Kamis, 17 Maret 2016

KACAMATA

KACAMATA
-Julia Rosmaya

Saat itu, saya masih kelas 5 SD, adik kelas 4 dan 3. Wali si adik kelas 4 melaporkan ke orangtua bahwa sepertinya adik mengalami masalah penglihatan.

Akhirnya kami bertiga dibawa ke RSCM untuk periksa mata. Kebetulan Papa yang PNS Kementerian Kesehatan bertugas di sebuah kantor di RSCM. Saya sebenarnya tidak pernah punya masalah dengan mata. Tetapi orangtua berpikir bahwa sekalian saja semua anaknya diperiksa.

Hasil pemeriksaan ternyata saya dan adik kelas 4 harus menggunakan kacamata. Sedang adik kelas 3 tidak memerlukannya. Bahkan hingga saat ini si kelas 3 belum menggunakan kacamata.

Adik kelas 4 harus menggunakan kacamata yang cukup tebal, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa lensa yang digunakan minus 3. Pantas dia tidak bisa melihat papan tulis dengan jelas di kelas.

Sedangkan saya hanya minus 0,5 di mata kanan saja. Cuma ternyata saya memiliki kelainan mata silinder.

Berikut adalah penjelasan yang saya peroleh dari sebuah situs http://www.optikmelawai.com/kesehatan-mata/perbedaan-mata-minus-dan-silinder.html

Penyakit mata yang secara umum diderita oleh banyak orang adalah mata minus (myopia) dan silinder (astigmatisma). Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, marilah kita memahami terlebih dahulu perbedaan yang mendasar dari kedua penyakit mata ini.

Mata Myopia (Minus atau Rabun Jauh)
Penyebab utama dari mata minus adalah kelengkungan kornea yang lebih pendek serta sumbu bola mata yang terlalu panjang. Kedua hal tersebut dapat diperoleh melalui orang tua atau keturunan. Namun apabila bukan keturunan, mata minus bisa diakibatkan karena aktivitas dekat terlalu lama, misalnya banyak membaca atau terlalu lama bekerja dengan komputer.

Bila seseorang mengalami mata minus, maka penyakit ini akan cenderung terus bertambah terutama jika ia masih berada pada masa pertumbuhan. Seiring dengan bertambahnya tinggi badan, maka minus juga akan bertambah dikarenakan sumbu bola mata yang ikut bertambah panjang.

Mata minus tidak bisa dicegah baik dengan terapi ataupun obat obatan kecuali jika kita melakukan operasi lasik. Yang dapat dilakukan hanyalah menjaga kesehatan mata agar minus tidak bertambah cepat dengan memberikan kacamata atau lensa kontak sesuai ukuran serta mengurangi aktivitas membaca terlalu dekat dan terlalu lama bekerja di depan komputer. Pada umumnya mata minus akan berhenti bertambah saat mendekati usia 30-an dan akan cenderung turun di usia 40-an.

Mata Astigmatisma (Silinder)
Penyebabnya adalah panjang kornea antara horisontal dan vertikal yang tidak sama. Hal ini bisa didapat dari orang tua atau keturunan. Selain itu, gaya hidup yang tidak benar seperti membaca atau melihat jauh dalam posisi miring, menonton TV dan membaca sambil tiduran juga disebut sebagai penyebab lain dari penyakit mata ini.

Berbeda dengan minus, silinder cenderung tidak akan bertambah bila kita menggunakan ukuran yang tepat pada kacamata atau lensa kontak. Silinder justru akan bertambah bila kita tidak menggunakan ukuran aslinya. Pada umumnya, sekali diberikan ukuran yang sebenarnya maka silinder akan tetap pada ukuran tersebut.


Saya memerlukan lensa silinder 0,75 dan 0,5 saat itu. Walau tulisan di situs itu menyatakan bahwa silinder tidak akan bertambah, nyatanya lensa yang saya perlukan terus naik dan bahkan sempat turun. Saat ini di usia 40an (ow ow ow … buka tabir umur) saya menggunakan lensa minus 1,5, silinder 1 dan plus 1,5 di mata kanan. Minus 1,75, silinder 0 dan plus 1,5 di mata kiri.

Mata silinder ini membuat saya sering sukar memperkirakan jarak dan sudut. Maka orang yang mengenal saya mengetahui bahwa saya adalah orang yang sering menabrak sesuatu. Bahkan di profil FB saya menulis … Julia Rosmaya is the person who like to bump into something or someone …

Ada satu mantan bos saya berkata, “Bu Maya itu hobinya nabrak-nabrak. Nabrak saya udah sering banget!” sambil tertawa-tawa saat menceritakan saya ke bos baru.

Sering betis, lutut atau tangan saya tetiba memar. Dulu sih waktu masih penganten baru, suami selalu panic melihat memar di kulit istrinya.

“Waduh sayang, kenapa? Kok bisa biru-biru begitu? Sini sini Mas elus dulu …!” Sambil memperhatikan lebam-lebam itu dengan seksama.

Kalau sekarang, cuma dilihat dan dikomentari … “Habis nabrak apa kemarin?” hihihi…

Waktu kuliah di Yogya, saya selalu menenteng kamera kemana-mana. Waktu itu belum jaman digital. Fitur auto juga belum tersedia di kamera analog saya. Sehingga memerlukan ketelitian tingkat tinggi sebelum menekan tombol kamera untuk mendapatkan hasil foto terbaik. Sayang kan bila film yang hanya 24/36 itu berisi foto yang kabur semua.

Jadi bila teman lain di klub fotografi bisa ceklak ceklek dengan cepat sana sini, saya tergolong lamban. Untunglah saat ini di jaman digital plus auto, tidak memerlukan waktu lama untuk menekan tombol kamera, atau dalam hal ini touch screen telpon genggam. Kecepatan ceklak ceklek saya tentu saja sekarang mengagumkan hahaha …

Sejak pertama menggunakan kacamata, Papa selalu membelikan lensa yang berkualitas bagus. Hal itu saya ikuti hingga sekarang. Harga lensa saya terkadang lebih mahal dari harga frame. Lensa saya sekarang berbahan plastic serta memiliki bahan khusus yang membuat mata saya bisa tetap terlihat bila difoto dan tidak memantul bila terkena sinar.

Dulu waktu belum ada lensa plastic, adik saya keberatan kacamata. Lensa minus 3 lumayan berat saat itu. Sekarang seiring dengan kemajuan tekhnologi lensa minus 3 dengan bahan plastic tidak terasa berat lagi.

Entah mengapa, saya selalu tertarik dengan lelaki berkacamata. Rasa-rasanya terlihat lebih keren dan smart. Pacar pertama dulu sampai menyengajakan diri membeli kacamata dengan lensa bening hanya untuk mengesankan saya hahaha….

Saya mendapatkan suami yang berkacamata juga akhirnya. Malah mata dia lebih parah dari saya. Minus di mata kanan sangat besar dan tidak seimbang dengan mata kiri. Bila kami memiliki rejeki, saya ingin dia menjalani operasi lasik untuk mengobati ketidakseimbangan itu.

Saya tadinya tidak menyukai kacamata dengan lensa gelap. Rasanya aneh saja memakai kacamata gelap. Tetapi sejak pindah ke kantor yang sekarang, mau tidak mau saya harus memiliki satu kacamata berlensa gelap khusus untuk menyetir. Karena pulang dan pergi saya selalu menentang sinar matahari. Pagi berangkat ke arah Timur dan sore pulang ke arah Barat. Jadilah sekarang saya bisa ikutan bergaya menggunakan kacamata gelap untuk foto bareng.

Saya mulai menggunakan kcamata plus sejak kuliah lagi. Awalnya heran kenapa huruf-huruf di buku malah tidak terlihat jelas bila saya menggunakan kacamata. Bila kacamata dilepas dan melihat buku dengan jarak agak jauh, barulah tulisan terbaca. Setelah diperiksa, ternyata saya memerlukan lensa progresif juga. Lensa progresif adalah lensa yang dapat sekaligus mengoreksi kelainan mata minus dan plus. Jaman dulu, orang memerlukan dua kacamata untuk melihat jauh dan membaca. Saat ini dengan kehadiran lensa progresif, dua kacamata tidak diperlukan lagi. Lensa progresif yang ada saat ini juga terlihat lebih cantik karena garis batas jelas antara lensa minus dan plus yang biasa ada di lensa jaman dulu sudah tidak ada lagi.

Bila sedang kumpul-kumpul dengan teman SMA atau kuliah di restoran, walaupun mereka secara tampilan berusia 30an bahkan ada juga yang terlihat seperti 20an … semua itu akan buyar saat menu disodorkan. Kertas menu disorongkan jauh-jauh, mata mengernyit dan mencari sinar yang terang untuk bisa membaca apa saja yang tertera … Hahaha …. Dari situ terlihat bahwa kami ini sudah 40an dan sudah memerlukan lensa plus untuk membaca!


#OneDayOnePost

10 komentar:

  1. Penjelasann yang bermanfaat bgt ni.

    BalasHapus
  2. jadi sering tiduran malah buat mata astigmatisma ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya salah satu penyebabnya ... padahal baca sambil tiduran itu kegiatan paling menyenangkan ya

      Hapus
  3. Harus sayang mata nih ... padahal dulu waktu kecil merasa pakai kaca mata itu keren. Sekarang jadi berubah pikiran.

    BalasHapus
  4. Pake kacamata itu ribet. Asli!!

    BalasHapus
  5. Mbak julia, terimakasih sekali sudah membuat Tulisan ini. Untuk yang belum pakai kacamata, jangan sepelakan kesehatan mata, dia adalah harta yang sangat berharga, kalau kata ibu saya gini " Kacamata rusak bisa dibeli yang baru, tapi kalau mata rusak, mau beli dimana? "

    dan memang untuk usia diatas 30-35 an kebanyakan sudah menggunakan lensa silinder atau malah progresiv seperti Frame Kacamata Minus yang mbak Julia pakai..

    Nice blogs , tulisannya enak dibaca mbak.. kapan kapan saya mampir lagi ya kesini buat komenan hehehe.

    BalasHapus

Pengikut