MANIS
Julia Rosmaya
Anak-anak saya tidak terlalu suka gula. Mungkin karena pembiasaan dari kecil. Minum teh yang terlalu manis mereka tidak suka. Makan coklat yang manis tidak suka juga. Mereka pilih dark coklat yang kadarnya lebih dari 60% kalau ada.
Entah mengapa di lidah saya dan mereka, coklat dari luar negeri itu rerata manis sekali. Bila ada yang memberi akhirnya teronggok di sudut kulkas atau diberikan lagi ke orang lain. Beda bila dark coklat... Langsung habis dalam sekejab.
Karena mereka tidak terlalu suka makanan manis, maka banyak kue lebaran yang berbasis gula tidak disukai juga oleh mereka. Kue yang umum ditemui di meja saat hari raya hanya dilirik sekilas.
Beda bila mereka menemukan kacang, keripik atau kerupuk yang berasa asin dan gurih. Dalam sekejab satu toples langsung lenyap di tangan mereka berdua.
Karenanya 2 tahun terakhir ini, saya tidak lagi membeli kue lebaran secara khusus. Nastar, putri salju, kastengel, dan sebangsanya tidak ada lagi di meja tamu. Toh tamu yang datang juga hanya basa-basi mencicip.
Sebagai gantinya meja lebaran kali ini dipenuhi oleh berbagai macam keripik aneka rasa. Juga kacang dan kerupuk hehehe... Sebelum lebaran saya sempatkan membeli kerupuk Palembang dalam jumlah banyak untuk mereka cemil.
Kalau cake atau puding, mereka masih mau. Dengan syarat tidak terlalu manis. Bila kadar manis berlebihan menurut lidah mereka maka cake dan puding itu hanya menjadi hiasan meja saja.
Kastengel yang menurut saya tidak manis tetap saja tidak disukai... Alasannya... Asin! Hehehe...
Akhirnya kembali pilihan hanya ada di keripik dan kerupuk saja...
Sebenarnya saya curiga, jangan-jangan mereka tidak suka manis karena sadar diri seperti saya.
Saya kan sudah manis...
Tidak butuh lagi makanan manis!
Huahaha... #ups...
Selamat lebaran hari keenam