berikanlah uang untuk senam atau ke salon. Kalau istrimu sudah tidak tertarik dengan ceritamu, itu juga salahmu karena kau tidak lagi berusaha tampil menarik di mata istrimu. Kembalilah menjadi pahlawan di matanya. Kau seharusnya menjadi pahlawan dan penghiburnya, bukan orang lain!"

Bram merasa tertampar. Dia memang merasa bahwa dia tidak berarti apa-apa di mata istrinya. Pernikahannya berada di titik jenuh dan dia selangkah lagi menuju jurang perselingkuhan dengan wanita lain. Dia merasa ketidakbahagiaan dalam diri.

"Jadi ingat ya dek, jangan pernah menceraikan istri pertama. Seandainya kau ingin menikah lagi, pertahankan istri pertamamu. Yang pertama selalu yang terbaik. Tetapi yang paling bagus adalah tidak pernah menduakan istrimu, apapun alasannya"

Bram merasakan pemahaman baru. Dia sadar, dialah yang berubah dan terlalu banyak berharap bahwa pernikahannya akan membuat bahagia. Tetapi dia sendiri tidak mengusahakan kabahagiaan istri dan dirinya. Malah dia ingin mengambil jalan pintas dengan mencari kebahagiaan dari wanita lain.

"Pak, terima kasih atas nasehatnya. Saya akan mengingat nasehat bapak. Terus terang saya memang sedang punya sedikit masalah dengan istri. Tapi kata-kata bapak menyadarkan saya. Terima kasih pak" diulurkannya tangan untuk menjabat, si lelaki tua menyambutnya dengan hangat.

Tak lama acara pun usai. Bram mengantarkan si lelaki itu hingga ke pintu keluar. Tak sabar rasanya dia ingin segera pulang dan memeluk istrinya.

Yang pertama selalu yang terbaik, gumamnya dalam hati.




Terima kasih untuk Almarhum bapak G atas nasehatnya
dan Bapak A atas ceritanya


#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#hari_keempatbelas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut