Selasa, 28 April 2020

PERJALANAN MENJADI DRH (BAGIAN 8: WEARPACK DAN STETOSKOP)

Perjalanan Menjadi Drh 
Bagian 8: Wearpack dan Stetoskop 

Masa koasistensi adalah masa paling bahagia. Kami lebih banyak praktek lapangan daripada duduk manis di kelas. Sibuk setengah mati, kadang gak sempat makan. Sampai saat pelantikan Drh, berat badan kembali ke masa akhir SMA, 48 kg, kurus bingits.

Koasistensi di masa itu berdiri dari 6 bagian yaitu koasistensi diagnosa laboratorium, reproduksi, klinik interna hewan besar, interna hewan kecil, klinik bedah, serta kesehatan masyarakat dan administrasi dinas. Koasistensi ditutup dengan   kuliah kerja nyata. 

Koasistensi laboratorium, interna hewan kecil dan bedah banyak dilakukan di laboratorium Klebengan (yang sekarang menjadi kampus baru), dan Klinik Hewan Kuningan. Koasistensi hewan besar, reproduksi serta kesehatan masyarakat dan administrasi dinas (kodin) dilaksanakan di berbagai tempat. Banyak jalan-jalannya, sesuai dengan hobi saya hehehe. 

Merogoh saluran reproduksi sapi dengan tangan telanjang itu wajib. Tidak pakai sarung tangan karet. Bau? Rasanya kok gak ya. Untuk mahasiswa FKH, bau segala macam feses hewan itu rasanya biasa saja di hidung. Kadang, selesai praktikum, kami dengan santainya cuci tangan dan mencomot gorengan. Makan dengan nikmatnya di samping teletong. 

Baju wearpack warna hijau, hampir tiap hari dipakai. Kadang tidak dicuci dulu di hari berikut. Sepatu karet selutut, stetoskop, dan thermometer selalu terbawa. Saat mengalungkan stetoskop di leher, berasa bangganya jadi Dokter Hewan. 

Saya ingat saat koas di Poskeswan Lendah Kulon Progo. Dokternya wanita dan gesit naik motor. Kami berempat dengan 2 motor kadang ketinggalan jauh mengikuti dia, saat memeriksa hewan dari desa ke desa. Saya lupa siapa namanya, semoga beliau masih sehat. Ilmu yang diberikan benar-benar bermanfaat untuk kami. 

Koas interna hewan kecil dan bedah adalah momok sesungguhnya. Melakukan diagnosa itu tidak mudah. Seluruh sel otak harus bekerja keras saat dihadapkan pada satu kasus. Ketrampilan tangan juga teruji saat membedah hewan. 

Saya ingat, suatu hari kami membantu bedah caesar anjing, saya yang bertugas mengangkat anak anjing, dan HM yang bertugas memotong tali placenta, saking gugupnya HM dan saya, tidak hanya tali placenta terpotong, tapi juga sebagian kulit saya. 

Berdarah tapi tak sakit 
... saat itu. Begitu selesai operasi, baru sadar bahwa bagian kulit jari yang terpotong cukup besar. Barulah terasa sakitnya hehehe. Kok gugup? Hmmm anu, dosen bedahnya ganteng ... eh. Semoga beliau gak baca wkwkwk.

Ujian interna hewan kecil dilakukan dengan undian. Ada satu dosen killer yang dihindari semua orang. Saat mengambil gulungan kertas berisi dosen penguji, lebih menakutkan daripada menghadapi calon mertua. Hehehe ...

Saya juga menemukan sahabat baru, SS dan VD. Kami bertiga selalu 1 kelompok, dan selalu bersama pergi kemana pun. Dimana ada VD, pasti ada saya dan SS, demikian sebaliknya. SY sesekali ikut, tapi kesibukan kami telah membuat frekuensi pertemuan saya dan SY berkurang jauh.

Lanjut besok ya masa koasnya ...

Saya merogoh saluran reproduksi sapi. Kalau gak salah di RPH Yogyakarta. Sapi yang dijadikan hewan praktek adalah sapi yang hendak dipotong. 

Rombongan koas reproduksi di BBTU Baturaden, Purwokerto. Lap  kuning yang saya bawa itu pelindung kamera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut