Sabtu, 25 April 2020

PERJALANAN MENJADI DRH (BAGIAN 5: TEMEN DAN DEMEN)

Perjalanan Menjadi Drh 
Bagian 5: Temen dan Demen 
#JuliaSays 

Perjalanan hidup tak ada yang bisa menduga. Siapa jodoh kita, juga tak ada yang tahu. SY akhirnya menjadi teman yang dekat di hati, saya pun tak bisa menduganya. 

Malam sudah gelap, saat kami beriringan jalan pulang ke kost dari perpustakaan. Sebuah kalimat tanya dari SY memporak-porandakan perasaan saya. 

Saat itu, saya sudah nyaman kuliah di FKH. Walau tertatih dengan semua pelajaran yang menggunakan mikroskop, tapi semuanya saya bawa senang. Gank jalan kami semakin banyak anggotanya, sedang seru-serunya. 

Sejak SMA saya melihat banyak contoh, saat 2 orang dalam sebuah kelompok pacaran, maka kelompok itu akan bubar. Orang pacaran juga cenderung hanya dengan pacarnya saja, melupakan teman lain. Sudah gak bisa lagi runtang-runtung kesana kemari dengan orang lain. Hidupnya seperti milik berdua, yang lain ngontrak. 

SY dengan sifatnya yang ramah dan ringan tangan pada siapa pun, juga akan tersiksa bila harus berdua terus dengan saya. Saya pun akan tidak nyaman berhubungan dengan teman lain, karena status sebagai pacar SY.

Bukan berarti saya ingin dilirik lelaki lain, atau membebaskan SY melirik perempuan lain. Bukan itu. Saya hanya tidak ingin gank kami bubar. Akhirnya kami putuskan, bahwa hubungan kami harus dirahasiakan. Hanya HM yang tahu status kami berdua yang sudah berubah. Kami tetap jalan bertiga kemana pun, walau HM sering bilang ...

"Perasaan aku jadi obat nyamuk kalian ya !" Wkwkwk... Maafkan kami ya HM. 

Maka itulah yang terjadi ... dari temen jadi demen.

Sayangnya, banyak masalah terjadi saat kami sudah berubah status. Saat ini saya melihat, bahwa kami sama-sama belum dewasa. Saya tidak nyaman saat SY membantu perempuan lain, walau itu sepengetahuan saya, atau malah saya yang menyuruh dia. Saya pun tak nyaman dengan sifat posesif SY. 

Hubungan kami sempat putus sambung beberapa kali. SY beberapa kali ketahuan PDKT dengan adik kelas. Ketidaktahuan orang akan status kami, ternyata dimanfaatkan seluas-luasnya oleh dia hehehe. Pada satu titik menjelang skripsi, saya pun tak tahan. 

Kami berpisah, kali ini saya putuskan untuk selamanya. Pada saat kami berpisah inilah, orang baru tahu kami berpacaran. Ironis kan? 

Belakangan hari terungkap, bahwa SY pun tidak nyaman dengan saya. Bisa dibilang kami tidak setara. Saya terlalu mendominasi dan mengatur. Ini adalah salah satu alasan dia melirik adik kelas. Setidaknya dia bisa jadi hero buat si adik itu. Selain itu ketidaksetujuan ortu saya, membuat dia ragu akan masa depan hubungan kami. 

Saat saya menjauh dan menyatakan bahwa kita harus benar-benar berpisah, SY tidak terima. Saya menjauh dari semua orang. Teman kost lama pun tak pernah saya ceritakan, mengapa kami berpisah. HM saat itu sedang dekat dengan calon suaminya, sehingga saya pun tak bercerita. Bahkan saya memutuskan pindah kost, hanya demi menghindari SY.

Kost lama, orang yang datang bisa langsung mengetuk pintu kamar. Sehingga saya tidak bisa bersembunyi dari SY. Kost baru berlantai 2, dan saya di kamar atas. Ada pagar yang memisahkan kamar dan ruang tamu. Kost ini milik sesama FKH 91 juga, namanya SS. Padanya saya sedikit bercerita, alasan saya  pindah kost.

Dalam pikiran saya, kami harus menjaga jarak, harus lebih jarang bertemu secara fisik. Apalagi SY wisuda duluan, dan koas lebih dulu. Hampir tak ada lagi kelas bersama. SY tidak terima saat saya menjauh. Kami sempat bertengkar di kampus, disaksikan beberapa orang. Memalukan pokoknya. Hahaha ...

Saat wisuda sarjana, status saya kembali jomlo. Tak ada pendamping hehehe. Btw, saat SY wisuda, saya mendampingi, walau kami sudah putus hubungan. Saya tidak enak hati dengan ortu dan kakak SY. Ibunya saat itu, cinta mati ke saya. Sedangkan ortu saya tidak terlalu suka dengan SY.

Orang yang tahu riwayat saya dan SY pasti heran, kok sekarang bisa santai berteman lagi. Prinsip saya, dulu kami sahabat dekat, sahabat yang tak cocok jadi teman hidup. Tak ada salahnya, kami kembali menjadi sahabat. Tak ada mantan sahabat, yang ada hanya mantan pacar.

Bahkan suami pernah jadi tempat curhat SY, saat dia hendak berpisah dengan istrinya. Btw suami saya tahu banget riwayat hidup istrinya hehehe. Jadi kalau dia baca ini, paling ngakak doang. 

Bila orang lain musuhan dengan mantan, tidak bagi kami. Kami hanya cocok sebagai sahabat, dan selamanya menjadi sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut