Selasa, 15 Maret 2016

ANTING-ANTING

ANTING-ANTING
-Julia Rosmaya

Tahukah kamu sayang, anting yang mama kenakan ini sudah berusia berapa tahun? Setahun lebih tua dari umurmu Nak. Anting ini dibeli oleh Eyang Putri saat Mama KKN. Yang istimewa, papamu ikut mengantar Mama, Eyang Putri dan Nambo ke toko emas saat anting ini dipilih.

Sejak dibeli, anting ini selalu bertengger di telinga Mama. Hanya sesekali dia istirahat di kotaknya saat Mama berganti dengan anting yang lebih meriah untuk pesta. Begitu Mama berhijab, tak pernah ia lepas dari telinga. Toh tidak ada gunanya berganti anting bila tidak ada yang melihat bukan?

Maukah kau mendengar cerita saat kelahiranmu yang berkaitan dengan anting ini?

Sehari sebelum kau lahir, entah mengapa Mama gelisah. Salah satu anting hilang entah dimana. Saat itu belum genap 8 bulan kau ada di perut. Hari perkiraan lahir masih lama. Sejak Papa berangkat kantor, Mama langsung mengambil sapu dan beberes rumah dengan tujuan utama mencari anting itu.

Dengan perut lebih besar dari genderang perang, Mama bergerak dari depan ke belakang. Menyapu, mengepel, mengelap, beberes. Setiap sudut rumah tak luput dari jangkauan tangan Mama. Padahal sudah sebulan Mama susah bergerak. Membersihkan rumah hanya sekedarnya saja. Tetapi kali ini seperti digerakkan oleh sesuatu Mama memiliki energy lebih untuk bersih-bersih. Sayangnya anting itu tidak juga ditemukan. Padahal Mama sampai mengangkat kasur untuk melihat apakah ada anting yang terselip dibawahnya.

Tidak hanya itu, Mama juga memasak untuk Papa. Padahal sebelumnya Mama tidak bisa memasak karena tidak tahan dengan bau bahan makanan mentah. Papa lebih banyak makan makanan dari warung atau dia yang memasak.

Kamar sudah rapi, sprei sudah diganti, lantai sudah mengkilap tanpa debu, Mama pun segera mandi dan mencuci baju. Saat itu Mama sudah merasakan keanehan karena ada lendir yang tidak biasa di celana dalam. Tapi hal itu Mama abaikan. Tak lama Papa pun datang untuk makan siang.

Iya dulu saat di Yogya, Papa masih bisa pulang untuk makan siang. Tidak ada kemacetan dan jarak rumah kantor pun hanya dekat saja.

Papa segera kembali ke kantor. Menjelang Ashar, Mama dibangunkan oleh rasa sakit yang menyengat di perut. Sebagai dokter walau dokter hewan, Mama tahu bahwa ini adalah salah satu tanda bahwa kau ingin segera melihat dunia.

Mama segera menelpon kantor Papa, meminta untuk segera pulang. Saat itu belum ada telpon genggam Nak. Untuk menghubungi Papa, Mama harus menelpon kantor dan menitip pesan disana. Tidak bisa bicara langsung dengan Papa.

Mama baru ingat, bahwa tas yang rencananya dibawa ke rumah sakit belum selesai dibereskan. Segera Mama memasukkan berbagai macam barang kesana. Dengan tertatih Mama duduk menunggu Papa.

Papa panik. Mama yang sudah kesulitan mengatur nafas digiring menuju mobil. Tas tertinggal di teras depan. Mobil kita saat itu tidak dilengkapi pendingin udara, sehingga Mama menunggu kepanasan saat Papa berlari kembali ke rumah untuk mengambil tas.

Kami pun sampai di Rumah Sakit Panti Rapih. Mama turun duluan dari mobil dan segera masuk ke ruang UGD, sementara Papa masih berkutat memarkir mobil.

Ternyata benar, rasa sakit yang Mama rasakan adalah salah satu tanda persalinan akan dimulai. Mama dibawa masuk ke ruang bersalin untuk diperiksa bidan. Bidan berkata bahwa pembukaan 2 sudah terjadi.

Papa segera menelpon Nambo dan Eyang Putri di Jakarta. Mereka pun ikut panic mengetahui kau akan lahir sebelum waktunya.

Papa juga menelpon Tante SS, sahabat Mama. Dialah yang mempertemukan Mama dan Papa. Tante SS sempat berkata kepadamu di perut Mama sebelum keberangkatannya untuk tugas.

“Ponakan Tante jangan lahir dulu ya sebelum Tante selesai Dinas. Tunggu Tante datang ya kalau mau lahir!”

Dan benar, kau menunggu semua hadir lengkap. Tante SS, Nambo, Yangti dan keluarga Papa. Mama masuk rumah sakit jam 17 tanggal 12 Agustus dan kau lahir jam 11 tanggal 13 Agustus.

Papa segera masuk ke bilik bersalin saat mendengar suara tangismu, padahal bidan belum mengijinkan Papa masuk. Sampai Bidan menghardik Papa menyuruhnya untuk keluar.

Karena kau lahir sebelum waktunya, beratmu kurang dari berat normal bayi yang baru lahir. Sehari setelah lahir, kau masuk incubator karena berat badan yang terus menyusut. Minum ASI pun tidak mau, sehingga dua hari kemudian harus diberi selang yang dimasukkan ke dalam hidung untuk memberi susu.

Mama meminta Papa untuk pulang ke rumah mencari anting, sekalian mengambil dokumen yang diperlukan untuk mengurus surat kelahiranmu. Rasanya tidak menggunakan anting Mama tidak merasa cantik.

Menurut cerita Papa, anting itu sudah dicari diseluruh sudut rumah. Tetap tidak ada juga. Papa pun tidur kelelahan di atas sprei baru yang telah Mama pasang sebelumnya. Saat hendak berangkat ke rumah sakit, tetiba Papa melihat sesuatu yang mengkilat di tengah kasur. Anting yang dicari itu tergeletak disana!

Padahal sebelumnya Mama sudah mencari anting itu dimana-mana. Sprei itu pun baru dipasang. Papa juga sudah mencari anting di seluruh kamar sebelum tertidur. Begitu sudah tidak dicari, anting itu muncul.

Belakangan Mama berpikir bahwa anting ini menghilang untuk memberitahu bahwa kau berjenis kelamin perempuan. Karena saat USG terakhir, posisimu di Rahim mempersulit dokter untuk mengetahui jenis kelamin.

Tidak hanya itu, percaya atau tidak percaya … anting ini selalu menghilang setiap kali ada peristiwa besar dalam hidup Mama. Tetapi setiap menghilang pasti ditemukan kembali di tempat-tempat yang tak terduga.

Kembali ke dirimu saat di incubator. Kau harus berada disana 2 minggu lebih hingga beratmu stabil dan bisa dibawa pulang. Alhamdulillah sepanjang hidupmu, kau jarang sakit berat. Belakangan Mama baru tahu bahwa saat hamil, mama terserang Toxoplasma yang menyerang plasenta.

Plasentamu sangat kecil diameternya bila dibandingkan dengan bayi normal. Itulah sebabnya asupan nutrisi tidak mengalir lancar ke tubuhmu saat di rahim.

Anting-anting itu masih melekat di telinga Mama sayang, semoga kau bisa memakainya suatu hari nanti saat melahirkan cucu Mama.


Untuk anakku TNAR ... mengenang 13 Agutus 2000


#OneDayOnePost
#Memorable_memory

10 komentar:

  1. Inspiratif mbk maya. Suka selalu tulisannya. Jmpol dahh

    BalasHapus
  2. ceritanya unik...antingnya bisa ngilang2 gitu yaa ^^

    BalasHapus
  3. Wah ini kisah nyata? Anak Mbak Maya yang pertama ya?

    (Eh, Mbak Maya menunggu di rumah sakit selama 1 hari saja?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ... Anakku lebih tua dari umurmu ya Audrey hehehe ... Aku di rumah sakit hanya 3 hari, sedang anakku 2 minggu di inkubator

      Hapus
  4. Hehehe...betapa berartinya Anting itu bagi, Mbak Julia.. :)

    BalasHapus

Pengikut