Selasa, 15 September 2015

PERFUME

Pagi ini sebelum suami berangkat ke kantor, saya mencium wangi yang tidak biasa.

"Papa pakai minyak wangi baru ya?"

Suamiku tertawa, "Hahaha ... bukan ini leher Papa seperti kejetit. Tadi minta tolong Reihan ngolesin Salonpas Gel"

Aku pun ikut tertawa. Bau Salonpas Gel kukira bau perfume baru. Suami saya adalah penggemar minyak wangi alias perfume nomor satu. Hanya keluar sebentar saja, dia kurang percaya diri kalau tidak menggunakan perfume. Sementara saya kurang suka menggunakannya. Pernah diberi hadiah perfume oleh suami dari luar negeri, hingga sekarang isi di dalam botol hanya berkurang sedikit.

Ada seorang teman perempuan penggemar berat perfume, sebut saja namanya S. S terutama sangat menggemari bau perfume di tubuh seseorang. Dia selalu suka bila ada teman laki-laki duduk dekat kami dan bau perfume yang menguar dari tubuhnya harum semerbak. Sementara saya tidak suka lelaki yang terlalu wangi. Saya lebih suka bau harum sabun mandi di tubuh lelaki daripada bau perfume.

Suatu hari kami berboncengan motor berdua, S di depan. Kami berhenti di sebuah lampu merah di perempatan yang ramai. Di sebelah kami berhenti seorang lelaki. Saat lampu merah berganti hijau, lelaki itu berbelok ke kanan. Kami sedianya lurus, tetapi S membelokkan setang motor ke kanan mengikuti lelaki tadi.

"Woiiii ..." seruku kaget, "Kita kan mau lurus, kenapa belok kanan?"

"Gila may, cowok itu enak banget baunya. Gak nyadar aku ngikutin dia. Bentar kita belok di depan ya," kata S sambil tertawa-tawa.

Hadeeeuhhh ... akibatnya kami pun agak terlambat datang ke tempat tujuan kami.

Kejadian S tiba-tiba berbelok mengikuti lelaki yang berbau wangi tidak hanya sekali itu. Dia seperti dicucuk hidungnya bila ada lelaki semacam itu. Sayalah yang biasanya menyadarkannya.

Ada seorang teman lelaki yang cukup dekat dengan kami berdua, sebut namanya H. Bila H datang pagi hari, S selalu mendekatinya. Menurut S, bau perfume H enak. Sedang saya tidak terlalu suka dengan wanginya. Saya malah mendekat ke H bila hari telah siang. Bau badan H dengan wangi perfume yang sudah tersamar keringat lebih nyaman di hidung saya.

Suatu saat kami koas bersama dan harus tinggal di pemondokan yang sama pula. H pun akhirnya mengetahui kebiasaan kami, sehingga di pagi hari dia mendekati S, sedang bila siang telah menjelang dia baru mendekati saya. Hahaha...

Hingga sekarang saya belum menemukan perfume yang saya rasa cocok dengan bau tubuh saya. Sehingga saya hanya menggunakan bedak bayi di sekujur tubuh atau pelembab di tangan dan kaki. Ternyata suami sangat menyukai kebiasaan saya ini. Bau saya khas katanya, bikin kangen. Sayangnya saya belum berhasil meminta dia untuk mengurangi kebiasaannya menggunakan perfume secara berlebihan. Menurut saya, bau sabun mandi di badannya lebih enak di hidung saya daripada bau perfume yang dia gunakan di sekujur tubuhnya.

Seorang teman seumuran saya baru-baru ini hamil. Kehamilannya agak sulit, karena dia terus menerus merasa tidak enak badan dan mual ingin muntah. Akibatnya kemana pun dia pergi, dia selalu membawa minyak kayu putih. Sebentar-sebentar dioleskannya minyak kayu putih itu ke leher dan beberapa bagian tubuhnya.

Suatu hari, kami menghadap dosen untuk keperluan konsultasi disertasi. Dosen saya tiba-tiba mengkerutkan hidungnya dan bersuara lantang...

'Ini siapa yang baunya seperti nenek-nenek di terminal?"

Hahahaha ... kami para mahasiswanya pun tertawa terbahak-bahak karenanya. Sedang teman saya yang hamil itu hanya bisa tersenyum kecut.



This note is dedicated to SS dan WH
plus my beloved dear Blues
and the pregnant woman RSD




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut